Tag : Cerita Swinger , Cewek Bispak , Cerita Dewasa , Cantik
, Cewek , Sex , Panas , Tukar Pasangan ,
Perek , Selingkuh
Bagian I: Permulaan
Cerita ini bermula ketika aku dan istriku sudah membina
rumah tangga selama 2 tahun. Aku bernama Tommy dan Istriku bernama Audrey,
umurnya saat ini 27 tahun, berwajah cantik, kulitnya putih, tinggi badan
sekitar 165cm, rambutnya sedikit lebih panjang dari bahu. Kehidupan kami
berumah tangga sangatlah baik, kami termasuk keluarga yang mapan. Sebagai
istri, Audrey adalah istri yang baik, ia adalah seorang wanita yang alim dan
sopan. Untuk urusan ranjang, Audrey dapat dikatakan bukanlah seorang ahli,
laki-laki pertama yang menidurinya adalah aku yaitu pada saat malam pengantin
kami. Dua tahun kehidupan perkawinan kami berjalan baik-baik saja, kami belum
mempunyai keturunan, mungkin kekurangannya adalah kehidupan seks kami terlalu
biasa-biasa saja. Kami mungkin hanya berhubungan badan sekali dalam 2 minggu
dan itupun hanya dengan cara yang sangat konvensional yaitu posisiku di atas
dan dia di bawah. Audrey tidak menyukai atau bahkan dapat dikatakan tidak mau
dengan gaya lain selain gaya
konvensional tersebut. Entah kenapa setelah 2 tahun berumah tangga, pada waktu
berhubungan badan dengan Audrey, aku selalu membayangkan Audrey sedang
disetubuhi laki-laki lain, dan hal tersebut terus berulang sampai-sampai pada
saat sedang tidak berhubungan badanpun dengan Audrey aku selalu memikirkan
bagaimana rasanya melihat Audrey disetubuhi laki-laik lain. Aku bekerja di
sebuah perusahaan multi-nasional, bossku adalah seorang warga negara China,
umurnya sekitar 59 tahun, badannya sangat gemuk dan kepalanya sudah mulai
botak, hanya tinggal rambut-rambut tipis menutupi bagian kepala belakangnya.
Bossku ini, namanya Wen sangatlah baik kepadaku, dapat dibilang akulah tangan
kanannya di Indonesia .
Orangnya suka bergurau masalah-masalah seks. Wen sering sekali menanyakan kabar
Audrey, memang sudah beberapa kali Wen bertemu dengan Audrey dalam acara-acara
kantor, terlihat sekali dia sangat tertarik pada Audrey yang memang sangat
cantik dan menggiurkan banyak laki-laki. Suatu ketika Wen menanyakan kehidupan
rumah tanggaku, seperti biasa dia menanyakan kabar Audrey dan menanyakan
mengapa sampai saat ini kami belum mempunyai keturunan dan apakah hal tersebut
disengaja karena memang belum menginginkan keturunan. Mendengar pertanyaan
tersebut, akupun menjawab bahwa sebenarnya aku dan Audrey menginginkan
keturunan tapi memang belum berhasil mendapatkannya.
“Mungkin cara kamu salah Tom, berapa kali kamu berhubungan
badan dengan istrimu dalam seminggu” Tanya Wen kepadaku.
“Yah sekitar sekali dalam 2 minggu dan pada saat istriku
dalam keadaan subur” jawabku singkat.
“Waah, mungkin kamu harus periksa ke dokter tuh, dokter ahli
kandungan dan dokter ahli jiwa. Kenapa ke dokter ahli jiwa? Karena kamu punya
istri cantik tapi hanya ditiduri sekali dalam 2 minggu atau pada saat subur
saja. Kalau Audrey itu istriku, pasti aku tiduri dia tiap hari dan
berkali-kali” candanya kepadaku.
Mendengar hal tersebut, entah setan apa yang menghinggapi
diriku, timbul sebuah ide dalam benakku.
“Mr. Wen mau tidur dengan istriku? Bilang saja terus terang”
celotehku.
Mendengar perkataanku muka Wen terlihat kaget dan tidak
percaya.
“Kalau saya bilang memang sangat mau bagaimana?” katanya
memancingku.
“Ya boleh saja” sahutku.
Kemudian aku menceritakan kepada Wen bahwa akhir-akhir ini
aku selalu membayangkan aku menyaksikan Audrey ditiduri laki-laki lain, dan aku
juga menjelaskan bahwa mungkin pikiranku ini hanya akan jadi khayalan semata
mengingat betapa alimnya Audrey. Ternyata gayung bersambut. Wen menjelaskan dan
meyakinkan kepadaku bahwa sebenarnya tidak ada wanita yang alim dalam seks,
wanita hanya memerlukan pancingan dan pengaturan “permainan” dari laki-lakinya
untuk membangkitkan nafsu yang ada dalam dirinya. Wen kemudian mengatakan bahwa
dirinya akan dengan senang hati membantu khayalanku menjadi kenyataan kalau
memang aku mempercayainya. Mendengar itu akupun langsung mengiyakan. Wen
kemudian memastikan lagi apakah aku tidak akan apa-apa kalau dirinya meniduri
Audrey dan menanyakan apakah aku meminta imbalan sesuatu dari dirinya agar dia
diperbolehkan meniduri Audrey. Aku menjawab bahwa aku tidak meminta apa-apa,
aku hanya minta diperbolehkan untuk melihat dan menonton Wen meniduri Audrey.
“Hahaha…rupanya kamu sudah ingin sekali melihat istrimu
ditiduri laki-laki lain ya” candanya kepadaku.
“Ya begitulah”, jawabku singkat.
“Oke, kalau begitu jumat depan bawa istrimu ke villa xxx di
puncak pada pukul 8.00 pm ” sahut Wen sambil
menunjukan ancer-ancer dimana villa itu berada.
Bagian II: Pesta di rumah Wen
Mr. Wen
Mr. Wen
Pukul 8 malam aku dan Audrey telah berada di depan villa
yang dimaksud oleh Wen. Audrey memakai gaun malam panjang. Wajahnya terlihat
sangat cantik dengan sapuan make-up tipis. Badannya tetap terlihat menawan
meskipun ditutupi oleh gaun malam yang panjang. Seorang pelayan yang rupanya
bertugas menyambut tamu mempersilahkan kami masuk ke ruang tengah. Villa
tersebut sangatlah besar ditengah perkebunan teh dengan halaman belakang dengan
kolam renang dan jacuzzi. Ruang tengah villa tersebut sangatlah besar dan telah
disulap menjadi diskotik dengan lagu house music yang berdentum keras. Sudah
banyak tamu lain baik wanita maupun laki-laki yang telah datang lebih dahulu
daripada kami. Semua tamu kelihatannya adalah teman-teman Wen, mereka adalah
sesama pengusaha China
daratan yang ada di Indonesia ,
rata-rata mereka berusia di atas 50 tahun. Aku tidak melihat satupun rekan
kerjaku di kantor yang datang, mungkin karena memang tidak diundang. Melihat
kami, Wen menyambut aku dan Audrey dengan ramah. Wen kemudian mempersilahkan
kami menikmati pesta yang diadakannya dan menjelaskan kepada kami bahwa pesta
ini diadakan untuk networking sesama pengusaha China
daratan di Indonesia .
Kemudian Wen meninggalkan aku dan Audrey dan mempersilahkan kami untuk memesan
minuman langsung ke bar di pojok ruang tengah. Kamipun menuju bar untuk memesan
minuman. Audrey memesan segelas jus buah dan aku segelas bir, dan kamipun
menikmati pesta tersebut dan berbincang-bincang dengan tamu-tamu yang lain.
Sekitar satu jam kemudian, yaitu tidak beberapa lama setelah Audrey
menghabiskan jus buahnya, aku melihat terjadi perubahan pada diri Audrey.
Audrey mulai menikmati lagu house music di ruangan tersebut dan mulai
menggerakan badannya mengikuti alunan house music. Wen kemudian mendekati kami
dan mengajak Audrey ke dance floor. Audrey tanpa meminta ijin dariku mengikuti
Wen ke dance floor dan mulai menari dan berdansa dengan Wen. Aku melihat teman-teman
Wen baik wanita dan laki-laki semuanya mendekat kepada Wen dan Audrey dan
kemudian menari bersama. Sedangkan aku hanya duduk disofa dan menonton sambil
meminum birku. Pesta berlangsung meriah, tidak terasa 3 jam sudah berlalu.
Audrey masih menari dan berdansa dengan tamu-tamu lainnya. Aku melihat sudah
beberapa gelas minuman yang ditawarkan kepada Audrey dan dihabiskannya.
Kemudian 3 tamu wanita mengajak Audrey ke lantai atas villa, aku berusaha
mengikuti tapi tiba-tiba tangan Wen mencegahku di kaki tangga menuju lantai
atas.
“Biarkan saja, kamu harus mengikuti semua arahan saya kalau
mau rencana kita berjalan lancar” kata Wen kepadaku.
2 jam telah berlalu semenjak Audrey naik ke lantai atas
villa, tamu-tamu sudah banyak yang pulang, ketika tiba-tiba Wen memanggilku.
“Ayo ke atas” ajak Wen kepadaku. Akupun mengikuti Wen ke
lantai atas bersama 4 tamu pria yang lain yang aku tidak tahu namanya.
Di lantai atas, Wen membimbing kami ke dalam sebuah kamar.
Kamar tersebut sangatlah besar lengkap dengan segala furniture mewah, dan tepat
ditengah kamar terdapat tempat tidur king size dengan sprei berwarna merah
marun dengan TV LCD yang sangat besar menempel di dinding dan menghadap ke
tempat tidur tersebut. Sebuah connecting door yang tertutup telihat di salah
satu sisi ruangan itu menandakan kamar tersebut tersambung dengan kamar yang
lain. Audrey dan 3 tamu wanita sudah berada di kamar tersebut, mereka sedang
berbincang-bincang dengan akrab.
“Nah, ini kamar buat Tommy dan Audrey, yang lain ayo ikut saya,
akan saya tunjukan kamar masing-masing” kata Wen sambil mempersilahkan
tamu-tamu yang lain keluar dari kamar itu.
“Selamat malam dan selamat tidur, besok kita pulang ke Jakarta ”
kata Wen kepadaku dan Audrey sambil meninggalkan kami berdua di kamar tersebut.
Aku tidak tahu apa rencana Wen jadi aku hanya mengikuti saja
apa yang diinstruksikannya. Setelah membersihkan badan, aku dan Audreypun naik
ke tempat tidur. Beberapa saat kami mencoba tidur namun tidak bisa. Aku masih
bingung dengan apa yang akan terjadi, mengapa Wen tidak melakukan apapun juga,
sedangkan Audrey terlihat gelisah tidak tahu apa penyebabnya. Tiba-tiba Audrey
memalingkan wajahnya kepadaku dan memelukku. Tanpa berkata apa-apa dia
menciumku dan aku balas ciumannya.
Beberapa saat kami berciuman, Audrey berkata “Buka bajunya
Tom, aku kepengen nih”.
Sedikit kaget aku melihat Audrey menjadi agresif, tidak
biasanya Audrey mengajak aku melakukan hubungan badan, biasanya aku yang selalu
mengajaknya.
“Mungkin ini akibat minuman yang diberikan Wen di pesta”
pikirku.
“Mungkin ini ada kaitannya dengan rencana Wen” pikirku lagi.
Maka akupun menuruti apa yang diinginkan Audrey. Akupun
melepaskan seluruh pakaianku dan kemudian aku melepaskan seluruh pakaian Audrey
sehingga kami berdua telanjang bulat. Aku dan Audrey berciuman, berpelukan dan
melakukan foreplay, namun meskipun telah beberapa saat melakukan foreplay, aku
menyadari sesuatu hal yang aneh, kemaluanku tidak dapat berdiri dan mengencang.
“Ini pasti karena bir yang diberi oleh Wen, dia pasti
mencampur sesuatu pada birku” pikirku dalam hati.
Kami mencoba segala macam gaya
foreplay, namun meskipun sudah lebih dari 1 jam teta kemaluanku tidak dapat
berdiri.
Audrey terus mencoba membangunkan kemaluanku, namun tetap
tidak berhasil. Raut frustasi nampak di wajahnya. Terlihat sekali Audrey ingin
berhubungan badan, gejolak dalam dirinya sudah tidak tertahankan lagi, namun
keinginannya tidak dapat terpenuhi karena kemaluanku tidak bisa berdiri dan
mengeras. Kami terus mencoba, namun tetap tidak berhasil. Wajah Audrey semakin
terlihat frustasi, namun nafsu seksnya masih menggebu-gebu bahkan aku lihat
tiap menit semakin bertambah. Tiba-tiba connecting door kamar kami terbuka dan
Wen masuk ke dalam kamar kami dengan hanya menggunakan jubah tidur. Aku dan
Audrey sangat kaget. Audrey langsung menyembunyikan tubuhnya di bawah selimut.
“Maaf, mungkin saya bisa membantu kalian” kata Wen
tiba-tiba.
“Pak Wen, harap keluar dari kamar kami” sahut Audrey dengan
sedikit membentak.
Wen bukannya keluar kamar kami, tapi malah duduk dipinggir
tempat tidur kami dan berkata “Saya melihat suamimu sedang dalam masalah, saya
hanya ingin membantu”
“Apa maksudnya? Jangan kurang ajar!” sahut Audrey dengan
keras.
“Tenang, saya hanya ingin membantu. Kita akan berpesta malam
ini” kata Wen tegas.
Aku melihat Audrey sedikit takut mendengar bentakan Wen.
“Coba kita tanya suamimu apa pendapatnya” bentak Wen lagi
kepada Audrey.
Aku sekarang menyadari inilah rencana Wen untuk dapat
meniduri Audrey. Dan aku ingin sekali melihat Audrey ditiduri pria lain, maka
akupun mengikuti permainan Wen.
“Terserah apa maunya Pak Wen, kami akan menuruti” kataku
kepada Wen.
“Tom, aku tidak mau, apa-apan in….” Audrey belum
menyelesaikan kata-katanya, tiba-tiba Wen menarik selimut yang menutupi tubuh
Audrey dan dengan cekatan tangan kanannya memegang kedua tangan Audrey dan
menariknya ke atas kepala Audrey, sedangkan tangan kirinya menangkap kedua kaki
Audrey.
Wen kemudian memerintahkanku untuk memegang pergelangan
kedua kaki Audrey dan membukanya lebar-lebar. Akupun menuruti sehingga posisi
Audrey sekarang tiduran dalam dalam bentuk menyerupai Y terbalik.
“Tom, jangan bantu dia tapi bant…..uuggghhh…..” terhenti
kata-kata Audrey ketika Wen mulai menciumi kedua payudaranya berukuran pas
sesuai dengan ukuran badannya, sedangkan tangan kiri Wen yang bebas sudah
menggerayangi vagina Audrey.
“Mmmhh… saya tahu kamu sudah nafsu berat, jangan melawan,
nikmati saja” bisik Wen kepada Audrey sambil terus menjilati kedua payudara
Audrey.
“Tom, apa yang kamu lakukan” desah Audrey sambil memandang
sayu kepadaku.
Aku tidak menjawab atau lebih tepatnya pura-pura tidak
mendengar. Terlihat dimuka Audrey bahwa dia sudah sangat terangsang karena
ciuman dan jilatan-jilatan Wen dikedua payudaranya serta tangan kiri Wen yang
memainkan klitorisnya. 15 menit diperlakukan demikian oleh Wen, Audrey mulai
mengeluarkan erangan-erangan dan rintihan-rintihan pelan, perut dan pinggangnya
mulai bergerak mengikuti irama permainan jari wen di klitorisnya. Mata Audrey
semakin sayu, matanya mulai merem melek. Kemudian Wen menghentikan ciumannya di
kedua payudara Audrey dan berkata “Gimana Tom, kamu lihat sendiri istrimu mulai
menikmatinya”
“Sebentar lagi dia akan menikmati malam yang paling
menakjubkan bagi dirinya” tambah Wen sambil tetap memaikan klitoris Audrey
dengan jarinya.
“Coba kamu pangku istrimu di pinggir kasur, pegang dan buka
kakinya lebar-lebar. Aku ingin menikmati vagina istrimu yang sudah basah ini”
perintah Wen kepadaku kemudian.
Aku menuruti apa yang diperintahkan Wen. Aku angkat Audrey
dan aku duduk dipinggir kasur sambil memangku Audrey. Aku pegang dan buka kaki
Audrey lebar-lebar sehingga sekarang Audrey posisinya dipangku olehku dan
mengangkang lebar sehingga menyerupai huruf “M”. Audrey sudah tidak melawan
lagi, tubuhnya yang lemas menuruti apa yang aku lakukan terhadapnya. Audrey
hanya memandangku sayu tanpa berkata apa-apa lagi. Kemudian Wen berlutut
dilantai dipinggir kasur. Wen memandang Audrey dan berkata
“Wow indah sekali vaginamu Audrey, pasti banyak laki-laki
yang ingin memcobanya”.
Audrey hanya memandang Wen dengan sayu dan tidak menjawab.
Wen kemudian mulai menjilati vagina Audrey yang disertai erangan dari Audrey.
Audrey hanya bisa memandang Wen menjilati vaginanya, Audrey mulai menggigit bibirnya
sendiri tanda dia makin terangsang, kadang-kadang dia memandangku seakan-akan
untuk memastikan bahwa aku tidak apa-apa kalau dia terangsang oleh pria lain.
Kemudian tangan Wen membuka vagina Audrey dengan tangan kirinya. Hal ini
membuat Audrey yang sedang memandang sayu kepadaku kaget dan melihat ke bawah
kearah vaginanya.
“Jangan…” desah Audrey pelan.
“Tenang cantik… ini akan enak sekali” sahut Wen dengan kasar
dan tegas.
Kemudian Wen memasukkan kedua jarinya ke dalam vagina Audrey
dan menggerakkannya keluar masuk dan memutar disertai jeritan kecil Audrey.
Lalu kembali menjilati vagina Audrey dan memainkan klitoris Audrey dengan
lidahnya tanpa menghentikan kegiatan jarinya di vagina Audrey.
Erangan-erangan dan rintihan-rintihan Audrey semakin keras,
badan dan pinggulnya bergerak mengikuti permainan Wen di vaginanya. 15-30 menit
diperlakukan demikian oleh Wen, Audrey terlihat mulai mendekati orgasmenya,
erangannya semakin keras, goyangan badannya juga semakin keras dan tidak
beraturan. Sampai pada akhirnya tubuh Audrey mengejang hebat, matanya tertutup
rapat dan kepalanya mendongak ke atas.
“UUUGGGHHHHH…….” erang Audrey keras menandakan dia mengalami
orgasme yang hebat. Cairan keluar dari vaginanya, cairan tersebut sedikit
memuncrat. Tidak pernah kau melihat Audrey mengalami orgasme yang sedemikian
hebat, apalagi hanya karena dijilati vaginanya. 3 menit lamanya Audrey dipuncak
orgasme. Namun anehnya setelah orgasmenya berlalu Audrey tidak lemas, matanya
malah berbinar dan wajahnya tersenyum nakal kepada Wen.
“Istrimu sudah siap disetubuhi. Obat yang saya berikan dalam
minumannya bekerja dengan baik dan cocok untuk dirinya. Istrimu siap untuk
bersetubuh sepanjang malam. Setiap habis orgasme badannya akan terasa semakin
segar dan nafsu seksnya semakin menggila” kata Wen menjelaskan kepadaku karena
melihat aku heran dengan keadaan Audrey.
“Sekarang kamu, duduk saja di sofa itu dan menonton istrimu
kusetubuhi. Aku lihat kemaluanmu mulai bisa bangun lagi, artinya obat yang
kucampur di birmu mulai hilang, sehingga kamu bisa menikmati tontonan yang akan
aku dan istrimu berikan spesial untukmu” perintah Wen kepadaku.
Aku menuruti Wen dan pindah ke sofa di samping tempat tidur.
Wen mengangkat tubuh Audrey dan menelentangkannya di tengah tempat tidur. Wen kemudian
melepaskan baju tidurnya. Ternyata di balik baju tidur tersebut Wen sudah tidak
mengenakan apapun lagi, sehingga sekarang Wen dan Audrey berdua telanjang bulat
di kasur. Audrey terlihat kaget melihat penis Wen. Penis Wen sangat besar,
panjang, tebal dan berurat. Kemudian Wen mendekati kepala Audrey. Wen berlutut
mengangkangi muka Audrey. Tangan kirinya mulai meraih vagina Audrey. Audrey
yang merasa ada tangan di vaginanya langsung membuka kakinya lebar-lebar. Wen
mengarahkan penisnya yang besar ke mulut Audrey, dan Audreypun tanpa diperintah
membuka mulutnya lebar-lebar, dan Wen kemudian mulai memasukkan kemaluannya
yang besar keluar masuk mulut Audrey yang mungil. Terlihat mulut Audrey
kesulitan untuk menerima penis yang besar itu, namun Wen dengan sedikit kasar
memaksakan penisnya keluar masuk mulut Audrey. Terlihat mulut Audrey penuh oleh
penis Wen. Audrey kelihatan kepayahan namun tetap berusaha mengikuti maunya
Wen. Kemudian Wen memerintahkan Audrey menjulurkan lidahnya keluar dengan tetap
membuka mulutnya, dan Audrey menuruti apa maunya Wen, sehingga sekarang penis
Wen keluar masuk mulut Audrey dan lidah Audrey menjilati batang penis Wen.
Sungguh suatu hal yang menakjubkan yang terjadi di depan
mataku. Audrey yang biasanya paling tidak mau melakukan oral seks sekarang
menuruti kemauan pria tua gendut yang sebenarnya tidak begitu dikenalnya. 10
menit kemudian penis Wen sudah terlihat sangat kencang, kemudian Wen menurunkan
badannya dan mengarahkan penisnya ke vagina Audrey. Mengetahui apa yang akan
dilakukan Wen, Audrey membuka makin lebar kedua kakinya. Wen kemudian dengan
perlahan memasukkan penisnya yang besar ke dalam vagina Audrey secara perlahan.
Audrey terlihat menahan sakit ketika penis Wen mulai memasuki vaginanya, namun
raut mukanya segera berubah menjadi raut muka takjub ketika penis Wen telah
seluruhnya masuk ke vaginanya. Mungkin Audrey tidak menyangka vaginanya dapat
menampung seluruh penis Wen yang sangat besar dan panjang itu. Setelah penis
Wen masuk seluruhnya ke dalam vagina Audrey, Wen tidak langsung menggenjotnya,
namun Wen menunggu beberapa saat agar Audrey terbiasa dengan penisnya yang
besar di dalam vaginanya. Satu menit kemudian Wen mulai menggerakkan penisnya
keluar sampai hanya tinggal kepala penisnya di dalam vagina Audrey, kemudian
Wen memasukkan seluruh penisnya kembali secara perlahan ke dalam vagina Audrey
dan hal tersebut dilakukannya berulang-ulang dengan menambah tempo iramanya
makin lama makin cepat. Audrey terlihat sangat menikmati permainan dan gerakan
Wen, matanya berbinar, erangan-erangan kecil keluar dari mulutnya yang mungil,
pinggulnya bergerak mengikuti irama permainan Wen dan kadang-kadang Audrey
menciumi dada Wen yang ditumbuhi bulu sangat lebat itu. Tempo permainan dan
genjotan penis Wen di dalam vagina Audrey semakin cepat, racauan Audrey semakin
kencang, matanya merem melek menikmati genjotan-genjotan penis Wen di
vaginanya. Wen yang mengetahui Audrey sangat menikmati persetubuhannya makin
mempercepat gerakannya. Wen menciumi, menjilati dan sedikit menggigit puting
kedua payudara Audrey secara bergantian. Audrey diperlakukan demikian semakin
hanyut dalam nafsu birahinya, racauannya semakin keras lagi, mulutnya terbuka,
matanya terpejam dan kedua tangannya meremas-remas sprei tempat tidur. 20 menit
kemudian tubuh Audrey, Audrey, mulai mengejang, tanda dia akan mengalami
orgasme yang hebat.
“Terus…terus…jaaanngaan berheen..ti” teriakan kecil keluar
dari mulut Audrey.
Kemudian badannya mengejang hebat sampai badannya melengkung
ke belakang, kedua kakinya diapitkan di pinggul Wen dan kedua tangannya
merangkul leher Wen dengan kencang.
“OOOOhhhhh……” lolong Audrey ketika dia dipuncak orgasmenya,
dan kemudian badannya sedikit melemas dan Audrey langsung menciumi bibir Wen
dan mereka berdua berciuman dengan ganasnya, lidah Audrey dan lidah wen saling
berpautan, hal yang tidak pernah dilakukan Audrey terhadapku.
Melihat adegan live Audrey dan Wen membuat penisku menegang
dengan keras. “Akhirnya kahayalanku menjadi kenyataan” pikirku dalam hati.
Setelah beberapa menit berciuman, Wen kemudian memindahkan
posisi Audrey sehingga Audrey sekarang tiduran sambil menyamping menghadap ke
arah diriku di sofa. Tanpa memgeluarkan penisnya dari vagina Audrey. Wen
memindahkan tubuhnya ke belakang Audrey sehingga sekarang mereka berdua tidur
menyamping menghadap diriku dengan Audrey didepan dan Wen di belakangnya. Wen
kemudian melanjutkan genjotan penisnya yang sangat besar itu di vagina Audrey.
Tangan kiri Audrey dilipatnya ke belakang sehingga tangan kiri Wen dapat dengan
bebas memijat-mijat kedua payudara Audrey. Wen menggenjot penisnya dalam vagina
Audrey dengan cepat, tangan kirinya bergantian memijat kedua payudara Audrey
dan klitoris Audrey. Audrey kembali tenggelam dalam nafsu seksnya, matanya
terlihat sayu, mulutnya terbuka sedikit dan tanpa sadar Audrey mengangkat kaki
kirinya ke atas, sehingga terlihat olehku vaginanya yang mungil penuh sesak
oleh penis Wen yang besar dan panjang itu. Sekitar 40 menit Wen telah
menyetubuhi Audrey dengan gaya
menyamping, gerakan-gerakannya semakin ganas. Audrey tergoncang-goncang dengan
hebatnya, racauan-racauan Audrey sudah berubah menjadi terikan-teriakan
kenikmatan. Gelombang demi gelombang orgasme melanda Audrey, namun Wen masih
dengan semangatnya menyetubuhi Audrey dan belum ada tanda-tanda bahwa Wen akan
orgasme, sedangkan aku saja sudah dua kali mengalami orgasme melihat Audrey
disetubuhi oleh Wen dengan ganasnya. Wen yang belum puas dengan Audrey kembali
mengubah posisi Audrey lagi. Kali ini Audrey dimintanya tengkurap menungging
dengan kepala menghadap diriku di sofa, dan kemudian Wen menyetubuhi Audrey
dengan gaya doggy style, hal mana
yang belum pernah dilakukan oleh diriku dan Audrey karena Audrey selalu
menolaknya, namun dengan Wen, Audrey dengan senang hati menurutinya. Wen
menggenjot vagina Audrey dari belakang dengan tempo yang berubah-ubah, kadang
cepat sekali dan secara tiba-tiba memelankan genjotannya seperti slow motion
dan kemudian cepat lagi. Hal ini membuat Audrey semakin tidak bisa mengontrol
dirinya, kepalanya tertunduk dan bergerak ke kanan kiri tidak beraturan. Tangan
Audrey kembali meremas-remas sprei tempat tidur dengan kencangnya,
racauan-racauan dan teriakan-teriakan Audrey semakin membahana di kamar itu.
Kemudian tangan kiri Wen meraih rambut Audrey, menjambaknya
dan menariknya ke belakang sehingga kepala Audrey mendongak ke atas. Genjotan
penis Wen dalam vagina Audrey masih dalam tempo yang berubah-ubah, tangan kanan
Wen kadang-kadang menampar kedua pantat Audrey bergantian. Kepala Audrey
terdongak ke atas, kedua matanya terpejam rapat dan mulutnya terbuka lebar.
Audrey sudah tidak dapat lagi bergerak mengikuti permainan Wen, tubuhnya hanya
tergoncang-goncang keras karena sodokan-sodokan penis Wen ke dalam vaginanya.
Gelombang-demi gelombang orgasme kembali melanda Audrey. Setiap mengalami
orgasme tubuh Audrey mengejang untuk beberapa menit dan dari vaginanya sedikit
memuncratkan cairan kewanitaannya, hal mana tidak pernah terjadi apabila Audrey
bersetubuh denganku. Setiap setelah mengalami orgasme, tubuh Audrey terlihat
melemas untuk beberapa saat, namun tidak lama kemudian terlihat tubuh Audrey
menjadi segar kembali dan siap menerima genjotan-genjotan ganas penis Wen yang
besar di dalam vaginanya. “Ini pasti karena obat yang diberikan Wen dalam
minuman istriku” pikirku dalam hati melihat stamina Audrey yang sangat kuat
malam itu. Kedua tangan Wen kemudian meraih kedua tangan Audrey dan menarikanya
ke belakang, sehingga tubuh Audrey sedikit terangkat ke atas dengan kedua
lututnya masih bertumpu pada kasur, dan Wen menggerakan penisnya yang besar
keluar masuk secara pendek-pendek dan dalam tempo yang sangat cepat pada vagina
Audrey. Teriakan-terikan nikmat Audrey semakin gencar karena diperlakukan
demikian, mata Audrey masih tertutup rapat dengan mulut terbuka lebar.
“Buka matamu Audrey dan pandang suamimu!” perintah Wen
dengan tegas.
Audrey menuruti apa yang diperintahkan Wen sehingga Audrey
sekarang melihat diriku duduk di sofa sambil bermastrubasi.
“Lihat Audrey, suamimu sangat menikmati melihat kamu disetubuhi
pria lain” sahut Wen kepada Audrey.
“Kamu suka disetubuhi pria lain?” Tanya Wen kepada Audrey.
Audrey tidak menjawab, mungkin dia malu, namun raut wajahnya
tidak bisa membohongi diriku. Terlihat sekali dia sangat menyukai dan menikmati
persetubuhannya dengan Wen.
“Jawab!!!” hardik Wen dengan tiba-tiba kepada Audrey sambil
mempercepat genjotan penisnya dalam vagina Audrey.
“Aaagh….suu…ka….” sahut Audrey dengan terbata-bata karena
sambil menikmati penis Wen dalam vaginanya.
“Enakan mana Audrey? suamimu atau saya” tanya Wen lagi
sambil penisnya menggenjot dengan kasar vagina Audrey.
“Ee..naa….enak saaamaa pak…uughhh….wen” jawab Audrey sambil
mengerang-erang kenikmatan.
“Mau kamu saya setubuhi kapan saja saya mau” tanya Wen lagi
dengan kasar.
“Maaa…..uuuuu….ppaak weeen….” jawab Audrey sambil tubuhnya
mengejang tanda Audrey mengalami orgasme lagi.
Dengan tetap memegang kedua tangan Audrey ke belakang, Wen
menghentikan gerakannya untuk beberapa saat dan membiarkan Audrey menikmati
orgasmenya. Setelah beberapa saat Wen kembali menggenjot vagina Audrey dengan
kencang, membuat nafsu seks Audrey kembali bergelora. Benar-benar takjub aku
melihat adegan demi adegan yang dipertontonkan Audrey dan Wen. Audrey yang
cantik dengan kulitnya yang putih mulus dengan setia melayani nafsu binatang
seorang tua bangka bermuka jelek dan berperut gendut.
“Audrey, lihat suamimu sangat menikmati kamu disetubuhi
olehku. Boleh suamimu menonton setiap kali kamu saya setubuhi?” tanya Wen
dengan sedikit nada memerintah kepada Audrey.
“Boo…leehhh….aaagghh….paak…uggghhh…wen” jawab Audrey sambil
meracau kenikmatan.
Melihat Audrey menurut dan tunduk sepenuhnya pada Wen
membuat penisku kembali memuncratkan sperma untuk kesekian kalinya dan sedikit
mengenai bibir atas Audrey. Melihat hal itu Wen memerintahkan Audrey menjilat
dan menelan spermaku yang menempel dibibir atasnya, dan yang menakjubkan adalah
tanpa pikir panjang Audrey menuruti apa yang diperintahkan Wen padahal aku tahu
Audrey biasanya paling jijik dengan sperma apalagi harus menjilat dan
menelannya. 20 menit sudah semenjak aku mencapai orgasmeku. Aku sudah terlalu
capek untuk bermastrubasi lagi, namun Audrey masih dihajar vaginanya dengan
ganas dari belakang oleh Wen dan Audrey sudah mengalami orgasme-orgasme yang sangat
dahsyat. Beberapa saat kemudian Wen terlihat mulai akan orgasme. Rupanya Audrey
menyadarinya.
“Uugh…aaghhh…pak wen…jaaa…ngaaan…keluar aaggghh… di dalam”
pinta Audrey sambil mengerang-erang kenikmatan.
“Naaan…tiii aaaggghhh…saya….hamil….” tambah Audrey lagi
dengan tetap merintih-rintih penuh nikmat.
“Kalau tidak boleh di dalam, berarti harus keluar di mulutmu
ya Audrey, dan harus ditelan semua tidak boleh ada yang tercecer keluar” kata
Wen kepada Audrey.
“Iii…yaaaaa….paaak weeeeen……di mulut saya…AAAAGHHHHH,
adduuuuhhhhh niiikkmaaattt sekali pak weeeeennn…aampunnnn…nikmat……” teriak
Audrey sambil orgasme lagi.
Kemudian Wen membalikkan tubuh Audrey sehingga Audrey
terlentang di kasur. Wen kembali mengangkangi Audrey dan menjambak rambut
Audrey dengan kasar dan memasukkan penisnya yang besar ke dalam mulut Audrey.
“Telan…telan semua…jangan sampai ada yang keluar” perintah
Wen kepada Audrey.
Terlihat penis Wen yang besar berdenyut dengan keras,
sedangkan mulut Audrey menghisap-hisap penis Wen dan terlihat tenggorokan
Audrey bergerak-gerak tanda Audrey sedang menelan sesuatu dalam jumlah yang
banyak. Wen menumpahkan seluruh spermanya ke dalam mulut Audrey dan Audrey
menelan setiap tetes sperma Wen yang masuk ke dalam mulutnya. Setelah beberapa
saat Wen mengeluarkan penisnya yang besar dari mulut Audrey.
“Bersihkan…jilat sampai bersih…!” kembali Wen memerintahkan
Audrey yang langsung dituruti oleh Audrey.
Selagi Audrey menjilat-jilati penis dan biji Wen, Wen
bertanya kepadaku “Boleh pinjam istrimu malam ini? Aku terkesiap mendengar
permintaan Wen. Aku tidak percaya dengan apa yang aku dengar.
Melihat aku tidak menjawab, Wen berkata lagi kepadaku
“Audrey kelihatannya sangat menyukai aku setubuhi, dan obat yang aku berikan
kepadanya masih bekerja, sehingga Audrey masih ingin dipuaskan nafsu seksnya.
“Bagaimana Audrey” tanya Wen kemudian kepada Audrey. Audrey
sambil tetap menjilati penis Wen hanya mengangguk-anggukan kepalanya tanda
membenarkan apa yang dikatakan Wen kepadaku.
Melihat Audrey memberikan persetujuannya maka akupun
mengiyakan permintaan Wen. Wen kemudian menyruh Audrey pindah ke kamar sebelah
dan Audrey menuruti permintaan Wen.
“Tom, kamu istirahat saja di kamar ini, aku dan Audrey ada
di kamar sebelah. Connecting door akan tetap terbuka, sehingga kapan saja kamu
ingin melihat istrimu disetubuhi olehku, kamu dapat masuk ke kamar sebelah’
kata Wen kepadaku.
Aku hanya mengganggukan kepala tanda setuju, dan kemudian
Wen meninggalkan aku dikamar sendirian dan Wen pindah ke kamar sebelah menyusul
Audrey. Aku sudah terlalu capek untuk membersihkan badan atau berpakaian. Aku
langsung naik ke tempat tidur dan menyelimuti tubuhku dengan selimut yang masih
sedikit basah bekas cairan kewanitaan Audrey….dan beberapa saat kemudian mulai
terdengar rintihan-rintihan nikmat Audrey dari kamar sebelah menandakan Wen dan
Audrey sudah mulai lagi dengan persetubuhan mereka…namun aku terlalu capek
untuk beranjak dari kasur….dan kemudian terlelap….
Bagian III: Di kamar Sebelah
Sinar Matahari tepat jatuh dimataku, ketika aku mulai bangun
dari tidurku. Melihat posisi matahari dari jendela kamar itu, aku menyadari
bahwa hari telah siang. Aku gerakan badanku dikasur untuk membangunkan diriku.
Keadaanku masih telanjang bulat dan aku masih terkesima dengan apa yang telah
terjadi tadi malam. Rintihan-rintihan dan erangan-erangan nikmat Audrey dari
kamar sebelah, membuat diriku terbangun dari lamunanku.
“Ah, gila mereka, apa mereka masih bersetubuh terus” pikirku
dalam hati.
“Apakah mereka melakukan persetubuhan secara non-stop
sepanjang malam?” pikirku lagi.
Rasa lapar mulai terasa diperutku, dan aku mulai berpakaian.
Rintihan-rintihan nikmat Audrey di tidak menggugahku untuk ke kamar sebelah.
Namun ketika kakiku melangkah ke pintu kamar karena aku ingin ke dapur mencari
makan, terdengar kegiatan di kamar sebelah sedikit aneh dan mengusik rasa ingin
tahuku. Aku sepertinya mendengar lebih dari 2 orang di kamar sebelah. Maka
akupun mengurungkan niatku untuk keluar kamar dan akupun melangkahkan kakiku ke
connecting door yang menghubungkan kamarku dengan kamar sebelah. Betapa
kagetnya ketika aku masuk ke dalam kamar sebelah tersebut. Aku melihat 2 wanita
muda yang tadi malam bersama Audrey sedang duduk disofa panjang di sebelah
tempat tidur di kamar itu sambil tertawa-tawa kecil menonton adegan yang sedang
berlangsung di tempat tidur tersebut. Lebih kaget lagi ketika aku menyadari apa
yang sedang terjadi di tempat tidur. Istriku Audrey, sedang disetubuhi oleh Wen
dan salah seorang tamu Wen yang tadi malam menginap di villa!!! Posisi Audrey
bertumpu pada kedua lutut dan kedua tangannya dengan pantat yang sedikit
menungging ke belakang. Terlihat tamu Wen tersebut, seorang pria tua berumur
sekitar 60 tahunan berbadan besar dan buncit dengan bulu yang lebat memenuhi
sekujur tubuhnya sedang menyetubuhi Audrey dengan kasar dari belakang.
Sedangkan Wen yang tangan kanannya sedang menjambak rambut Audrey yang sekarang
telah dikuncir buntut kuda terlihat asyik menggenjot penisnya dengan kasar di
dalam mulut Audrey.
“Ah, kamu sudah bangun Tom” kata Wen ketika melihat diriku
masuk ke dalam kamar.
“Silahkan duduk Tom” kata Wen lagi sambil mempersilahkan aku
duduk di sofa di antara kedua wanita yang sedang menonton Audrey disetubuhi dua
laki-laki tua itu.
“Ini namanya Pak Lam, dia ini salah satu sahabatku” kata Wen
kemudian sambil memperkenalkan pria tua yang sedang menyetubuhi Audrey dengan
kasar dari belakang. Yang disebut Pak Lam hanya menengok sebentar sambil
melambaikan sebelah tangannya kepadaku dan kemudian melanjutkan kegiatannya
pada Audrey.
Mr. Lam
Mr. Lam
“Aku selalu berbagi apapun dengannya. Vagina Audrey sangat
nikmat untuk disetubuhi, sehingga aku harus membaginya kepada sahabat tuaku ini
biar dia juga tahu betapa nikmatnya istrimu ini. Aku harap kamu tidak keberatan
ya Tom. Toh istrimu tidak keberatan, malah suka…” kata Wen sambil terkekeh
kecil.
“Audrey, kamu suka disetubuhi Pak Lam kan ?”
tanya Wen kepada Audrey.
Audrey tidak menjawab. Audrey terlihat sedang asyik sendiri
menikmati persetubuhannya.
“Hahaha…wanita cantik ini rupanya sudah dalam kenikmatannya
sendiri” tawa Wen sambil melihat Audrey yang sedang menikmati setiap genjotan
penis Lam dan penis Wen.
Aku yang masih shock hanya menuruti perintah Wen dan duduk
di sofa di antara kedua wanita muda tersebut.
“Ladies, tolong bantu sang suami tercinta ini agar dapat
menikmati istrinya disetubuhi oleh 2 pria sekaligus” perintah Wen kepada kedua
wanita yang duduk disamping kiri dan kananku.
Mendengar perintah Wen, kedua wanita muda itu langsung
membuka dan melepaskan celana dan celana dalamku. Kemudian mereka berdua dengan
tetap sesekali menonton adegan Audrey dengan Lam dan Wen mulai menjilati
penisku secara bergantian, membuat penisku langsung berdiri dengan tegak. Di
atas tempat tidur aku melihat Audrey sedang disetubuhi habis-habisan oleh kedua
pria tua itu. Mereka memperlakukan Audrey dengan kasar, namun terlihat Audrey
meskipun kepayahan melayani nafsu kedua pria tersebut, Audrey nampak
menikmatinya. Semakin Audrey diperlakukan kasar oleh kedua pria tua itu,
semakin nampak Audrey menikmatinya. Rintihan-rintihan Audrey semakin keras
apabila Lam dan Wen menggenjot penisnya masing-masing dalam vagina dan mulut
Audrey dengan kasar. Sambil sesekali menampar kedua belahan pantat Audrey
dengan tangan kirinya, Lam menggenjot penisnya di vagina Audrey dari belakang
dengan cepat dan kasar. Kemudian tangan kanannya melingkar di pinggul Audrey
dan terus ke arah vagina Audrey dari arah depan sehingga jari-jari tangannya
dapat memainkan klitoris Audrey. Audrey tanpa sadar mengangkat kaki kanannya
sehingga posisinya sekarang seperti anjing yang sedang kencing untuk memberikan
akses yang lebih luas bagi jari-jari tangan Lam di vagina Audrey. Dengan posisi
satu kaki mengangkang ke atas, aku dapat melihat ternyata bulu-bulu di sekitar
vagina Audrey telah dicukur habis. Aku tidak tahu kapan mereka mencukur habis
bulu-bulu di sekitar vagina Audrey, mungkin tadi malam ketika aku sudah tidur.
Rupanya mereka telah berpesta seks sepanjang malam. Vagina Audrey terlihat
putih mulus tanpa sehelai bulupun dengan bibir vaginanya terlihat sedikit
berwarna merah muda tanda vagina itu telah digenjot habis sepanjang malam.
Ketika jari-jari tangan Lam mulai mempermainkan vagina Audrey dan
mencubit-cubit kecil klitoris Audrey, tubuh Audrey bergoyang hebat, pinggulnya,
badannya naik turun tidak beraturan. Erangan-erangan dan rintihan-rintihan
nikmat keluar dari mulut Audrey.
Wen sekarang menggunakan kedua tangannya untuk menjambak
rambut Audrey sehingga dapat membuatnya semakin kencang menyetubuhi mulut
Audrey. Diperlakukan demikian, Audrey semakin bergoyang-goyang,tubuhnya
meliuk-liuk karena ditekan dari belakang dan dari depan. Racauan dan
rintihannya semakin keras, matanya tidak berkedip dan selalu memandang ke arah
muka Wen. Lam dan Wen semakin mempercepat gerakannya sehingga Audrey
benar-benar tergoncang-goncang hebat. Audrey terlihat bermaksud menurunkan kaki
kanannya agar lebih memudahkannya menerima hajaran-hajaran penis Lam dan Wen di
vagina dan mulutnya. Namun hal itu tidak dapat dilakukannya karena terhalang
tangan kanan Lam yang telah benar-benar menggenggam vagina Audrey, terutama
klitorisnya. Melihat adegan live didepan mataku, aku orgasme dengan cepat, dan
kedua wanita muda yang melayani aku menghisap dan menelan seluruh spermaku sampai
habis. Melihat aku sudah orgasme, Wen kemudian memerintahkan salah satu wanita
disebelahku untuk mengambil sesuatu
“Ambil pil yang biasa di laci itu” kata Wen memerintahkan
wanita tersebut sambil menunjuk salah satu laci disamping tempat tidur.
Wanita yang disuruh Wen, mengeluarkan sebuah botol dari laci
tersebut, membukanya, dan mengeluarkan sebuah pil serta kemudian menyerahkannya
kepada Wen.
“Buka mulutmu Audrey, telan pil ini supaya kamu tidak hamil,
Lam ingin memuntahkan spermanya dalam vaginamu. Saya juga ingin orgasme dalam
vaginamu, bosan saya orgasme dalam mulutmu terus sepanjang malam” perintah Wen
kepada Audrey.
Kemudian Wen mengeluarkan penisnya yang besar dari mulut
Audrey dan memasukkan pil tersebut ke dalam mulut Audrey yang langsung ditelan
Audrey tanpa menggunakan air sedikitpun. Setelah itu Wen kembali menjambak
rambut Audrey dan kembali melanjutkan genjotan penisnya pada mulut Audrey. 20
menit telah berlalu, namun aku melihat baik Audrey, Wen maupun Lam belum ada
yang orgasme. Terus terang terkejut aku melihat perubahan pada diri Audrey.
Audrey tidak orgasme-orgasme, tidak seperti tadi malam yang dengan mudahnya dia
mencapai orgasme berulang-ulang. Tatapan mata Audrey terlihat sangat sayu dan
sedikit kosong, namun dari rintihan-rintihannya aku tahu dia lebih menikmati
persetubuhannya saat ini daripada persetubuhannya tadi malam. Melihat raut
wajahku yang penuh tanda Tanya, Wen kemudian menjelaskan kepadaku apa yang
telah terjadi.
“Tadi pagi Audrey saya beri obat ramuan China .
Obat ini membuat Audrey lebih lama mencapai orgasme, ini agar Audrey dapat
mengimbangi kami sehingga tidak cepat lelah. Namun dengan obat ini otot vagina
Audrey akan semakin kencang sehingga jepitannya pada penis yang masuk ke dalam
vaginanya akan semakin kuat dan hal ini membuat Audrey dan siapapun pria yang
menyetubuhinya merasa lebih nikmat. Setiap gesekan penis dalam vagina Audrey
akan berpuluh-puluh kali lipat lebih terasa nikmat bagi Audrey dan pria
tersebut” kata Wen menjelaskan kepadaku.
“Lihat Audrey sekarang sudah benar-benar menikmati setiap
gesekan penis Lam dalam vaginanya, bahkan dia sangat menikmatinya sampai-sampai
dia tidak begitu sadar akan sekelilingnya lagi, hanya kenikmatan dan kenikmatan
yang dia rasakan saat ini. Dipikirannya hanya ada rasa kenikmatan yang amat
sangat dan tidak ada rasa yang lain selain kenikmatan tersebut. Kenikmatan yang
Audrey rasakan saat ini sudah menguasai dan menghipnotis seluruh badan dan
pikirannya” tambah Wen kepadaku.
“Tom, kamu lihat nanti waktu istrimu mengalami orgasme. Kamu
akan lihat bagaimana seorang wanita mengalami orgasme yang super dahsyat. Kamu
pasti tidak akan menyangka bahwa istrimu bisa orgasme sehebat yang nanti kamu
akan lihat” lanjut Wen kepadaku.
45 menit telah berlalu, ketika aku melihat perubahan pada
diri Audrey. Erangan-erangan dan rintihan-rintihan nikmatnya mulai memelan,
namun badannya semakin bergoyang-goyang dengan kencang dan tidak beraturan. Lam
dan Wen semakin gencar menggenjot penisnya masing-masing dalam vagina dan mulut
Audrey, membuat Audrey sulit untuk tetap bertumpu pada kedua tanganya dan satu
lututnya. Badan Audrey benar-benar bergoncang hebat karena tekanan dari
belakang dan dari depan disertai goyangan badannya sendiri yang semakin tidak
beraturan. Mata Audrey tetap memandang kearah wajah Wen dengan sekali-kali
mendelik-delik. Kedua tangannya beberapa kali jatuh karena tidak kuat menahan
badannya, namun jambakan Wen pada rambutnya membuat Audrey tidak tersungkur ke
kasur. Suara Audrey semakin pelan bahkan sekarang hampir tidak terdengar sama
sekali, tangannya yang sudah tidak kuat menumpu badannya dan mulai mencari
pegangan lain. Kedua tangan Audrey terlihat berusaha memegang kedua sisi
pinggul Wen, kemudian beralih ke kedua tangan Wen yang sedang menjambak
rambutnya, lalu kembali kasur menumpu badannya dan begitu seterusnya terlihat
Audrey sedang mencari posisi yang enak untuk menumpu badannya yang bergoyang
hebat dan dihajar dari depan dan belakang oleh Wen dan Lam.
“Right on time. She is nearly there, I also nearly there”
sahut Lam tiba-tiba kepada Wen.
Mendengar itu Wen hanya tersenyum kemudian Wen berpaling
kepada kedua wanita muda yang sedang menemaniku.
“Kalian berdua kesini, bantu Audrey agar tetap pada
posisinya, agar Pak Lam bisa menikmati orgasmenya dengan lancar” perintah Wen
kepada kedua wanita itu.
Kedua wanita yang diperintah Wen kemudian naik ke kasur dan
memposisikan diri mereka masing-masing berlutut disamping kiri dan kanan
Audrey. Kemudian kedua wanita tersebut meraih masing-masing pundak Audrey dari arah
bawah sehingga sekarang tangan-tangan kedua wanita tersebut masing-masing
menumpu pundak Audrey, membuat kedua tangan Audrey terbuka kearah kiri dan
kanan. Sudah tidak terdengar suara rintihan Audrey. Badan Audrey juga bergerak
memelan namun terlihat Audrey berusaha memundurkan pinggulnya agar penis Lam
makin masuk jauh ke dalam vaginanya. Gerakan Audrey yang pelan meliuk-liuk
terlihat sangat kontras dengan gerakan Lam dan wen yang semakin ganas
menggenjot penisnya masing-masing ke dalam vagina dan mulut Audrey.
“Tom, sini naik ke kasur agar kamu bisa melihat dengan
jelas. Istrimu sebentar lagi akan orgasme yang hebat” kata Wen kepadaku.
Tanpa menunggu lagi akupun segera naik ke kasur agar bisa
melihat Audrey dari dekat dan dengan jelas. Lam kemudian melepaskan tangan
kanannya dari klitoris Audrey sehingga kali Audrey bisa turun dan kedua
lututnya bisa kembali menumpu badannya. Lam lalu sedikit berjongkok serta kedua
tangannya meraih pinggul Audrey. Dengan posisi demikian Lam bisa dengan lebih
leluasa menggenjot penisnya dengan keras ke dalam vagina Audrey. Kira-kira
sepuluh menit kemudian, badan Audrey makin meliuk-liuk ke kiri dan ke kanan
serta menekan ke belakang ke arah penis Lam.
“Ooh, this baby still want it more, although my dick has
reached the inside end of her vagina” kata Lam yang merasa Audrey terus menekan
pinggulnya ke belakang ke arah penisnya.
“Your vagina is not deep enough darling, but if you want it,
I’ll give it to you” lanjut Lam sambil menghentikan genjotannya dan menarik
pinggul Audrey kebelakang dan secara bersamaan memajukan pinggulnya sendiri ke
depan dan kemudian membiarkannya dalam keadaan begitu.
Ditekan dari belakang dengan keras sampai ke ujung
vaginanya, membuat mata Audrey mendelik. Kemudian Wen mengeluarkan penisnya dari
mulut Audrey dan melepaskan jambakan tangannya di rambut Audrey sehingga
sekarang kepala Audrey bebas bergerak.
“She is all yours, Lam” kata Wen kepada Lam.
“Ooh, she is real good, look at her hips moving, she knows
how to please a man” sahut Lam merasakan goyangan meliuk-liuk pinggul Audrey.
“Her vagina is very tight, my dickhead being played by her
wall end of vagina. Damn..this girl is good” lanjut Lam sambil merasakan ujung
penisnya bergesekan pada bagian yang paling dalam dari vagina Audrey.
Audrey terus memainkan penis besar Lam dalam vaginanya.
Pinggul Audrey naik turun dan memutar-mutar secara perlahan ditambah tekanan
pinggul Lam dari belakang dan tangan Lam yang menarik pinggul Audrey ke
belakang, membuat kedua manusia yang meskipun berbeda umur sangat jauh menjadi
satu kesatuan dan sama-sama menikmati persetubuhan mereka. Sepuluh menit
kemudian, Audrey memejamkan matanya, jari-jari tangannya membuka dan mengepal
secara perlahan, mulutnya terbuka lebar, goyangan pinggulnya menjadi patah-patah.
“Oh, she is coming, let us come together baby…!!!!’ sahut
Lam dengan keras.
Seperti mengerti perintah Lam, Audrey menghentikan
goyangannya, pinggulnya secara keras didorongnya ke belakang, kepalanya
terdongak ke atas dengan mulut terbuka lebar, seluruh badannya menegang dan
terdengar desahan kecil Audrey.
“Oohh… this is goooood…..I am in heaven….” desah Audrey
pelan.
Bersamaan dengan itu Lam memuntahkan spermanya di dalam
vagina Audrey.
“Take that bitch…., you like being fill up with cum you little
whore!” teriak Lam sedikit keras sambil terus memuntahkan spermanya di dalam
vagina Meda.
“Oooh… yeeesss… fill me up….oohhhh…this is too good….I am
your whore, your little whore” desah Audrey sangat pelan.
Kembali sesuatu yang menakjubkan terjadi didepan mataku,
sudah 10 menit berlalu tapi Nampak orgasme Audrey belum turun juga. Audrey
masih terus dipuncak kenikmatan. Ketika Wen melepaskan pegangannya pada pinggul
Audrey dan mulai menarik penisnya keluar dari vagina Audrey, Nampak raut muka
Audrey sedikit sedih.
“Don’t take it off now…pleaseee…I am not finished yet”
rengek Audrey pelan sambil kembali meliuk-liukan pinggulnya secara perlahan
untuk memancing Lam mengurungkan niatnya.
Lam tidak mendengarkan rengekan Audrey, dan mencabut
penisnya. Tapi kekecewaan Audrey hanya sebentar karena Wen langsung siap
menggantikan posisi Lam. Ditidurkannya Audrey telentang di atas kasur dibukanya
kaki Audrey lebar-lebar.
“Masih kurang Audrey?” Tanya Wen menggoda Audrey sebelum
mulai memasukkan penisnya ke dalam vagina Audrey.
“Masih…pak Wen…saya masih orgasme…..ooohhhh nikmat
sekali…..mau disetubuhi sekarang…” rengek Audrey sambil menarik pinggul Wen ke
arahnya.
“Oohhhh……” desah Audrey ketika penis Wen masuk ke dalam
vaginanya sampai mentok.
Wen kemudian secara perlahan menggenjot vagina Audrey dengan
penisnya. Setiap gerakan Wen selalu disertai lolongan pelan namun panjang dari
Audrey. Kepala Audrey terdongak ke belakang, matanya terpejam rapat, dadanya
membusung ke atas sehingga sebagian punggungnya terangkat dari kasur. Bibir
kecilnya mengigit-gigit pelan jari telunjuk kanannya, lolongan pelan namun
panjang terdengar dari mulut Audrey setiap kali Wen menggerakan penisnya secara
perlahan.
Penasaran dengan apa yang dirasakan Audrey, aku membisikinya
dan bertanya.
“Bagaimana rasanya Drey? Enak?” tanyaku.
“Ennakkk…ooohhhhh…. Terima kasih Tom atas pengalaman indah
ini…..orgasmeku tidak berhenti-henti nih…..oohhhh panjang sekali…..oohhhh…..aku
disetubuhi sambil orgasme…..” jawab Audrey pelan kepadaku sambil terus
menikmati orgasmenya yang berkepanjangan.
Lima belas menit kemudian, penis Wen berdenyut kencang
pertanda dia akan orgasme, dan tubuh Audreypun tiba-tiba lebih menegang lagi.
“Oohhh….apa ini pak wen….kenapa saya……” desah Audrey pelan
kepada Wen.
“Inilah puncaknya orgasme dari orgasme Drey. Nikmati saja”
jawab Wen.
Bersamaan dengan itu, tubuh Audrey dan Wen benar-benar
menegang. Keduanya berusaha menarik satu sama lain dan merapatkan persenggamaan
mereka. Kaki Audrey melingkar di pinggul Wen. Dada Audrey makin membusung,
kepalanya makin terdongak ke belakang dan giginya menggigit bibir bawahnya
sendiri. Sedangkan kepala Wen berada di pundak Audrey, mulutnya sedikit
menggigit pundak Audrey dan penisnya ditekan dengan keras ke dalam vagina
Audrey.
“OOOhhhhh……” teriak Audrey dan Wen bersamaan. Wen
memuntahkan seluruh spermanya ke dalam vagina Audrey, Dua manusia mengalami
orgasme hebat secara bersamaan.
Beberapa menit Wen dan Audrey berada di puncak orgasme
mereka.
“Oke semuanya keluar dari kamar ini. Biarkan Audrey
istirahat dulu” kata Wen setelah selesai memuntahkan seluruh spermanya dalam
vagina Audrey.
Wenpun beranjak dari atas tubuh Audrey, tidur disampingnya
dan menyelimuti dirinya dan Audrey dengan selimut. Audrey hanya tersenyum
dengan mata terpejam dan menidurkan kepalanya di dada Wen yang ditumbuhi bulu
yang sangat lebat, sedangkan yang lainnya termasuk aku pergi meninggalkan kamar
itu dan membiarkan Wen dan Audrey istirahat.
Bagian IV: Basement Villa
Menjelang sore terlihat Wen keluar dari kamar itu dan
bergabung dengan aku dan tamu-tamu yang lain di ruang tengah villa. Rupanya
yang menginap di villa tersebut selain aku, Audrey, Wen, Lam dan kedua wanita
yang siang tadi berada di kamar, juga ada satu wanita lagi dan tiga tamu laki-laki.
“Wah, sudah pada berkumpul rupanya, maaf saya baru bangun”
kata Wen kepada aku dan tamu-tamu lainnya.
Kamipun mengobrol di ruang tengah villa itu sampai menjelang
malam. Kurang lebih jam 6.30pm Wen menginstruksikanku untuk membangunkan
Audrey.
“Tom, bangunkan istrimu, kita akan makan malam bersama”
sahut Wen kepadaku.
Akupun segera menuruti perintah Wen dan naik ke lantai atas
villa menuju kamar tempat Audrey istirahat karena memang aku sudah mulai kuatir
terhadap Audrey sebab setelah kejadian siang tadi di kamar aku belum melihatnya
lagi. Sesampainya di kamar, aku melihat Audrey sudah bangun namun masih tiduran
tengkurap di atas kasur, tubuhnya masih telanjang, terlihat mukanya nampak
habis menangis. Melihat aku masuk ke kamar, air mata menetes kembali dari
matanya.
“Tom, apa yang kamu lakukan terhadapku. Kenapa kamu jahat
terhadapku, kenapa kamu membiarkan semua ini terjadi?” tangis Audrey kepadaku.
Akupun berusaha menenangkan dan menghibur istriku, kami
berbincang-bincang di kamar itu cukup lama sambil aku berusaha terus
menghiburnya sampai tiba-tiba salah satu dari tamu wanita masuk ke kamar dan
meminta Audrey untuk mandi dan membersihkan diri karena aku dan Audrey sudah
ditunggu di ruang makan oleh Wen dan tamu-tamu yang lain. Dengan sedikit malas
Audrey menurutinya. Setelah Audrey mandi dan berpakaian kamipun keluar dari
kamar itu dan menuju ruang makan. Terlihat Audrey ragu-ragu untuk keluar dari
kamar. Terlihat Audrey sedikit malu untuk bertemu dengan Wen dan tamu-tamu yang
lain setelah kejadian tadi malam dan tadi siang.
Sesampainya di ruang makan, tamu-tamu yang lain sudah
menunggu. Wen mempersilahkan aku dan Audrey duduk di kursi yang disediakan di
ruang makan itu demikian juga terhadap tamu-tamu yang lain masing-masing
dipersilahkan duduk oleh Wen. Kamipun menyantap hidangan malam yang disediakan
sambil mengobrol. Pembicaraan di meja makan itu kebanyakan tentang bisnis
antara Wen dan tamu-tamunya. Tidak ada yang menyinggung kejadian tadi malam dan
tadi siang, seakan-akan kejadian tersebut tidak pernah terjadi. Hal itu membuat
Audrey terlihat sedikit tenang. Selesai santap malam Wen mempersilahkan
tamu-tamunnya, termasuk aku dan Audrey ke ruang tengah. Di ruang tengah makanan
kecil dan minuman telah disediakan dan Wen mempersilahkan kami semua untuk
mencicipi makanan kecil dan minuman tersebut kemudian melanjutkan obrolan
bisnisnya dengan tamu-tamunya di ruang tengah, Wen sedikit mengacuhkan aku dan
istriku karena memang obrolannya adalah masalah bisnis. Setelah kurang lebih 2
jam berbicara bisnis dengan tamunya tiba-tiba Wen berkata
“Ok saya rasa omomgan bisnis sudah cukup untuk malam ini.
Sekarang kita ke topik selanjutnya”
“Zhou, obatmu ternyata sangat manjur, lihat saja ini
hasilnya” sambung Wen sambil memencet remote TV.
TV menyala dan betapa kagetnya aku melihat apa yang muncul
di TV. Rekaman persetubuhan Audrey tadi malam dan tadi siang terlihat di layar
TV. Aku melihat wajah Audrey sangat terkejut dan malu melihat tamu-tamu yang
lain menyaksikan tayangan persetubuhannya dilayar TV. Audrey bangkit dari
tempat duduknya dan bermaksud meninggalkan ruang tengah itu, namun Wen
menghardiknya dengan tegas.
“Audrey, duduk kamu! Tidak ada yang menyuruh kamu untuk
pergi!” bentak Wen dengan sangat keras.
Mendengar bentakan Wen aku sangat terkejut. Aku bermaksud
untuk turut berdiri, namun aku merasakan tubuhku lemas dan aku tidak mampu
berdiri. Kelihatannya Wen telah mencampurkan sesuatu lagi dalam minumanku
sehingga badanku lemas tidak berdaya.
Aku melihat Audrey sedikit ketakutan mendengar bentakan Wen,
namun dikarenakan aku hanya tetap duduk dan tidak membela Audrey, maka
Audreypun mengurungkan niatnya dan kembali duduk. Wen dan tamu-tamu lainnya
kemudian membahas adegan demi adegan persetubuhan Audrey yang ditayangkan TV.
Mereka membahasnya seakan-akan Audrey tidak ada di ruangan itu.
Komentar-komentar keluar dari mulut mereka. Wen memuji Zhou atas kemanjuran
obatnya. Wen menjelaskan bagaimana Audrey yang alim itu bisa menjadi seorang
pelacur murahan dikarenakan meminum obat itu. Ada lagi tamu yang lain memuji
daya tahan Audrey karena obat itu. Setelah rekaman adegan persetubuhan Audrey
di TV selesai, kemudian Wen dengan suara tegas memerintahkan Audrey
“Nah, Audrey, tolong hibur tamu-tamuku ini. Jangan biarkan
mereka hanya menonton kamu di TV saja, perbolehkan mereka juga menikmati
dirimu.”
Mendengar itu dengan raut muka penuh ketakutan, Audrey
bangkit dari tempat duduknya dan berusaha lari keluar dari villa, namun baru
beberapa langkah berlari, Wen dan Zhou dengan sigap menangkap Audrey.
“Wow, rupanya pelacur ini tidak mau menuruti perintah.
Ck…ck..ck…Audrey kamu sangat mengecewakan” kata Wen sambil mencengkram tubuh
Audrey dari belakang.
“Kamu harus dihukum dan dididik yang benar supaya bisa
menjadi budak seks yang patuh” lanjut Wen kemudian kepada Audrey.
Audrey meronta-ronta dengan keras dan berusaha melepaskan
diri, namun cengkraman Zhou dan Wen pada dirinya terlalu kuat, sehingga usaha
Audrey untuk melepaskan diri menjadi sia-sia. Kemudian Wen dan Zhou menyeret
Audrey ke basement villa, diikuti oleh tamu-tamu yang lain. Mereka meninggalkan
aku di ruang tengah. Aku kembali berusaha bangkit untuk membantu Audrey, namun
aku sama sekali tidak dapat berdiri sehingga aku hanya dapat terduduk lemah di
sofa melihat perlakuan Zhou dan Wen terhadap Audrey. Tidak lama mereka
meninggalkan aku di ruang tengah. Kira-kira 15 menit kemudian 2 orang tamu pria
mendatangiku dan segera membopongku ke basement villa. Basement villa itu
ternyata suatu ruangan yang kelihatannya sering digunakan untuk pesta seks yang
aneh-aneh. Aku melihat banyak peralatan seks yang lebih mirip sebagai alat
penyiksaan tergantung di dinding basement itu. Banyak peralatan seks yang belum
pernah aku lihat sebelumnya.
Merinding aku ketika memasuki basement villa itu, namun yang
membuat aku lebih kaget dan takut lagi adalah ketika aku melihat Audrey sudah
terikat dalam keadaan telanjang bulat. Posisi Audrey berdiri dengan kedua
tangan terikat ke atas melebar oleh rantai-rantai yang tertancap kuat
dilangit-langit basement, sedangkan kakinya mengangkang lebar terikat dengan
rantai-rantai yang menancap kuat ke lantai basement, sehingga posisi Audrey
menyerupai huruf “X”. Aku melihat Audrey meronta-ronta sekuat tenaga, air
matanya mengucur deras di kedua pipinya. Permohonan-permohonan untuk dilepaskan
keluar dari mulutnya, namun rengekannya hanya dibalas dengan tawa sinis oleh
orang-orang yang berada di basement villa itu. Kedua tamu yang membopongku
kemudian mendudukanku di sebuah kursi persis di hadapan Audrey.
“Teman-teman, malam ini kita akan mendidik pelacur ini
supaya mau menjadi budak seks yang patuh. Harap teman-teman duduk di
kursi-kursi yang telah disediakan, dan kita akan segera mulai pendidikan buat
pelacur ini” sahut Wen tiba-tiba.
Mendengar itu semua yang ada di basement itu duduk di kursi
yang telah disediakan disekeliling tempat Audrey terikat dan menunggu apa yang
selanjutnya Wen akan lakukan terhadap Audrey.
“Audrey, ini kesempatan kamu yang terakhir. Kamu bisa secara
sukarela menjadi budak seksku yang patuh atau aku akan membuat kamu menjadi
budak seksku yang patuh. Kedua-duanya pada akhirnya kamu akan menjadi budak
seksku yang patuh, namun cara kedua pasti jauh lebih menyakitkan” kata Wen
kemudian sambil tertawa.
Mendengar itu aku melihat ketakutan yang amat sangat di
wajah Audrey. Audrey semakin kencang meronta-ronta berusaha melepaskan diri.
Tangisannya semakin keras, permohonan minta dilepaskan juga semakin keras.
“Ok, kalalu kamu mau dengan cara yang menyakitkan” kata Wen
setelah melihat Audrey tetap berusaha melepaskan diri.
Wen kemudian mengambil sebuah cambuk kuda dan berdiri di
belakang Audrey. Aku melihat Audrey merinding ketakutan melihat cambuk kuda
tersebut.
“Ctaarr….ctttarr….cttaaarrr…..” suara cambuk 3 kali berbunyi
disertai raungan kesakitan Audrey. Wen telah mencambuk punggung Audrey dengan
keras.
Raungan tangis Audrey semakin keras, badannya tetap
meronta-ronta untuk melepaskan diri.
“Cttaar…cttarr…ctarr..ctaarrr…” bunyi cambuk kembali
bertubi-tubi mendera punggung Audrey hingga Audrey pingsan. Melihat Audrey
pingsan salah seorang tamu wanita mengguyurkan air ke kepala Audrey untuk
membangunkannya.
Ketika Audrey siuman, Wen menanyakan kepada Audrey apakah
Audrey bersedia menjadi budak seksnya. Setiap kali Audrey mengatakan tidak atau
berusaha meronta-ronta untuk melepaskan diri, maka bunyi cambuk akan terdengar
lagi, dan kali ini tidak hanya mendera punggung Audrey, namun juga mendera ke
pantat, kedua payudara dan vaginanya. 30 menit Audrey dicambuki seluruh
tubuhnya, bekas-bekas cambuk berwarna kemerahan terlihat disekujur tubuhnya.
Tubuh Audrey sudah kelihatan lemas. Tidak ada lagi raungan tangis keluar dari
mulutnya.
“Bagaimana Audrey, apakah kamu sekarang bersedia jadi budak
seksku?” tanya Wen kemudian.
Audrey hanya menggelengkan kepalanya secara lemah tanda
penolakannya.
“Ok, kalau kamu tetap tidak mau. Kita akan ke tahap
selanjutnya. Kita lihat sampai mana kamu tahan siksaan ini” sahut Wen kepada
Audrey sambil mengisyaratkan sesuatu kepada seorang tamu wanita.
Tamu wanita yang diberi isyarat oleh Wen kemudian maju ke
depan. Dia membawa sebuah jarum dan sebuah cincin yang terbuat dari emas dan
menyerahkannya kepada Wen. Kemudian Wen berjongkok di depan vagina Audrey.
Dibukanya vagina Audrey secara perlahan. Mengetahui akan apa yang akan terjadi,
Audrey meronta-ronta dengan hebat, namun beberapa tamu maju ke depan dan
memegang erat-erat tubuh dan pinggul Audrey sehingga Audrey tidak dapat
bergerak.
“Jangan…jangan….” pinta Audrey lirih.
“AAAUOOCCCHHH….” Kemudian terdengar teriakan Audrey.
Ternyata Wen menusuk bibir dalam bagian atas vagina Audrey dengan jarum dan
kemudian memasukkan cincin tersebut dalam lubang yang telah dibuatnya pada
bibir vagina Audrey tersebut.
Raungan keras kesakitan Audrey membahana di basement itu,
kemudian Audrey kembali pingsan. Kemudian Wen kembali berdiri dan mundur
beberapa langkah untuk melihat hasil kerjanya. Dia terlihat puas dengan apa
yang telah diperbuatnya pada Audrey. Audrey terlihat dalam posisi terikat,
masih pingsan dengan sebuah cincin di bibir atas vaginanya dengan sedikit darah
terlihat disekitar bibir atas vaginanya. Seorang tamu wanita kembali
mengguyurkan air ke kepala Audrey dan membersihkan vagina Audrey dari bekas
darah tersebut. Kemudian tamu wanita tersebut memberikan wewangian ke hidung
Audrey agar Audrey siuman. Siuman dari pingsannya, terlihat sekali Audrey
menahan sakit di vaginanya. Kemudian Wen kembali menghampiri Audrey dengan
membawa jarum tersebut lagi beserta sebuah cincin emas lainnya. Tangan kiri Wen
kemudian meraih puting payudara sebelah kiri Audrey dan tangan kanan Wen
memegang jarum siap menusuknya.
“Jangan….jangan….ampun….jangan…sakit…saya bersedia jadi
budak seks Pak Wen asalkan jangan siksa saya lagi” tiba-tiba terdengar suara
pelan Audrey.
Mendengar hal itu Wen dan tamunya tertawa penuh kemenangan.
“Benar kamu mau jadi budak seksku dan menuruti semua
keinginanku” Tanya Wen kepada Audrey.
“Iya…iya….saya mau…tolong jangan sakiti saya lagi” jawab
Audrey menyerah.
“Ok, bagus..bagus…, ladies…beri hadiah kepada budak seksku
yang baru ini, buat dia menikmati statusnya yang baru sebagai budakku” kata Wen
sambil memberi isyarat kepada para tamu wanita untuk maju ke depan.
Para tamu wanita tanpa perlu diperintah lebih lanjut
langsung maju ke depan mengelilingi Audrey. Satu tamu wanita berjongkok di
hadapan vagina Audrey dan mulai menjilati dan menghisap-hisap vagina Audrey.
Tamu-tamu yang lain menciumi dan menjilati kedua payudara Audrey, paha Audrey,
punggung Audrey dan sekujur tubuhnya.
15 Menit diperlakukan demikian terlihat tubuh Audrey mulai
mengkhianatinya. Audrey mulai meliuk-liukan badannya mengikuti permainan para
tamu wanita tersebut di seluruh tubuhnya. Melihat reaksi Audrey, para tamu
wanita tersebut semakin ganas mengerjai tubuh Audrey. Jari-jari tangan mereka
secara bergantian keluar masuk vagina Audrey yang mana hal tersebut semakin
membuat Audrey tidak dapat mengontrol tubuhnya. Tidak beberapa lama kemudian
terdengar erangan Audrey tanda Audrey telah mencapai orgasmenya yang disambut
oleh tepuk tangan meriah dari para tamu pria di basement itu. Tidak menunggu
sampai orgasme Audrey reda, Wen kemudian melepaskan ikatan Audrey dan
membimbingnya untuk berdiri di hadapanku.
“Mulai sekarang istrimu adalah budak seksku. Mulai sekarang
aku harus didahulukan oleh istrimu dan bukan kamu lagi. Apabila kamu
macam-macam rekaman dvd persetubuhan istrimu akan aku sebar di internet” kata
Wen kepadaku.
Aku hanya diam tercekat oleh ancaman Wen itu. Badanku masih
lemas sehingga aku tidak dapat berbuat apa-apa meskipun sebenarnya ingin aku
meninju Wen. Kemudian Wen mengaitkan sebuah bel kecil keperakan di cincin emas
yang berada di bibir atas vagina Audrey, dan kemudian Wen mengetes bunyi bel
tersebut dengan jarinya.
“Ting…ting…ting” terdengar bunyi bel pelan.
Audrey kemudian diposisikan membungkuk ke depan dengan kedua
tangan bertumpu di kedua pegangan kursi tempat aku duduk. Pantatnya di
keataskan sedikit oleh Wen sehingga Audrey sedikit berjinjit dengan pantat
sejajar dengan selangkangan Wen. Wajah Audrey dengan wajahku menjadi berhadapan
dengan sangat dekat. Lalu Wen memelorotkan celananya sendiri. Terlihat penis
Wen yang besar sudah mengacung keras, dan tanpa basa basi lagi dimasukkannya
penis besar itu ke dalam vagina Audrey dari belakang. Erangan kecil keluar dari
mulut Audrey disertai bunyi bel berdenting beberapa kali. Mata Audrey terpejam
rapat. Aku melihat ke bawah ke arah vagina Audrey. Terlihat vagina Audrey sudah
penuh dengan penis Wen yang besar dengan sebuah bel kecil yang bergoyang-goyang
tergantung dari bibir atas vaginanya. Wen mulai memompa penisnya keluar masuk
vagina Audrey yang disertai erangan-erangan kecil Audrey dan bunyi bel yang
bergoyang. Tubuh Audrey terdorong ke depan sehingga wajahnya sekarang berada
disamping kuping kananku.
Terdengar erangan-erangan Audrey di kupingku setiap kali
penis Wen yang besar memasuki vaginanya.
“Maafkan aku Tom, aku tidak kuat disiksa…” tiba-tiba bisik
Audrey di kupingku. Aku tidak menjawab dan hanya diam saja.
Genjotan-genjotan penis Wen pada vagina Audrey semakin
keras, dan erangan-erangan Audrey semakin terdengar keras. Badan Audrey mulai
mengikuti irama permainan Wen. Terlihat vagina Audrey sudah sangat basah,
cairan kewanitaannya mulai terlihat membasahi kedua paha dalamnya.
“Wah vagina istrimu sangat basah…dia sangat menikmatinya”
kata Wen kepadaku sambil tertawa.
“Saatnya kita ke tahap selanjutnya” kata Wen kemudian sambil
dengan tiba-tiba memasukkan 2 jarinya secara kasar ke dalam anus Audrey.
Jeritan keras terdengar dari mulut Audrey. Audrey berusaha
menarik badannya namun dengan sigap Wen menahannya.
“Diam Audrey!!!” hardik Wen kepada Audrey.
Setelah beberapa menit puas mengobok-obok anus Audrey dengan
kedua jarinya, Wen lalu mencabut penisnya dari vagina Audrey dan mengarahkannya
ke anus Audrey. Wen menarik badan Audrey ke belakang sehingga wajah Audrey
sekarang kembali berhadapan dengan wajahku. Terlihat wajah kesakitan dari
Audrey ketika penis Wen yang besar mulai memasuki lubang anusnya. Air mata
mulai meleleh dari kedua mata Audrey. Perlu beberapa menit sampai seluruh penis
Wen masuk ke dalam lubang anus Audrey, dan kemudian Wen mulai memompa penisnya
keluar masuk lubang anus Audrey. Jeritan-jeritan sakit terdengar dari mulut
Audrey, matanya kembali terpejam menahan sakit. Dua tamu wanita kemudian mendatangi
Audrey dari kedua sisi. Salah satunya membawa vibrator yang cukup besar dan
menyalakannya.
“Ziiing…….” terdengar bunyi vibartor itu. Salah satu tamu
wanita tersebut kemudian berjongkok disisi sebelah kiri Audrey dan memasukan
vibrator tersebut ke dalam vagina Audrey yang disertai erangan-erangan Audrey.
Tamu wanita yang lainnya berjongkok disisi kanan Audrey dan mulai meraba-raba
dan menciumi payudara Audrey yang bergantung bebas. Tubuh Audrey kembali
terdorong ke depan, sehingga wajahnya kembali berada disebelah kuping kananku.
Badan Audrey bergoyang hebat dikarenakan genjotan penis Wen di lubang anusnya
dan genjotan vibrator di vaginanya. Erangan-erangan Audrey terdengar keras
bersahut-sahutan dengan bunyi vibrator dan bel yang bergoyang keras di bibir
atas vaginanya. Erangan-erangan Audrey tidak lagi terdengar sebagai erangan
kesakitan tapi telah berubah menjadi erangan kenikmatan. Tanpa disadarinya,
Audrey mulai menciumi kuping dan leherku dan sesekali menggigit pelan leherku.
Tidak butuh waktu lama untuk Audrey mencapai orgasmenya kembali, badannya
mengejang hebat disertai lenguhan kecil ketika dia mencapai puncak orgasmenya.
Namun Wen belum ada tanda-tanda bahwa Wen akan mencapai orgasmenya. 40 menit
telah berlalu, Audrey telah berkali-kali mengalami orgasme, sampai akhirnya Wen
memuntahkan seluruh spermanya didalam anus Audrey. Wen kemudian menarik
penisnya keluar dari lubang anus Audrey dan membimbing Audrey ke matras di
tengah basement itu. Ternyata salah satu tamu pria Wen telah tidur terlentang
di atas matras itu dengan keadaan telanjang bulat dan penis besar yang
mengacung ke atas. Wen membimbing Audrey menduduki penis tersebut. Audrey hanya
menurut saja apa yang dikehendaki Wen. Setelah penis besar tamu Wen yang
bernama Liem itu masuk seluruhnya ke dalam vagina Audrey, Liem kemudian menarik
kedua putting payudara Audrey sehingga posisi badan atas Audrey meniduri dada
Liem. Liem lalu mencium bibir Audrey dengan ganas, dan aku melihat Audrey
melayaninya. Lidah Audrey dan lidah Liem bertautan, mereka berciuman dengan
ganasnya. Sementara itu Zhou yang juga sudah telanjang bulat mendekati pantat
Audrey dari belakang, dan tanpa basa-basi memasukan penisnya yang juga besar ke
dalam lubang anus Audrey, sehingga sekarang posisi Audrey terjepit di antara
tubuh Liem dan Zhou dengan 2 penis menancap masing-masing di vaginanya dan di
anusnya.
Mata Audrey terlihat berbinar ketika Liem dan Zhou mulai
memompa penisnya masing-masing pada vagina dan anus Audrey. Tidak ada lagi
penolakan dari Audrey, bahkan Audrey turut menggoyang-goyangkan pinggulnya
seirama dengan genjotan Liem dan Zhou.
“Lihat, istrimu mulai menikmati dan menerima statusnya yang
baru sebagai budak seks. Saya harap kamu juga dapat menerimanya. Kamu tidak mau
kan rekaman dvd istrimu tersebar di internet, lagipula aku lihat kamu juga
mulai menikmatinya, lihat penis kamu mulai membesar” bisik Wen kepadaku.
“Kamu menurut saja, dan kamu dapat mendapatkan impianmu
selama ini, yaitu melihat istrimu disetubuhi pria lain” lanjut Wen kepadaku.
Aku hanya mengangguk pelan. Terus terang melihat Audrey
disandwich oleh 2 laki-laki tua telah membangkitkan nafsu birahiku. Obat yang
diberikan Wen kepadaku mulai memudar dan tubuhku mulai tidak lemas lagi, namun
bukannya aku membantu Audrey melepaskan diri tapi aku malah menikmati adegan
seks di depanku. Terasa lama sekali untuk Liem dan Zhou mencapai orgasmenya,
namun sebaliknya sangat cepat sekali Audrey mengalami orgasme. Setelah Audrey
mengalami orgasme berkali-kali, barulah Liem dan Zhou secara bersamaan
memuntahkan spermanya masing-masing dalam vagina dan anus Audrey. Selesai
memuntahkan spermanya dalam anus dan vagina Audrey, Liem dan Zhou segera
digantikan oleh tamu pria yang lainnya. Kali ini giliran Lam dan satu tamu
lainnya yang bernama Kong. Audrey diposisikan tiduran terlentang di atas tubuh
gemuk Lam dengan penis Lam yang menancap di anus Audrey, sedangkan Kong
menancapkan penisnya ke dalam vagina Audrey dari atas. Lam dan Kong dengan
segera menggenjot penisnya masing-masing dengan kasar pada vagina dan anus
Audrey. Audrey terlihat kepayahan melayani nafsu Lam dan Kong. Kedua tangan
Audrey bertumpu di dada Lam, kedua kakinya terbuka lebar memberikan akses
seluas-luasnya bagi penis Kong di vaginanya.
Sementara itu, ketiga tamu wanita yang semuanya telah telanjang bulat
menyerbu penisku, mereka memelorotkan celana dan celana dalamku dan mulai
menjilati penisku secara bergantian yang membuat nafsu birahiku semakin
memuncak. Tanganku mulai berani meraba-raba payudara ketiga wanita tersebut.
Audrey kadang-kadang terlihat memandang ke arahku yang sedang dioral service
oleh ketiga tamu wanita tersebut. Entah cemburu atau karena tidak mau kalah
melihat aku menikmati service ketiga tamu wanita tersebut, Audrey kembali
berkonsentrasi dengan persetubuhannya dengan Lam dan Kong. Tangan kanannya
meraih belakang kepala Kong dan ditariknya kedepan dan Audrey menciumi bibir
Kong dengan ganasnya.
Lidah Audrey terlihat bermain dengan lidah Kong, pinggul
Audrey bergoyang makin hebat seakan-akan memberi semangat untuk Lam dan Kong
agar menggenjot penisnya masing-masing dengan semakin ganas pada vagina dan
anusnya. Orgasme demi orgasme melanda Audrey, sampai akhirnya Lam dan Kong
menghabiskan seluruh spermanya dalam vagina dan anus Audrey. Aku sendiripun
telah mengalami orgasme, seluruh spermaku ditelan habis oleh ketiga tamu wanita
tersebut. Setelah selesai menghabiskan seluruh spermaku, ketiga wanita tersebut
bermain seks bertiga. Rupanya mereka adalah lesbian. Ketika aku bermaksud untuk
ikut serta, secara halus mereka menolakku. Sementara itu Audrey masih melayani
kelima pria tua di atas matras. Mereka secara bergantian atau bersama-sama
menyetubuhi Audrey dengan berbagai macam gaya seks. Terkadang seluruh lubang
yang ada di Audrey yaitu mulut, vagina dan anus Audrey harus melayani
penis-penis pria-pria tua tersebut secara bersamaan. Terlihat juga Audrey
melayani kelima pria tua tersebut secara bersamaan. Audrey duduk di atas Wen
yang berbaring terlentang dimatras dengan penis Wen pada vagina Audrey,
sedangkan Kong asyik menggenjot anus Audrey dari belakang. Secara bersamaan
mulut Audrey menjilati dan menghisap penis Lam, sedangkan tangan kiri Audrey
sibuk mengocok penis Zhou dan tangan kanan Audrey sibuk mengocok penis Liem.
Terlihat suatu adegan yang fantastis di hadapanku, Audrey istriku yang cantik,
berkulit putih dan mulus sibuk melayani 5 pria tua yang semuanya bertubuh gemuk
dan berbulu lebat. Erangan-erangan mereka membahana di basement itu disertai
bunyi bel kecil yang tergantung di bibir atas vagina Audrey. Orgasme-orgasme
silih berganti melanda mereka. Sudah banyak sekali sperma kelima pria tua itu
memenuhi vagina, lubang anus dan mulut Audrey. Bekas-bekas sperma nampak
dibibir vagina dan lubang anus Audrey, juga demikian di bibir mulut Audrey,
namun mereka terus bersetubuh sepanjang malam itu sampai pagi menjelang ketika
mereka semua kehabisan tenaga dan tidur bersama di basement itu dengan keadaan
telanjang bulat.
Bagian V: Penutup
Hari sudah siang ketika Audrey dan kelima pria tua bangun,
merekapun mandi bersama-sama. Ketiga tamu wanita sudah tidak nampak di villa,
kelihatannya mereka sudah pulang duluan ke Jakarta .
Tidak terasa sudah dari jumat malam aku dan Audrey berada di villa. Sekarang
sudah hari minggu, namun tidak terlihat Wen dan 4 pria lainnya akan pulang ke Jakarta .
Mereka masih asyik menyetubuhi budak seks barunya, yaitu Audrey istriku. Tidak
henti-hentinya mereka menyetubuhi Audrey baik secara bergantian maupun secara
bersama-sama. Mereka menyetubuhi Audrey baik di ruang tengah, di ruang makan,
di kolam renang, di jacuzzi maupun di kamar tidur. Aku melihat Audrey berusaha
melayani nafsu binatang mereka dengan sebaik-baiknya. Terlihat sekali istriku
sudah menerima status barunya sebagai budak seks. Meskipun terlihat sulit bagi
Audrey untuk mengimbangi kemampuan seks kelima pria tua itu, namun Audrey
terlihat mulai menikmatinya, terutama apabila Audrey disetubuhi dengan
gaya-gaya baru yang belum pernah dicobanya. Kelima pria itu terus menyetubuhi
Audrey sepanjang hari Minggu, Senin sampai hari Selasa, mereka hanya berhenti
kalau saatnya makan dan tidur sebentar. Kagum aku melihat stamina kelima pria
tua tersebut mengingat usia mereka semuanya sudah di atas 50 tahun.
Kadang-kadang ketika mereka beristirahat sebentar, mereka mengijinkanku untuk
dioral oleh Audrey, namun mereka tidak pernah mengajakku untuk secara
bersama-sama menyetubuhi Audrey. Hari Rabu pagi, mereka baru mengijinkan aku
dan Audrey kembali ke Jakarta dengan instruksi bahwa cincin dan bel kecil di
bibir atas vagina Audrey tidak boleh dilepas, mulai sekarang Audrey hanya
diperbolehkan memakai rok dengan tidak boleh memakai BH dan celana dalam,
setiap hari Audrey harus meminum pil anti hamil yang diberikan oleh Wen, Audrey
harus selalu mencukur bulu-bulu disekitar vaginanya sehingga vaginanya selalu
mulus tanpa bulu sehelaipun, aku tidak boleh menyetubuhi Audrey, aku hanya
boleh dioral saja oleh Audrey dan kapanpun Wen dan teman-temannya memanggil
Audrey atau datang ke rumah kami, Audrey harus siap melayani. Apabila kami
tidak menuruti maka dvd rekaman persetubuhan Audrey di villa tersebut akan
tersebar di internet. Audrey hanya mengangguk tanda setuju mendengar instruksi
Wen sedangkan aku hanya diam tanpa bisa berbuat apapun. Kamipun pulang ke Jakarta
pada hari Rabu pagi itu dengan status baru istriku sebagai budak seks pemuas
nafsu.
Author : Shusaku
No comments:
Post a Comment