Sekitar satu minggu yang lalu isteriku, Dayu dan aku
diundang hadir ke sebuah beach resort bersama dengan rekan-rekan kerjanya.
Isteriku bekerja pada bagian marketing di sebuah perusahaan besar yang sangat
sukses beberapa tahun belakangan, dan hal tersebut berimbas pada kesejahteraan
karyawannya yang semakin naik dan beberapa bonus juga, salah satunya adalah
perjalanan ke resort kali ini. Aku sangat bergairah untuk pergi, meskipun dia
merasa khawatir bertemu dengan rekan-rekan kerja isteriku. Kantor Dayu bekerja
sangatlah berkultur informal, dan kadang Dayu cerita padaku tentang semua
godaan dan cubitan yang berlangsung selama jam kerja. Aku bekerja pada sebuah
firma hukum, yang sangat disiplin dan professional, dan bercanda apalagi saling
goda merupakan hal yang tak bisa ditolerir dalam perusahaan. Dan hal itu
mempengaruhi sikap dan perilakuku dalam keseharian, aku menjadi seorang yang
tegas dan formal. Aku tak begitu yakin bisa berbaur dengan rekan kerja Dayu
nanti. Dayu sendiri adalah seorang wanita periang dan mudah bergaul. Berumur 30
tahun, potongan rambut pendek seleher dan berwajah manis. Dia agak sedikit
pendek dibawah rata-rata, pahanya ramping yang bermuara pada pinggang dengan
pantat yang kencang. Sosok mungilnya berhiaskan sepasang payudara yang lumayan
besar dan namun bulat kencang meskipun tanpa memakai penyangga bra. Kami
berjumpa dibangku kuliah dan menjadi dekat dalam waktu singkat lalu menikah tak
lama setelah kami lulus. Dia tak begitu berpengalaman dalam hal seks, meskipun
aku bukanlah lelaki pertama yang berhubungan seks dengannya. Kala hari
perjalanan itu tiba, kami mengenderai mobil menuju resort tersebut.
Dalam perjalanan kesana Dayu menceritakan kalau dia telah
membeli sebuah bikini baru untuk akhir pekan kali ini. “Mau pamer tubuh ke
orang-orang, ya?” candaku padanya. “Mungkin,” jawabnya dengan tersenyum.
“Maksudmu?” tanyaku penasaran. Dayu yang kutahu tak begitu suka mempertontonkan
tubuhnya, aku selalu merasa sulit untuk sekedar memaki pakaian renang yang
minim. “Nggak ada, bukan apa-apa” Dayu tertawa menggoda suaminya. “Sudah pernah
kubilang padamu kan kalau
dikantor kita senang bercanda dan saling menggoda. Liburan ini pasti tak ada
bedanya, hanya tempat dan suasananya yang beda untuk sedikit genit didepan para
pria.” “Kamu juga genit di depan teman-teman priamu?” tanya Wisnu gusar. “Bukan
cuma aku, sayang. Semua teman wanitaku juga melakukannya kok,” jawab Dayu
menjelaskan. “Cuma sedikit genit, menggoda dan bercanda. Kamu tahu, kadang
saling bercanda mmm… yeah bercanda agak jorok, seks dan juga sedikit tontonan.”
“Tunggu, apa?” suara Wisnu agak meninggi. “Tontonan? Kamu mempertontonkan
tubuhmu ke teman-teman priamu?” “Oh, sayang, ini bukan sungguh-sungguh,” jawab
Dayu. “Cuma menggoda kok. Hanya sedikit menyingkap baju, kadang sedikit memberi
bonus dengan memperlihatkan dada sebentar.” Aku terhenyak, isteriku
memperlihatkan payudaranya pada pria lain? Pria lain di kantornya? Ini bukan
seperti sosok Dayu yang kukenal selama ini. Hanya seberapa dekat dia dengan
teman kerja prianya? Kepalaku dipenuhi oleh pikiran yang berkecamuk tak karuan
hingga akhirnya kami tiba di resort. Segera kuparkir kendaraan kami. Begitu
memasuki lobby dengan bawaan kami, sekelompok orang melambai ke arah Dayu untuk
mendekat. Mereka adalah beberapa orang dari rekan-rekan kerjanya dan Dayu
memperkenalkanku. Alan, Dave, Eddie, Gary
adalah nama taman-teman prianya dan yang wanitanya Sasha, Kristin, Melly dan
Nina. Mereka berkata pada Dayu kalau semua orang harus bertemu di kolam renang
pribadi dan minum-minum dulu sebelum berikutnya pergi ke pantai. Kami setuju
untuk menyusul mereka secepatnya setelah menaruh bawaan dikamar dan berganti
pakaian. Baru saja mereka beranjak, Alan sudah beraksi dengan mencubit pinggul
Dayu yang langsung memekik kegelian dan mendorong tubuh Alan menjauh. Aku
sangat terkejut mendapati hal tersebut dan hampir saja teriak marah, tapi
mereka semua mulai tertawa, termasuk Dayu, jadi aku pikir inilah sebagian dari
cara mereka saling menggoda dan bercanda. Aku tak mau dianggap seorang yang
kolot dan tak bisa berbaur di lima
menit pertama kehadiranku, jadi aku hanya diam saja membiarkan.
Kami menuju ke kamar kami dan mulai berganti pakaian dengan
pakaian renang. Dayu masuk ke kamar mandi untuk berganti pakaian dan kemudian
keluar dengan sebuah handuk membalut tubuhnya. Aku ingin melihat apa yang
dipakainya dibalik handuk tersebut, tapi dia langsung memotongku sebelum mampu
berkata sepatah kata “Ayo, kita turun!”
Kuraih sebuah buku dan berjalan mengikutinya menuju kolam
renang. Kantor Dayu pasti sudah menyewa seluruh kolam tersebut, karena ada logo
perusahaan pada semua handuk dan pada tulisan selamat datang. Ada
sekitar lima puluhan orang di area
kola mini. Kebanyakan dari mereka adalah pria, dan yang membuatku kecewa,
kebanyakan dari mereka terlihat muda dan menarik. Para
wanitanya juga tak ada yang mengecewakan. Kebanyakan mereka hanya berbikini
minim memperlihatkan keindahan tubuh muda mereka.
Baru saja aku hendak bertanya dimanakah teman-temannya yang
tadi, saat kulihat isteriku sedang membuka handuk penutup tubuhnya. Apa yang
terpampang dihadapanku sangat membuatku terpaku, dibalik handuk tersebut dia
memakai sebuah bikini warna merah tua dan… sangat minim. Bagian atasnya hanya
menutup sebagian depan dari payudaranya, dan tali penahannya yang terkalung
dileher jenjangnya terlihat seakan siap untuk dilepas. Sedangkan bagian bawah
hampir menyerupai thong, memperlihatkan keindahan paha dan bongkahan pantatnya.
Dia terlihat begitu menawan.
Tak heran dia menutupinya dengan handuk saat dikamar tadi,
pikirku. Dia tahu kalau aku pasti akan meributkan apa yang dipakainya. Baru
saja aku hendak berkomentar namun terpotong oleh sebuah teriakan dari seberang
kolam, “Hey, lihat Dayu!”
Dan langsung disusul oleh riuh rendah suara yang diiringi
siulan nakal dari para pria di area kolam tersebut. Dayu hanya tertawa riang
lalu melakukan sebuah pose, memperlihatkan perutnya yang rata dan kemulusan
pahanya sambil mengoleskan sun-block ke tubuhnya. Dia menoleh ke arahku dan
berkata, “Lihat kan ? Hanya
menggoda saja!”
Aku hanya mengangguk dan terdiam. Aku harapdia mengatakan
sesuatu tentang betapa terbukanya pakaian renang yang dia pakai ini tapi itu
bukan sesuatu yang perlu dipermasalahkan, ini tetap hanya sebuah bikini. Jika
para pria ingin memandangi tubuh isteriku, apa salahnya dengan itu? Bahkan aku
bisa merasa bangga akan hal tersebut.
Aku rebah di atas bangku malas dan mulai membuka buku yang
kubawa sedangkan Dayu berjalan menghampiri teman-temannya. Aku berencana
menghabiskan waktu dengan membaca, namun mataku terus melayang ke arah dimana
isteriku berada. Setiap kali aku melihat Dayu, dia tengah asik bercanda dengan
teman prianya. Akhirnya kuputuskan untuk berhenti membaca, dan hanya
memperhatikan setiap tingkah lakunya sambil terus pura-pura membaca bukuku.
Di salah satu sudut kolam tersebut ada bar yang menyuguhkan
berbagai macam minuman dan sudah berulang kali aku kesana untuk sebotol bir
dingin. Kelihatannya minumannya sudah dipersiapkan dalam jumlah dan ragam yang
banyak untuk membuat pesta ini berjalan meriah. Kuamati Dayu sudah berulang
kali pergi ke sana untuk segelas
margaritas dan entah sudah berapa banyak orang yang pergi mengambilkan minuman
untuknya. Namun yang jelas dia semakin bertambah mabuk seiring berjalannya
waktu. Ditambah lagi para pria yang mendorongnya dan juga para wanita lainnya
untuk minum lebih banyak lagi. Pada suatu kesempatan Dave menantang Dayu untuk
berlomba menghabiskan minuman dalam gelas mereka, yang tentu saja dimenangkan
Dave dengan mudah, melihat kondisi Dayu sudah lebih dari sekedar mabuk.
Baru saja aku mulai kembali membaca, Dayu datang
menghampiri. Dia baru saja keluar dari dalam kolam dan tubuhnya basah kuyup.
Dengan kain penutup tubuh yang dia kenakan menempel erat disetiap lekuk
tubuhnya, membuat dia semakin terlihat menggoda.
“Hai, sayang,” sapanya. “Sudah lebih santai?”
“Yeah,” jawab Wisnu. “Kamu sendiri, bisa bersenang-senang?”
“Oh, ya,” dia tersenyum manja. “Aku sudah agak mabuk.”
Itu terlihat jelas, tapi aku tak mau lebih mendesaknya. Dayu
mengeringkan tubuhnya dengan handuknya, lalu melangkah kembali ke
teman-temannya.
Aku kembali pada bacaanku, hingga tiba-tiba saja kudengar
suara jeritan. Dengan cepat aku menoleh ke arah suara tersebut, tepat disaat
kulihat Melly yang tengah menutupi payudara telanjangnya dengan tangannya.
Salah satu dari pria tersebut menarik lepas penutup dadanya dan sekarang tengah
berlari dipinggiran kolam dengan menenteng penutup dada tersebut. Melly
mengejarnya, dengan lengan menyilang menutupi dadanya hingga si pria berhenti
lalu menangkap tubuh Melly dan menariknya bersamanya menceburkan diri ke dalam
kolam.
Aku dengar sebuah suara jeritan lagi dan salah seorang
wanita yang tak kukenal sekarang juga tak berpenutup dada. Alih-alih menutupi
payudaranya, kali ini si wanita hanya membiarkan saja pria yang menarik lepas
penutup dadanya itu berlari menjauh dan dia terus mengobrol dengan temannya
seakan tak terjadi apapun.
Aku memandang sekeliling untuk mencari Dayu. Dia sedang
sedang mengobrol dengan seorang pria di kolam yang dangkal. Kuperhatikan Alan
sedang berenang ke arahnya dari belakang dan muncul tepat dibelakangnya lalu
menyentakkan tali penahan penutup dadanya di leher. Penutup dada Dayu tertarik
erat menekan daging bulat kenyal tersebut dan tiba-tiba saja payudaranya
terayun meloncat lepas dari penutupnya. Dia memekik dan tubuhnya berbalik ke
belakang untuk memukul Alan. Alan mengangkat penutup dada tersebut tinggi ke
atas, Dayu hanya tertawa keras lalu melompat mencoba merebutnya. Nampak
payudaranya terayun seiring tiap lompatannya, puting merah mudanya terlihat
jelas mencuat keras membuat seluruh pria dikolam tersebut bersorak riuh.
Dave bergerak ke belakang Dayu lalu menangkap pinggangnya
dan mengangkatnya tinggi tinggi agar bisa meraih penutup dada yang dipegangi
Alan. Dayu rebut penutup dada tersebut dari tangan Alan lalu mengibaskannya
pada Alan dengan tertawa genit. Dayu mulai memakai kembali penutup dadanya,
namun masih kalah cepat dengan tangan Alan yang menjulur ke arahnya untuk
meremas payudara telanjangnya yang sebelah kiri. Kembali Dayu memekik dan
menepis tangan Alan untuk menjauh.
Rupanya para wanita tak membiarkan begitu saja dengan
perbuatan para pria terhadap penutup dada mereka. Beberapa menit setelah Dave
membantu Dayu tadi, nampak Melly berjalan mengendap dibelakang Dave yang
sekarang berdiri di depan Bar lalu menarik turun celana renang yang dipakai
Dave. Sebuah batang penis yang besar menyembul keluar dan seluruh wanita
menjerit riuh tak terkecuali Dayu. Dave hanya tertawa keras dan mulai mengejar
Melly yang berlari mengitari tepian kolam. Dengan konyol Dave berlari mengejr
dan mengibas-ngibaskan batang penisnya ke arah Melly yang berlari, menjerit dan
tertawa.
*****
Setelah beberapa menit kemudian, Dayu keluar dari kolam
renang dan berjalan ke arahku. Sebelum dia mampu mengucap sepatah kata, aku
sudah memberondongnya dengan pertanyaan tentang apa yang sedang terjadi disana.
“Oh, sayang, bukan apa-apa. Mereka hanya bersenang-senang,
itu saja,” jawab Dayu.
“Aku rasa melihatmu telanjang dada dan juga menyentuh dadamu
bukan sekedar bercanda atapun senang-senang!” kataku ketus.
“Sayang, jangan terlalu kolot begitu. Lagipula aku sudah
memakai penutup dadaku lagi. Lihat para pria itu, mereka melepas beberapa
penutup dada teman wanitaku yang lainnya lagi dan sebagian dari para merka,
mereka tak ambil pusing untuk memakainya lagi.”
Dia berhasil memojokkanku. Beberapa teman wanitanya sekarang
sudah mondar-mandir dengan telanjang dada, terkadang salah seorang pria akan
mendekat untuk sekedar menyentuh atau meremas payudara mereka.
“Lagipula,” Dayu membungkuk dan tiba-tiba memelankan
suaranya, “Bukankah ini membuatmu terangsang melihat para pria melirikku?
Mengintip dadaku dan menyentuhnya sedikit?”
Aku jadi terdiam karena memang itu kenyataannya. Aku
merasakan rangsangan setelah melihat para pria tersebut menggoda isterinku,
namun aku juga merasakan cemburu yang sangat besar.
“Semua hanya coba bersenang-senang dan tak ada yang dirugikan,”
sambung Dayu lagi. “Coba pikirkan saja betapa nakalnya isterimu ini, membiarkan
para pria melihat dadanya dan menyentuhnya.”
Aku menganggukkan kepala pelan dan dia tersenyum lebar lalu
melangkah pergi. Aku merasa harus mengucapkan sesuatu, namun moment tersebut
telah musnah. Lagipula, jika para pria berlaku seperti itu pada semua wanita di
sini, tak ada alasan bagiku untuk merasa marah. Aku coba lagi untuk konsentrasi
pada buku yang kubawa, namun tak berapa lama rasa kantuk melanda. Aku ambil kacamatku
lalu dengan cepat terlelap.
Saat aku terbangun, suasana menjadi sangat riuh di dalam
kolam. Kebanyakan para wanita yang berada disana sudah tak memakai penutup dada
lagi, termasuk Kristin yang tengah berjalan lewat di depan tempatku berada.
Kristin berbadan lebih tinggi dibandingkan Dayu, tapi payudaranya lebih kecil.
Dadanya terekspos bebas, dan penutup dadanya terlihat menggantung dilehernya,
mungkin hasil usil beberapa pria yang melepaskan pengaitnya.
Aku masih merasa ngantuk namun sudah terjaga, dan dengan
kaca mata yang menutupi mataku terlihat aku masih tertidur. Aku sapukan
pandangan ke seantero area kolam untuk mencari istriku dan kusaksikan suasana
sudah semakin memanas, beberapa pasang pria wanita bahkan terlihat saling
bercumbu di dalam kolam renang tanpa mempedulikan sekeliling lagi.
Akhirnya kutemukan keberadaan Dayu, yang sedang duduk
dipinggir kolam dengan kakinya masuk ke dalam air. Alan menemaninya di dalam
kolam, lengannya bertumpu di atas paha Dayu. Keduanya terlihat asik ngobrol dengan
wajah yang hampir bersentuhan. Ekspresi wajah Dayu terlihat jengah, sedangkan
Alan terlihat sedang merajuk tentang sesuatu. Sebentar-sebentar terdengar suara
tawa renyah pecah dari mulut Dayu, terdengar jelas kalau dia masih dalam
kondisi mabuk.
Beberapa menit berselang, terlihat Dayu mengangkat lengannya
dan mengangkat salah satu tali penahan penutup dadanya dibahunya kemudian
pelan-pelan dia turunkan dari bahunya. Alan mengucapkan sesuatu yang kembali
membuat tawa isteriku pecah. Kemuadian dia memegang tangan Dayu dan menariknya
masuk ke dalam air diantara kedua pahanya. Brengsek, umpatku dalam hati. Apa
Alan sudah membuat isteriku menyentuh batang penisnya?
Dayu memekik terkejut pada awalnya lalu kembali dia tertawa.
Dia tetap membiarkan tangannya berada di dalam air, lalu mulailah terlihat dia
menggerakkan tangannya. Kembali Alan mengucapkan sesuatu dan Dayu tertawa lagi,
lalu dia angkat tangannya dari dalam air dan menurunkan tali penahan penutup
dadanya yang satu lagi dari bahunya. Dia memandang sekilas kearahku, dan aku
terdiam tak berani bergerak. Aku pasti telah membuatnya yakin kalau aku masih
tertidur lelap karena kemudian dia menoleh kembali pada Alan.
Penutup dadanya sekarang hanya bergantung ditahan hanya oleh
daging bulat payudaranya saja. Alan sekarang memandanginya tanpa
sungkan-sungkan lagi dan mengobrol dengan penuh semangat. Aku tak tahu apa yang
tengah dia ucapkan, tapi melihat isteriku yang terlihat melakukan setiap apapun
yang Alan pinta, itu pasti sebuah paduan sempurna dari sebuah humor dan rayuan.
Beberapa saat berikutnya kembali tangan Dayu masuk ke dalam air. Kali ini dia
terlihat menahan nafas. Apapun yang dia pegang di dalam air tersebut, itu
membuatnya terkesan. Alan tertawa dan membisikkan sesuatu yang membuat tawa
Dayu lebih pecah dengan kerasnya.
Kembali Dayu mengangkat tangannya dari dalam air kemudian
meremas kedua lengannya rapat-rapat. Belahan daging payudaranya terangkat
sedikit, cukup untuk membuat penutup dadanya sedikit lebih turun lagi, membuat
putingnya sekarang terekspos di hadapan mata Alan. Putingnya yang merekah
terlihat sangat keras dan mencuat menggiurkan dari bulat kenyalnya payudaranya
yang indah.
Menyaksikan hal itu membuatku sangat terkejut sekaligus
merasa api birahiku berkobar hebat, batang penisku langsung tebangun dan ereksi
penuh. Aku tak bisa percayai kalau isteriku telah mengekspos dirinya dihadapan
seorang pria seperti itu, dan aku tak bisa percaya kalau diriku sendiri merasa
terangsang karena melihat kejadian tersebut. Apa yang salah dengan diriku?
Alan sangat menikmati waktunya mengamati keindahan payudara
Dayu untuk bebeapa waktu, kemudian dia membungkuk mendekat ke arah Dayu dan
membisikkan sesuatu di telinganya. Dayu tertawa genit dan kembali tangannya
bergerak masuk ke air. Keduanya diam tak berbicara untuk beberapa saat
sedangkan tangan Dayu bergerak naik turun di dalam air. Terlihat nyata kalau
Dayu tengah mengocok batang penis Alan. Beberapa detik kemudian Dayu menoleh ke
arahku dengan ragu-ragu. Aku yakin jika dia melihatku bergerak, maka dia akan
langsung menghentikan apapun yang tengah dia lakukan itu, tapi aku tetap diam
tak bergerak. Aku merasa seberapa besar rasa cemburu dalam dadaku, maka sebesar
itu pula keinginanku untuk melihat apa yang akan terjadi berikutnya.
Setelah memastikan kalau aku masih tetap tertidur, Dayu
turun dari tepian kolam lalu masuk ke dalam air. Sekarang dia berdiri
berhadapan dengan Alan, penutup dadanya menempel diperutnya. Kedua tangannya
kembali masuk ke dalam air lalu keduanya nampak sedikit menggeliat untuk beberapa
saat. Aku hanya mampu menebak apa yang tengah mereka lakukan hingga celana
renang Alan tiba-tiba saja muncul dari dalam air disamping tubuhnya. Dayu telah
melepaskannya!
Keduanya tertawa berbarengan, lalu kembali Dayu memasukkan
tangannya kedalam air. Nafas Alan mulai terlihat berat dan tatapan matanya
terpaku pada payudara indah milik isteriku. Dayu hanya tertawa genit atas
tatapan mata Alan pada payudaranya tersebut dan bahkan beberapa kali nampak dia
sedikit menggoyangkan dadanya untuk memberikan sedikit tontonan pada Alan.
Dayu mulai menggerakkan tangannya naik turun dengan cepat
dan semakin bertambah cepat, sementara itu Atatapan mata Alan tak pernah lepas
dari payudara isteriku. Tiba-tiba Alan memejamkan matanya rapat-rapat dan
menggigit bibir bawahnya. Dayu melihat ke bawah dan menatap air seakan
terhipnotis saat Alan mulai menggelinjang. Setelah beberapa saat dia berhenti
menggelinjang dan membuaka matanya kembali. Lalu Alan membisikkan sesuatu
padanya yang membuat Dayu menjerit dengan nada genit marah dan mendorong Alan
menjauh. Alan tertawa dan menggenggam celana renangnya, sedangkan Dayu memakai
penutup dadanya kembali.
Aku sudah tak yakin lagi apakah yang mampu membuatku
terkejut lagi, menyaksikan isteriku memasturbasi pria lain didepan mataku
ataukah kenyataan bahwa tak ada seorangpun yang memperhatikannya. Melihat
sekeliling, kusaksikan begitu banyak orang yang saling mencumbu, dan aku rasa
mereka berdua merasa sangat yakin kalau tak ada seseorangpun yang memperhatikan
apa yang mereka perbuat. Aku bertanya kalau diriku masih seorang pria lugu dan
kolot lagi sekarang, benarkah begitu? Benakku menjawab, masih, namun batang
penisku yang ereksi berkata tidak.
Setelah setengah jam berikutnya, Kristin berdiri, masih
bertelanjang dada mengumumkan bahwa saatnya untuk pergi ke pantai telah tiba.
Perusahaan telah menyewa beberapa van untuk mengangkut semua orang disana dan
tidak memperbolehkan memakai mobil sendiri.
Aku pura-pura baru bangun dari tidurku saat Dayu berjalan
mendekatiku. Dia masih agak mabuk, jika tak mau dikatakan mabuk dan kuputuskan
untuk melihat apakah dia akan mengungkapkan semuanya. “Ada
yang terjadi lagi saat aku tertidur?”
“Tak begitu banyak, sayang,” jawabnya.
“Ada lagi yang
mencuri lepas penutup dada?” desakku.
“Kenapa?” tanya istriku dengan nada menggoda. “Apa kamu
ingin dengar tentang itu?”
“Mungkin,” jawabku, meskipun dengan cara penyampaiannya itu
membuatku terdengar sangat ingin mendengarnya.
“Well, tak ada lagi yang mencuri lepas penutup dada, tapi
Alan masih ingin melihat payudaraku dan dia terus merajuk. Jadi kupikir dia
juga sudah melihatnya, aku memberinya sedikit bonus lagi.”
“Oh,” jawabku.
“Jadi kuturunkan sedikit penutup dadaku dan membiarkan dia
melihatnya. Tapi hanya itu saja. Tak apa-apa kan
sayang? Kamu tak marah padaku karena sudah memperlihatkan payudaraku sebentar
pada teman priaku?” jawabnya dengan nada merajuk.
“Aku rasa begitu…” jawabku datar. Aku sedang membayangkan
dia memasturbasi Alan.
Kami mengemasi handuk kami dan kemudian berjalan mengikuti
yang lain menuju ke area parkir. Kami masuk ke dalam van yang semua orang di
dalamnya tak kukenal lalu mulailah kami berangkat menuju ke pantai. Jalanan
yang dilalui sangat jelek dan membuat van yang kami tumpangi terlonjak-lonjak,
namun aku tak begitu merasakannya karena aku tengah fokus pada usaha untuk
mengingat apa yang kusaksikan pada Dayu dan Alan tadi.
*****
Saat tiba di pantai, kuperhatikan kalau perusahaan juga
sudah mengeset sebuah erena untuk permainan bola voli lengkap dengan net-nya
dan segera saja Kristin dan Nana sudah berinisiatif untuk memuali sebuah
pertandingan. Kuputuskan untuk rebah diatas pasir saja dan melihat, berusaha
untuk menata perasaan dan melegakan himpitan dalam dada, sedangkan Dayu
langsung bergabung dalam permainan. Kedua team terbagi dalam kelompok wanita
dan pria. Sebenarnya pertandingan tersebut menyenangkan untuk disaksikan karena
para pemainnya ternyata lumayan mahir dan juga karena para wanita terlihat
begitu menawan saat melompat dalam balutan bikini minim mereka. Seiring jalannya
pertandingan, suasana semakin bertambah panas, kata-kata jorokdan ejekan penuh
sendau gurau terus bersahutan.
Sekarang tibalah saatnya bagi isteriku untuk serve.
“Siap-siap guys, kali ini kalian ak akan bisa mengemblikan!” teriaknya.
“Kamu mau bertaruh untuk penutup dadamu?” teriak Eddie
membalas.
Langsung terdengar riuh rendah suara menyambut dari para
penontonnya. Dayu terdiam beberapa saat, mimik wajahnya menggambarkan ekspresi
yang sangat seksi kemudian belas menyahut, “Kalau kamu tak bisa mengembalikannya,
kamu harus melepas celanamu!”
“Ok, tapi itu tak akan terjadi sayang!” balas Eddie.
Dayu merespon dengan melempar bola ditangannya tinggi-tinggi
dan mengirimkan sebuah serve yang sangat kuat. Aku tak yakin berapa banyak
rekan kerjanya yang tahu, kalau dia saat kuliah dulu termasuk andalan dalam
team bola voli. Bola tersebut mengarah sangat sesuai dengan yang dia inginkan,
mendarat dengan tajam diantara dua pemain yang paling payah.
Dayu bersiap untuk serve berikutnya dan berteriak pada
seorang pria yang tak kukenal, “Hey, Don! Mau bertaruh yang sama juga?”
Doni melihat ke arah Eddie, lalu beralih ke dada isteriku
dan kemudian menjawab, “Tentu saja!”
Dayu memberikan sebuah serve penuh tenaga lagi, namun kali
ini para pria sudah lebih siap menyambutnya. Salah seorang pria melompat
menyambut datangnya bola, bola tersebut melayang cukup tinggi bagi Dave untuk
menyambutnya dengan smash yang keras. Para wanita
terlihat terkejut dengan serangan tersebut, dan begitu bola mendarat mulus
diatas pasir, para pria berteriak menyambutnya, “Lepas! Lepas!”
Dayu menutup wajahnya dengan kedua telapak tanganna, dia
tertawa malu, lalu tangannya bergerak kebelakang tubuhnya untuk melepaskan
penutup dadanya. Dia menahannya didada untuk beberpa saatdan kemudian melepas
kain penutup dada tersebut ke samping. Payudara bulat indahnya yang dihiasi
putting merah mencuat terpampang jelas tanpa penghalang lagi. Para
pria mulai bersiut dan berteriak menyambutnya, sedangkan Dayu tampak memerah
wajahnya dan tertawa.
Dayu memainkan sisa pertandingan dengan bertelanjang dada,
membuat semua orang mendapatkan sebuah tontonan indah. Setiap kali dia berlari
atau melompat untuk mengembalikan bola, payudaranya akan memantul dengan seksi.
Kuperhatikan semua selangkangan para pria terlihat menonjol karena ereksinya
melihat semua gerakan isteriku, khususunya Eddie.
Tak lama kemudian game tersebut berakhir dengan kemenangan
dipihak team isteriku. Dayu dia berjalan memungut penutup dadanya, tapi tak
memakainya kembali. Lalu dia berjalan menghampiri Eddie, yang baru saja mengambil
celananya. Kuamati dia agak merentangkan punggungnya ke belakang, membuat
payudaranya lebih menonjol kedepan. Mereka mulai mengobrolkan sesuatu, dan
kuperhatikan pandangan isteriku lebih sering tertuju pada batang penis besarnya
Eddie dan mata Eddie seakan juga tak mau lepas dari dada isteriku.
Eddie mengucapkan sesuatu, lalu mendorongkan batang penisnya
kearah isteriku. Dayu tertawa genit dan menggelengkan kepalanya, tapi
pandangannya tak beralih dari batang penis tersebut. Eddie tetap pada posisinya,
tak bergerak dan setelah beberapa lama tangan isteriku menggapai ke depan dan
menggenggam batang penis milik Eddie. Dia memeganginya sejenak, kemudian dia
sedikit menggoyangkannya dan dia tertawa senang.
Eddie juga tertawa, kemudian tangannya terjulur kedepan dan
menarik bagian depan dari kain penutup selangkangan yang dipakai Dayu. Dia
membungkuk kedepan untuk mengintip vagina isteriku, sedangkan Dayu menjerit
malu namun tak berusaha menghentikannya.
Tiba-tiba saja Eddie menyentakkannya turun hingga ke pergelangan
kaki isteriku. Dayu menjerit, membuat semua orang menoleh ke arahnya dan
menyaksikan vaginanya yang dihiasi rambut tercukur rapi terekspos penuh. Tubuh
indah isteriku telah telanjang seutuhnya sekarang, dan ekspresi malunya semakin
membuatnya terlihat sangat cantik.
Dengan cepat Dayu menaikkan penutup tubuh bawahnya dengan
diiringi sorakan para pria, namun dia tak memakai kembali penutup dadanya.
Matahari sudah mulai beranjak ke peraduannya sekarang, lalu Kristin meminta
semua orang untuk kembali ke resort, semuanya diminta untuk berkumpul kembali
di hot tub jam 10 nanti.
*****
Kami mulai berkemas dan berjalan menuju mobil, kami berjalan
dengan santai dan saat kami tiba ke tempat parkir, yang tersisa hanya sebuah
mini-van kecil dan orang yang masih ada berjumlah delapan orang. Iseriku adalah
satu-satunya wanita dikelompuk ini dan pria yang kukenal dalam grup ini
hanyalah Gary dan Dave. Garry naik
ke kursi pengemudi dan menyuruh kita semua untuk segera masuk ke dalam mobil.
Barusaja aku hendak menyuruh isteriku agar duduk di kursi
belakang, namun Dave yang berada dikursi depan berkata, “Hey, Dayu, duduk
disini saja, kupangku! Biar semuanya cukup.”
Dayu sama sekali tak melirikku untuk meminta persetujuan.
“Oke,” dia tertawa manja, “Tapi jangan macam-macam!” Kemudian dia naik ke
pangkuan Dave, dengan masih hanya memakai penutup tubuh bawahnya saja. Para
pria yang lainnya dengan cepat saling berebut naikke kursi tengah, membuatku
terpaksa duduk jauh dibelakang.
Semua orang kecuali aku dan Gary
sudah dalam keadaan lumayan mabuk. Aku duduk dibelakang, disamping seorang pria
yang keadaannya sudah mabuk berat, dan berbicara tentang sepak bola dengan
suara yang sangat keras. Semua orang nampak asik dengan topik yang diangkat
pria ini, jadi ada empat orang pria yang mabuk saling teriak satu sama lainnya
dalam mini-van ini.
Aku tak begitu ingin ikut masuk dalam pembicaraan mereka,
karena aku ingin konsentrasi mengawasi isteriku yang berada di depan. Aku tak
mau Dave mengambil kesempatan dlam situasi ini. Sudut pandangnku sangat kurang
menguntungkan dan aku harus membungkuk ke depan untuk dapat melihat apa yang
terjadi dikursi depan.
Pada awalnya kulihat isteriku nampak bersandar ke tubuh Dave
di belakangnya, yang berusaha memasang sabuk pengaman ke tubuh mereka berdua.
Itu membuatnya harus meraih kedepan dan tangannya menyentuh payudara Dayu
karenanya. Dave melakukannya lebih lama dari yang seharusnya, tapi Dayu hanya
membiarkannya saja.
Kami mulai memasuki jalanan yang jelek, membuat mini-van ini
melompat-lompat dan yang berada didalamnya terguncang. Ditengah guncangan yang
terjadi itu kuamati tangan Dave yang semula berada di dada Dayu bergeser ke
pahanya. Keduanya asik mengobrol dan tertawa-tawa, tapi karena keberadaanku di
belakang dan ditambah pula suar berisik para pria mabuk ini yang membicarakan
sepak bola dengan sura yang keras membuatku dapat mendengar apa yang tengah
dibcarakan Dayu dengan Dave.
Satu dari pria mabuk ini menoleh padaku dan bertanya tentang
team sepak boal favoritku. Aku berusaha untuk tetapa fokus pada kejadian di
kursi depan, tapi aku tak ingin menarik perhatian para pria mabuk ini. Jadi
kujawab pertanyaaan pria tersebut dan mulai masuk dalam perbicangan tentang
sepak bola ini. Jalanan yang kami lalui bertambah semakin parah, dan aku harus
susah payah menjaga posisiku agar tetap stabil dan pada perbincangan tersebut.
Saat akhirnya aku bisa melirik ke arah depan lagi,
keperhatikan Dayu dan Dave sudah tak memakai sabuk pengaman lagi. Tak ada yang
kelihatan aneh. Tangan Dave masih berada dipinggang isteriku, meskipun sekarang
posisi duduk Dayu agak lebih naik di pangkuan Dave dan terguncang naik turun.
Kupikir guncangan tersebut disebabkan oleh buruknya kondisi jalan, namun saat
mobil berhenti dilampu merah, kuperhatikan tubuh Dayu tetap bergerak naik
turun. Aku tak bisa melihat ekspresi keduanya dan tiba-tiba saja sebuah
prasangka buruk menyergap otakku, mungkin saat ini Dave sedang menyetubuhinya.
Kecurigaanku semakin besar saat kuamati mereka berdua sama sekali diam tak
saling bicara.
Disisa perjalanan aku membungkuk ke depan dan mengamati
tubuh isteriku terayun naik turun, menerka-nerka tentang kemungkinan kemungkin
yang terjadi dikursi depan. Setelah sekitar dua puluh menitan, mobil berbelok
arah dan sudah tampak resort di depan.
Aku yang paling terakhir keluar dari dalam mobil dan aku
bergegas menyusul Dayu yang sudah berjalan didepan bersama Dave dan Gary .
Saat akhirnya aku berhasil menyusulnya, kuperhatikan kalau wajahnya tampak
memerah dan dia sedikit berkeringat.
“Hey,” kataku, saat semua pria sudah berjalan menjauh
didepan. “Apa yang sudah terjadi dikursi depan tadi?”
“Apa? Apa yang sudah kamu lihat?” tanyanya, terdengar
terkejut namun juga bersemangat.
“Aku tak bisa melihat, tapi kuperhatikan kalau Dave terlihat
sangat menikmati keadaannya,” jawabku mencoba berkilah.
“Jangan marah, sayang, kami hanya bercanda saja,” dia mulai
menjelaskan. “Dave terus mengeluh tentang celananya yang sangat sesak, jadi aku
menyuruhnya untuk menurunkannya sedikit kalau dia mau. Sebenarnya aku cuma
bercanda dan bermaksud menggodanya saja. Aku tak bermaksud agar dia benar-benar
melakukannya, tapi dia sungguh-sungguh melakukannya. Andai saja kamu melihat
betapa batang penisnya sungguh sangat besar ” terangnya dengan suara pelan
namun punuh gairah
“Sayang, batang penisnya itu sungguh besar. Aku menggeseknya
dengan pantatku beberapa saat. Lalu dia sepertinya menarik penutup tubuh
bawahku kesamping dan kepala penisnya menyelinap masuk ke dalam bibir vaginaku
begitu saja. Aku rasa itu tak sengaja. Dan kamu tahu kondisi jalannya yang
sangat parah kan ? Tubuhku jadi
terangkat naik turun dan itu membuat batang penisnya semakin masuk bertambah
dalam, hingga akhirnya… kamu mungkin tak percaya sayang, batang penisnya jadi
masuk semuanya! Tapi baru sebentar saja aku merasakan vaginaku terisi penuh,
mobilnya menghantam gundukan yang besar dan batang penisnya jadi tercabut
keluar begitu saja, lalu kubetulkan lagi penutup tubuh bawahku dan selesai, itu
saja.”
Ekspresi wajahnya jadi bergairah dan menghiba disaat yang
bersamaan. “Tak apa-apa kan
sayang? Bukan masalah besar kan ?
Ini benar-benar kecelakaan dan lagipula dia tak sampai keluar.”
Aku sama sekali tak mampu bicara. Isteriku telah berterus
terang dengan sangat gamblang kalau dia baru saja menyetubuhi seorang pria.
Tapi apa yang bisa kuperbuat? Aku tak mungkin membuat keributan besar di resort
ini, di hadapan semua orang.
“Yah… kalau dia tak sampai keluar, kurasa itu tak maslah,”
akhirnya jawabku lirih.
“Kamu sungguh suami yang sangat pengertian sayang!”
teriaknya senang sambil memelukku. “Ayo, kita cari sesuatu untuk makan malam!”
*****
Dinner berlalu tanpa ada kejadian berarti. Kami makan
sandwich di kamar hotel. Aku lebih diam sekarang, berharap Dayu akan meminta
maaf atau mngucapkan sesuatu tapi dia sepertinya terlihat menghindar terus.
Aku berbaring di atas ranjang, bermaksud untuk
mengistirahatkan mataku sebentar, tapi aku pasti telah jatuh tertidur. Saat aku
bangun, jam sudah menunjukkan pukul 10:30, dan Dayu sudah tak berada di dalam
kamar. Aku bergegas turun menuju emperan belakang hotel.
Orang-orang sudah ramai di sekitar hot tub, minum dan
tertawa. Dayu memang sudah berada disana, dia pasti sudah pergi dulu saat aku
tertidur tadi. Beberap wanita sudah tak memakai penutup dada lagi, dan telah
banyak yang saling bercumbu dengan terang-terangan. Susana ini seperti layaknya
pesta saat kuliah dulu, bukan sebuah pesta kantor.
Dayu berjalan menghampiriku, dia sudah dalam keadaan mabuk
dan langsung memberiku sebuah pelukan hangat.
“Sayang, tak apa-apa kan kalau aku lepaskan semua penutup
tubuhku?” tanyanya.
“Apa?” aku sangat terkejut. “Semuanya?”
“Ayolah sayang, bukan masalah besar kan ?,”
jawabnya. “Semua orang sudah melihat payudaraku, dan beberapa orang juga sudah
melihatku telanjang saat Eddie menurunkan penutup tubuh bawahku. Orang lain
juga sudah telanjang, kita semua disini memang datang kesini untuk
bersenang-senang dan merasa nyaman.”
Dayu tak menunggu responku, dia hanya berbalik dan berjalan
menuju hot-tub dan mulai melepas pentup dadanya. Saat para pria mulai bersiul
padanya, dia menurunkan penutup tubuh bagian bawahnya, memperlihatkan pantatnya
yang bulat dan kencang. Para pria yang berada
dihadapannya mendapatkan pemandangan menawan dari vaginanya, dan semua orang
menatap ke arahnya saat dengan perlahan dia mulai turun dan masuk ke dalam hot
tub.
Dayu menyusup diantara wanita lain yang juga bertelanjang
dada dan kemudian duduk, menurunkan tubuhnya hingga hanya bahunya yang nampak
menyembul dari atas permukaan air. Setidaknya dia membiarkan air menutupi
tubuhnya, pikirku.
Aku berjalan menuju ke bar di dekat situ dan minum beberapa
botol bir dingin lalu berbincang dengan para pria yang berada di sana .
Perhatianku tertuju pada sekelompok orang di sebuah sudut didekatku dan kulihat
Melly berada dalam kelompok tersebut. Dia bertelanjang dada, payudaranya yang
kecil namun terlihat kencang tersebut nampak indah dihiasi putting yang lebih
besar dari milik isteriku dan mencuat keras. Terlihat dia sangat semangat
bicara dan itu membuat semua pria disekelilingnya tertawa. Tiba-tiba saja dia
menurunkan bagian depan dari penutup tubuh bawahnya dan memperlihatkan
vaginanya yang tercukur bersih. Para lelaki tersebut
riuh menyambutnya dan mata mereka melahap dengan rakus pemandangan indah dan
gratis dihadapan mereka.
Aku fokuskan perhatianku untuk berusaha mendengar apa yang
mereka perbincangkan. “Rasanya sungguh hebat!” kudengar Melly berkata sambil
menaikkan lagi penutup tubuh bawahnya. “Sekali kamu di wax, kamu tak akan bisa
berhenti lagi! Suruh kekasih kalian untuk mencobanya.”
“Yeah, kalau kamu bilang begitu,” salah seorang pria
berkata. “Maksudku, itu memang terlihat bagus. Aku akan bilang kekasihku
tentang ini.”
“Mungkin dia akan lebih merasa yakin kalau kamu melakukannya
lagi,” canda salah seorang pria. Pria yang lainnya tertawa dengan riuh
menimpalinya.
Melly memutar bola matanya dengan seksi. “Ini, lihat yang
baik,” katanya lalu menurunkan penutup tubuh bawahnya tersebut hingga ke mata
kakinya. Sekarang telanjang bulat, dia tersenyum sambil menggoyanggan
pinggulnya yang disambut engan siulan nakal para pria.
Aku sedang terpesona dengan tubuh kencang milik Melly saat
telingaku mendengar seseorang dari arah hot tub berteriak, “Ini terlalu penuh!”
“Hey Dayu, duduk dipangkuanku sini!” kata Eddie. “Biar yang
lain kebagian tempat!”
Isteriku tertawa manja. “Tapi orang-orang akan bisa melihat
dadaku!”
“Bagus kan !”
balas Dave, diiringi suara tawa orang-orang.
“Ayolah, lagipula kami sudah pernah melihat semuanya tadi,”
jawab Eddie.
Dayu tertawa lalu berdiri, mengangkat payudaranya dari dalam
air. Dia berjalan melintas dan duduk dipangkuan Eddie, terlihat payudaranya
terguncang saat dia duduk.
Eddie merangkulnya dan memegangi kedua daging payudara
isteriku dengan telapak tangannya. “Nah, begini” katanya, “sekarang tak
seorangpun yang bisa melihat payudara Dayu!”
Semua orang tertawa, termasuk isteriku.
Lalu mereka kembali asik mengobrol lagi, namun perhatianku
tetp tertuju pada isteriku dan Eddie. Tangannya tetap tak dia singkirkan dari
dada isteriku, dan tak beberapa lama kemudian tangannya mulai bergerak meremas
dan membelai. Dayu bersandar ke belakang dan membisikkan sesuatu ke telinga
Eddie, dan kemudian tangan Eddie mulai memilin putingnya dengan lembut. Dayu
tersenyum lebar dan mengatur posisi tubuhnya hingga Eddie lebih leluasa meremas
dan membelai payudaranya.
Aku baru saja hendak melangkah mendekati isteriku saat Nina
berjalan mendekatiku dan mulai bicara. Aku tak mau bersikap kasar, kudengar
dengan seksama saat dia yang kondisinya sudah mabuk tersebut muali bicara
betapa cantik baiknya isteriku dan bagaimana senangnya dia bisa bekerja bersama
Dayu dikantor. Aku terus berusaha melirik kea rah isteriku dan Eddie tapi Nina
menghalangi pandanganku. Setelah beberap lama aku menyerah dan mengalihkan
seluruh perhatianku pada Nina. Dia terlihat sangat menarik dengan rambut
ikalnya yang panjang dan postur tubuh yang menyerupai seorang model. Dia
mengenakan pakaian renang one-piece warna hitam yang terlihat tak mampu
menampung payudaranya yang begitu besar. Aku merasa nyaman memandanginya, karena
keadaannya yang mabuk jadi dia tak akan menyadarinya, atau mungkin juga karena
keadaanku yang sudah agak mabuk. Dia terus bicara tentang dirinya.
“Kamu mau melihatnya?” tiba-tiba dia bertanya padaku,
menyentakkanku dari lamunan.
“Mm, melihat… nya?” jawabku, mencoba menutupi kalau aku tadi
tak memperhatikannya
“Anting pusarku! Kamu mau melihatnya?” dia mengulangi.
“Uh, tentu,” jawabku. Aku tak begitu yakin bagaimana cara
dia memperlihatkannya padaku, karena itu berada dibalik pakaiannya, dan pada
awalnya dia berusaha menyingkapkan pakaian renangnya untuk memperlihatkan
pusarnya padaku. Tapi pakaiannya tersebut sangat ketat. Setelah beberapa saat
dia kemudian menyerah, dan yang membuatku terkejut, dia mulai menurunkan tali
penahan dari bahunya. Dia turunkan hingga pinggangnya, mengekspos payudaranya
yang besar dan perutnya yang kencang.
“Lihat kan ?”
katanya sambil menunjuk anting di pusarnya. “Aku rasa agak kebesaran
ukurannya.”
Aku sedang berusaha agar terlihat memperhatikan antingnya,
tapi mulutku menjawab dengan terbata-bata dengan mataku yang tak mau lepas dari
dadanya.
“Aw, kamu sangat manis,” jawabnya. “Dayu sangat beruntung
memilikimu!” Kemudian dia melangkah pergi, dengan dadanya masih terekspos,
meninggalkanku berpikir ada apa dengan orang-orang ini.
Tiba-tiba aku kembali teringat akan isteriku dan Eddie, lalu
aku menoleh tepat disaat kulihat Dayu sedang mengangkat tubuhnya dari pangkuan
Eddie. Keduanya terlihat berat nafasnya dan Eddie tersenyum dengan lebar. Dia
bangkit dan mengangkat tubuhnya dari dalam tub dan sekarang kulihat dia
telanjang bulat, batang penis besarnya terayun-ayun diselangkangannya. Bayangan
tubuh telanjang isteriku diatas pangkuannya segera membuatku merasa resah dan
khawatir kalau pria ini sudah menyetubuhi isteriku seperti halnya Dave.
Kulihat ke arah isteriku lagi dan kulihat dia tengah duduk
di dalam hot tub dan asik mengobrol dengan salah seorang wanita yang
bertelanjang dada. Wanita tersebut menunjuk ke arah Eddie dan Dayu mengangguk,
lalu keduanya menjerit genit dan tertawa keras.
Di titik ini aku merasa sudah terlambat untuk berbuat
sesuatu, dan hanya berdiri saja disana melihat semua yang tengah terjadi. Aku
mulai merasa aneh dan takut kalau aku tak lagi memusingkan ini semua. Tanpa
memberitahu isteriku, aku putuskan untuk kembali ke kamar. Aku rasa kalau dia
melihatku pergi, dia akan sadar kalau aku sudah marah.
*****
Oh, ternyata aku salah. Aku tak bisa memejamkan mata dan
sangat resah. Tiga jam berikutnya Dayu akhirnya masuk ke dalam kamar. Dia masih
telanjang bulat dan tangannya memegangi pakaian renangnya. Setelah dia mandi
dan kemudian menyusulku naik ke atas ranjang,merebahkan tubuhnya dengan
punggungnya menghadap ke arahku.
Aku berharap dia akan mengucapkan sesuatu, tapi tak
terdengar apapun kecuali kesunyian. Setelah beberapa lama, aku merasa takut
kalau dia jatuh tertidur akhirnya aku bicara. “Jadi, apa yang sudah terjadi di
hot tub?” bisikku.
Dia membalikkan tubuh dan memandangi ekspresi wajahku.
Tangannya bergerak ke dalam celanaku dan mulai membelai batang penisku saat dia
mulai bicara.
“Oh, jangan marah sayang, tapi aku memang agak terbawa
suasana. Saat aku mulai masuk ke dalam hot tub, Eddie bergurau dengan
mengatakan kalau sudah tak ada tempat lagi bagi kita semua dan dia menyuruhku
untuk duduk di atas pangkuannya. Jadi aku pindah untuk duduk di atas
pangkuannya agar semuanya mendapat tempat. Dia mulai bermain dengan payudaraku
dan itu sangat membuatku terangsang. Jadi kubiarkan dia melakukannya lebih lama
lagi. Kemudian dia menarikku lebih merapat dan aku jadi tahu kalau dia tak
memakai apapun lagi, tapi sebelum aku sempat bereaksi, dia sudah lebih dulu
mendorong batang besarnya masuk ke vaginaku!”
“Dia mulai mengocoknya keluar masuk dan itu terasa sungguh
indah, itulah kenapa kubiarkan saja dia melakukannya. Dan kurasa para pria
lainnya juga tahu yang sedang terjadi, karena kemudian semuanya yang berada di
hot tub memandangi kami berdua tanpa berkedip. Aku jadi merasa malu dan
berpikir untuk menghentikannya, tapi kemudian kurasakan dia menusukkan seluruh
batang penisnya ke dalam vaginaku dengan keras dan kurasakan batangnya itu
berdenyut. Kamu tidak marah, kan ?
Aku benar-benar tak merencanakan dia keluar di dalam tapi itu sudah terlambat.”
Dia berhenti beberapa saat.
“Itu… bukanlah semua yang terjadi,” ucapnya agak ragu.
“Sayang, berapa pria yang memasukkan batang penis mereka ke
dalam vaginamu?” tanyaku, tak berharap dia menjawabnya.
“Yeah, sebenarnya semuanya, setidaknya sekali saja,”
jawabnya. “Tapi itu salah satu bagian dari game yang berlangsung!”
“SEBUAH GAME?” tanyaku dengan nada cukup keras, dan kocokan
tangannya pada batang penisku semakin bertambah cepat dan keras.
“Ya, setelah beberapa lama kemudian,” sambungnya, “Kami
semua sudah benar-benar mabuk. Maksudku sangat, sangat mabuk. Dan berikutnya
hanya tinggal Kristin, Melly, Nina dan aku saja yang berada dalam hot tub
bersama dengan semua pria. Dan beberapa pria mulai berdebat tentang batang
penis siapa yang paling besar. Lalu Melly menyarankan biar para wanita saja
yang memutuskan. “
“Kemudian para pria mulai melepas celana mereka dan
membiarkan para wanita melihatnya. Sayang, aku tak tahu apakah aku memang sudah
sangat mabuk atau bagaimana, tapi kulihat mereka semua sangat besar! Bahkan
yang paling kecilpun terlihat masih agak lebih besar dibanding milikmu ini. “
“Kami mulai penilaiannya, tapi kemudian Eddie kelepasan
bicara kalau dia sudah menyetubuhiku, dan itu jadi tak adil lagi karena aku
sudah tahu lebih banyak dibandingkan yang lainnya. Dan Dave juga mengatakan
kalau dia juga sudah melakukannya denganku, meskipun tidak sampai keluar. Lalu
Gary mengatakan bahwa dia dan Melly juga sudah bersetubuh saat dipantai. Hingga
akhirnya Kristin memutuskan agar adilnya, semua pria harus memasukkan tiap
batang penis mereka ke dalam vagina tiap wanita, jadi para wanita akan tahu
semua bagaimana rasanya. Bukan bersetubuh atau yang lainnya, hanya
memasukkannya sebentar. Dengan begitu akan adil bagi penilaian para wanita.
Kamu pikir juga begitu kan ,
sayang?”
Dalam kondisi normal pasti akan kutolak penjelasan logikanya,
tapi perbuatan tangannya pada batang penisku sudah berefek, dan aku hanya mampu
menelan ludah lalu mengangguk.
“Jadi kami semua akhirnya setuju dan para pria mulai
mengambil gilirannya. Aku mendapatkan Alan untuk pertama kalinya, dia masukkan
batang penisnya ke dalam vaginaku dan mulai mengocoknya keluar masuk beberapa
kali, agar aku bisa merasakan dan membuat penilaian. Batang penisnya terasa
lebih besar dari ukuran aslinya saat aku berhasil membuatnya orgasme.”
Aku tahu itu! Dayu terlalu mabuk untuk mengingat
kebohongannya diawal tadi.
“Dan berikutnya Eddie lagi dan kemudian Gary .
Mereka berdua menusukkan batang penisnya untuk beberapa saat agar aku bisa
melakukan penilaian pada batang penis mereka. “
“Lalu akhirnya giliran Dave. Dia yang paling akhir, dan dia
berbisik ditelingaku kalau tak adil jika kami tak menyelesaikan apa yang sudah
kami awali di dalam mobil sebelumnya. Kemudian dia mulai memasukkan batang
penisnya ke dalam vaginaku. Dialah yang paling besar, itu sudah pasti dan juga
paling keras! Dan aku sudah merasa sangat terangsang setelah beberapa pria
sebelumnya, dan aku adalah wanita yang terakhir bagi Dave. Jadi aku membiarkan
dia menyetubuhiku agak lebih lama dibandingkan yang lainnya. Para
wanita lainnya juga melakukan hal yang sama pada pria yang mendapatkan giliran
terakhir dengan mereka, jadi aku rasa itu bukan masalah dan masih adil
penilaiannya. Kami semua seolah saling berlomba bersetubuh untuk beberapa waktu
lamanya hingga akhirnya kurasakan spermanya menyembur hebat dalam vaginaku. “
“Itu semua yang terjadi, sayang. Bukan masalah besar, kan ?”
“Bukan,” nafasku tecekat ditenggorokan saat aku orgasme,
lebih hebat dari yang pernah kurasakan seumur hidupku. Aku tiba-tiba merasa
menyesalinya, karena itu membuatku terlihat menikamti menyaksikan isteriku
sendiri disetubuhi oleh sekelompok pria yang mereka semua dalah rekan kerjanya
sendiri. Padahal sesungguhnya aku harus merasa marah karenanya.
“Aku rasa kamu menyukainya,” jawabnya lirih. Lalu dia
membalikkan tubuhnya dan menarik selimut ke atas. “Selamat tidur, sayang, I
love you”
Author : Unknown
( Bagi yang tau siapa penulis aslinya, silakan kontak gw,
supaya bisa gw lampirkan ^^ )
No comments:
Post a Comment