Tag : Cerita Swinger , Cewek Bispak , Cerita Dewasa , Cantik
, Cewek , Sex , Panas , Tukar Pasangan ,
Perek , Selingkuh
Namaku Yulia dan biasa dipanggil dengan Lia, aku sudah
menikah kira-kira 3 tahun. Saat ini berprofesi sebagai ibu rumah tangga,
meskipun sempat kuliah di sebuah perguruan tinggi. Sedikit gambaran fisik
tentang diriku, umur saat ini 25 tahun, berkulit putih, berambut lurus
sepundak, dengan payudara yang sekal, tinggi 155 cm, berat 45 kg, ukuran
Payudaraku 36D dengan perut rata dan pinggang kecil namun sintal. Pinggulnya
serasi dengan bentuk badan dan kedua bongkahan pantatku yang indah. Secara
umum, cukup seksi.
Telah lama suamiku mempunyai fantasi untuk melakukan
aktifitas seks threesome atau melihat aku disetubuhi oleh laki-laki lain.
Biasanya, sebelum bercinta, dia selalu mengawalinya dengan fantasinya. Fantasi
yang paling merangsang bagi suamiku, adalah membayangkan aku melakukan hubungan
seks dengan laki-laki lain dengan kehadiran suamiku. Sekedar informasi, aku
memang mempunyai gairah seks yang sangat tinggi, sementara di sisi lain,
suamiku biasanya cuma sanggup ejakulasi satu kali, belum lagi ukuran penisnya
yang pas-pasan. Setelah ejakulasi, meskipun sekitar satu jam kemudian penisnya
bisa ereksi lagi, umumnya dia merasa lelah dan tidak bergairah, mungkin akibat
beban pekerjaan yang cukup berat. Karenanya, biasanya ketika aku minta agar
bisa mencapai orgasme berikutnya, paling banter dia melakukannya dengan tangan,
atau membantu bermasturbasi dengan dildo. Walaupun demikian selama ini aku
berusaha untuk bisa merasa puas dengan cara tersebut.
Setelah sekian lama dia mempunyai fantasi tersebut, suatu hari
dia bertanya bahwa apakah aku mau merealisasikan fantasi tersebut. Pada awalnya
aku kira dia cuma bercanda. Namun dia selalu mendesakku untuk melakukan itu,
aku bertanya apakah dia serius. Dia jawab, "Ya aku serius!" Terus aku
tanya lagi bahwa apakah nanti dia masih akan tetap sayang sama aku, dia jawab
"Ya! aku akan tetap menyayangimu sepenuh hati, sama seperti
sekarang." Kemudian dia berkata, bahwa motivasi utamanya adalah untuk
membuatku bahagia dan mencapai kepuasan setinggi-tingginya. Karena dengan melihat
wajahku ketika mencapai orgasme, selain sangat merangsang juga memberikan
kepuasan tersendiri bagi dirinya. Di lain keadaan hal ini membawa dampak juga
terhadap diriku. Secara terus terang aku pun terkadang merasa kurang mendapat
kepuasan dalam hubungan suami istri. Kuakui selama ini aku juga sering
mengalami gejolak birahi yang tiba-tiba muncul, terutama di pagi hari apabila
malamnya kami melakukan hubungan intim dan suamiku tidak dapat melakukannya
secara sempurna. Oleh karena itu suamiku membeli sebuah alat vibrator. Suamiku
mengatakan alat itu mungkin secara tidak langsung dapat membantu kami untuk
mendapatkan kepuasan dalam hubungan suami istri.
Pada mulanya aku memakai alat itu sebagai simulator sebelum
kami berhubungan badan. Akan tetapi lama kelamaan secara diam-diam aku sering
pergunakan alat tersebut sendirian di pagi hari untuk menyalurkan hasrat
kewanitaanku yang aku rasakan semakin meluap-luap. Rupanya fantasi seksual
suamiku tersebut bukan hanya merupakan sekadar fantasi saja akan tetapi dia
sangat bersikeras untuk dapat mewujudkannya menjadi suatu kenyataan. Selama ini
suamiku terus membujukku agar aku mau membantunya dalam melaksanakan
fantasinya. Apabila aku menolaknya atau tidak mau membicarakan hal tersebut.
Gairah seks-nya pun semakin bertambah turun. Aku berpikir bahwa aku harus
membantu suamiku walaupun merasa tidak enak. Oleh karena itu aku mengalah dan
berjanji akan membantunya sepanjang aku dapat melakukannya dan kutegaskan
kepada suamiku bahwa aku mau melakukan hal itu hanya untuk sekali ini saja.
"Aku telah mengundang Iyan untuk makan malam di sini
malam ini," kata suamiku di suatu hari Sabtu. Aku agak terkesiap mendengar
kata-kata suamiku itu. Aku berfirasat bahwa suamiku akan memintaku untuk
mewujudkan niatnya bersama dia, karena Iyan adalah salah seorang yang sering
disebut-sebut oleh suamiku sebagai salah satu orang yang katanya cocok untuk
diriku dalam melaksanakan fantasi seksual-nya. Memang selama ini sudah ada
beberapa nama kawan-kawan suamiku maupun kenalanku sendiri yang disodorkan
kepadaku yang dianggap cocok untuk melakukan hubungan seks denganku, salah
seorangnya adalah Iyan. Akan tetapi sejauh ini aku masih belum menanggapi
secara serius tawaran dari suamiku tersebut dan juga kebetulan kami tidak
mempunyai kesempatan yang baik untuk itu.
Iyan adalah salah seorang mantanku semasa SMA dan suamiku
pun kenal baik dengan dia. Secara terus terang memang kuakui juga penampilan
Iyan tidak mengecewakan. Bentuk tubuhnya pun lebih kekar dan atletis dari tubuh
suamiku. Walaupun Iyan adalah mantanku tetapi selama kami berpacaran dulu Iyan
sama sekali tidak pernah menyentuhku, memang dulu kami tidak memiliki waktu
luang untuk pacaran karena kami pacaran ketika menjelang EBTANAS, dan setelah
itu sibuk masing masing untuk persiapan masuk universitas, kemudian putus.
Ketika Iyan datang, aku sedang merapikan wajahku dan memilih gaun yang agak
seksi sebagaimana anjuran suamiku agar aku terlihat menarik. Dari cermin rias
di kamar tidurku, kudapati gaun yang kukenakan terlihat agak ketat melekat di
tubuhku sehingga bentuk lekukan tubuhku terlihat dengan jelas. Buah dadaku
kelihatan menonjol membentuk dua buah bukit daging yang indah. Sambil
mematut-matutkan diri di muka cermin akhirnya aku jadi agak tertarik juga
memperhatikan penampilan keseluruhan bentuk tubuhku. Kudapati bentuk
keseluruhan tubuhku masih tetap ramping dan seimbang. Buah dadaku yang subur
juga kelihatan masih sangat kenyal dan berisi. Demikian pula bentuk pantatku
kelihatan agak menonjol penuh dengan daging yang lembut namun terasa kenyal.
Ditambah lagi kulitku yang memang putih bersih tanpa adanya cacat keriput di
sana-sini membuat bentuk keseluruhan tubuhnya menjadi sangat sempurna.
Melihat penampilan keseluruhan bentuk tubuhku itu secara
terus terang timbul naluri kewanitaanku bahwa aku bangga akan bentuk tubuhku.
Oleh sebab itu aku berpikir pantas saja suamiku mempunyai imajinasi yang
sedemikian terhadap laki-laki yang memandang tubuhku karena bentuk tubuhku ini
memang menggiurkan selera kaum pria.
Setelah makan malam suamiku dan Iyan duduk mengobrol di
taman belakang rumahku dengan santai sambil menghabiskan beberapa kaleng bir.
Tidak berapa lama aku pun ikut duduk minum bersama mereka. Malam itu
benar-benar hanya tinggal kami bertiga saja di rumah. Kedua pembantuku yang
biasa menginap, tadi siang telah kuberikan istirahat untuk pulang ke rumah
masing-masing. Ketika hari telah menjelang larut malam dan udara mulai terasa
dingin tiba-tiba suamiku berbisik kepadaku. "Aku telah bicara dengan Iyan
mengenai rencana kita. Dia setuju dan malam ini dia akan menginap di sini. Tapi
walaupun demikian kau tidak perlu memaksakan diri untuk melakukan hubungan seks
dengannya apabila memang suasana hatimu memang belum berkenan, kuserahkan
keputusan itu sepenuhnya kepadamu!" bisik suamiku selanjutnya. Mendengar
bisikan suamiku itu aku diam saja. Aku tidak menunjukkan sikap yang menolak
atau menerima. Aku merasa sudah berputus asa bahkan aku merasa benar-benar
nekat menantang kemauan suamiku itu.
Aku mau lihat bagaimana reaksinya nanti bila aku benar-benar
bersetubuh dengan laki-laki lain. Apakah dia nanti tidak akan menyesal bahwa
istrinya telah dinikmati orang lain? Atau setidak-tidaknya seluruh bagian tubuh
istrinya yang sangat rahasia telah dilihat dan dinikmati oleh laki-laki lain. Tidak
berapa lama kemudian aku masuk ke kamar dan siap untuk pergi tidur. Secara
demonstratif aku memakai baju tidur nylon yang tipis tanpa BH sehingga buah
dadaku terlihat membayang di balik baju tidur itu. Ketika aku keluar kamar,
baik suamiku maupun Iyan agak terhenyak untuk beberapa saat. Akan tetapi mereka
segera dapat menguasai dirinya kembali dan suamiku langsung berkata kepadaku,
"Ayo..!" kata suamiku dengan wajah yang berseri-seri dan semangat
yang tinggi suamiku mengajak kami segera masuk ke kamar tidur. Setelah lama
terdiam akhirnya suamiku mengambil inisiatif dengan mulai menyentuh dan
melingkarkan tangan di dadaku dan menyentuh payudaraku dari luar daster.
Mendapat tindakan demikian Iyan mulai mengelus-elus pahaku yang telah terbuka,
karena dasterku telah terangkat ke atas.
Dengan berpura-pura tenang aku segera merebahkan diri
bertelungkup di atas tempat tidur. Sebenarnya aku tetap masih merasa risih
tubuhku dijamah oleh seorang laki-laki lain apalagi aku dalam keadaan hanya
memakai sehelai baju tidur nylon yang tipis dan tanpa BH. Akan tetapi kupikir
aku harus berusaha tetap tenang agar keinginan suamiku dapat terwujud dengan
baik.Kemudian Iyan menarik tanganku dan meletakkannya di atas pangkuannya.
Sementara itu bibirnya mulai menyusur leher dan belakang telingaku (bagian yang
paling sensitif bagiku). Setelah itu suamiku berbisik di telingaku, inilah saat
untuk merealisasikan fantasi kita. Sekarang Iyan mulai mengambil alih permainan
selanjutnya. Aku langsung ditariknya, pelukannya dan tangannya yang satu
langsung mendekap payudaraku yang sebelah kanan, sedangkan tangannya yang satu
mengelus-elus punggungku sambil mulutnya melumat bibirku dengan gemas. Tangan
Iyan yang berada di payudaraku disisipkan pada belahan daster yang terbuka dan
mulai memelintir dengan halus ujung putingku yang telah mengeras.
Iyan mendorongku perlahan-lahan sehingga berbaring di
ranjang. Jemarinya mulai meremas-remas payudaraku dan memilin-milin putingnya.
Saat itu separuh tubuhku masih belum total terhanyut tetapi ternyata Iyan
jagoan juga dan dalam waktu mungkin kurang dari 10 menit aku mulai mengeluarkan
suara mendesis yang tak bisa kutahan. Kulihat dia tersenyum. Dan menghentikan
aktivitasnya. Kini Iyan berusaha membuka baju tidurku belum selesai berpikir
beberapa saat kemudian aku merasakan tarikan lembut di pahaku dan merasakan
hawa dingin AC di kulit pahaku yang berarti celana dalamku telah dilepas. Iyan
menelanjangi diriku dengan seenaknya sampai aku benar-benar dalam keadaan
bertelanjang bulat tanpa ada lagi sehelai benang pun yang menutupi tubuhku.
Aku hanya dapat memejamkan mata dan pasrah saja menahan
perasaan malu bercampur gejolak dalam diriku ketika tubuhku ditelanjangi di
hadapan suamiku sendiri. Kemudian dia menelentangi tubuhku dan menatap dengan
penuh selera tubuhku yang telah berpolos bugil sepuas-puasnya. Aku benar-benar
tidak dapat melukiskan betapa perasaanku saat itu. Seumur hidupku, aku belum
pernah bertelanjang bulat di hadapan laki-laki lain apalagi dalam situasi
seperti sekarang ini. Aku merasa sudah tidak ada lagi rahasia tubuhku yang
tidak diketahui Iyan. Secara reflek, dalam keadaan terangsang, aku
mengusap-usap kemaluan Iyan yang telah tegang dari luar celananya. Bagian bawah
celana Iyan terlihat menggembung besar. Aku mengira-ngira betapa besar kemaluan
Iyan ini. Kemudian Iyan menarik tanganku ke arah resluiting celananya yang
telah terbuka dan menyusupkan tanganku memegang kemaluan Iyan yang telah tegang
itu. Aku langsung tersentak ketika terpegang senjata Iyan yang tampaknya besar
itu.
Suamiku kelihatan benar-benar menikmati adegan tersebut.
Tanpa berkedip dia menyaksikan bagaimana tubuh istrinya digarap dan dinikmati
habis-habisan oleh laki-laki lain. Sebagai seorang wanita normal keadaan ini
mau tidak mau akhirnya membuatku terbenam juga dalam suatu arus birahi yang
hebat. Jilatan-jilatan Iyan di bagian tubuhku yang sensitif membuatku
bergelinjang dengan dahsyat menahan arus birahi yang belum pernah kurasakan
selama ini. Setelah beberapa saat mengelusnya, kemudian Iyan berdiri di
hadapanku dan membuka celananya sehingga kemaluannya tiba-tiba melonjak keluar,
seakan-akan baru bebas dari kungkungan dan sekarang dengan jelas terlihat. Kini
Iyan berada dalam keadaan bertelanjang bulat. Sehingga aku dapat menyaksikan
ukuran alat kejantanan Iyan yang telah menjadi tegang ternyata memang jauh
lebih besar dan lebih panjang dari ukuran alat kejantanan suamiku yang mungkin
cuma setengahnya. Bentuknya pun agak berlainan.
Aku sangat terkejut melihat kemaluan Iyan yang sangat besar
dan panjang itu. Kemaluan yang sebesar itu yang sepertinya hanya ada di
film-film BF saja. Batang penisnya kurang lebih berdiameter 5 cm dikelilingi
oleh urat-urat yang melingkar dan pada ujung kepalanya yang sangat besar,
panjangnya mungkin kurang lebih 18 cm, pada bagian pangkalnya ditumbuhi dengan
rambut keriting yang lebat. Kulitnya agak tebal, terus ada urat besar di sisi
kiri dan kanan yang terlihat seperti ada cacing di dalam kulitnya. Kepala
batangnya tampak kompak (ini istilahku!), penuh dan agak berkerut-kerut. Garis
lubangnya tampak seperti luka irisan di kepala kemaluannya. Kemudian dia
menyodorkan alat kejantanannya tersebut ke hadapan wajahku. Sesaat aku menoleh
ke arah suamiku, aku tidak menduga akan menghadapi penis yang sebesar itu. Aku
mulanya juga agak ragu-ragu, tapi untuk menghentikan ini, kelihatannya sudah
kepalang, karena tidak enak hati pada Iyan yang telah bersedia memenuhi
keinginan kami itu.
Secara reflek aku segera menggenggam alat kejantanannya dan
terasa hangat dalam telapak tanganku. Aku memegangnya perlahan, terasa ada
sedikit kedutan terutama di bagian uratnya. Lingkaran genggamanku tampak tak
tersisa memenuhi lingkaran batangnya. Aku tidak pernah membayangkan selama ini
bahwa aku akan pernah memegang alat kejantanan seorang laki-laki lain di hadapan
suamiku. Dengan penuh keragu-raguan aku melirik kepada suamiku. Kulihat dia
semakin bertambah asyik menikmati bagian dari adegan itu tanpa memikirkan
perasaanku sebagai istrinya yang sedang digarap habis-habisan oleh seorang
laki-laki lain, yang juga merupakan bekas pacarku. Dalam hatiku tiba-tiba
muncul perasaan geram terhadap suamiku, sehingga dengan demonstratif kuraih
alat kejantanan Iyan itu ke dalam mulutku menjilati seluruh permukaannya dengan
lidahku kemudian kukulum dan hisap sehebat-hebatnya.
Aku merasa sudah kepalang basah maka aku akan nikmati alat
kejantanan itu dengan sepuas-puasnya sebagaimana kehendak suamiku. Kuluman dan
hisapanku itu membuat alat kejantanan Iyan yang memang telah berukuran besar
menjadi bertambah besar lagi. Di lain keadaan dari alat kejantanan Iyan yang
sedang mengembang keras dalam mulutku kurasakan ada semacam aroma yang khas
yang belum pernah kurasakan selama ini. Aroma itu menimbulkan suatu rasa
sensasional dalam diriku dan liang kewanitaanku mulai terasa menjadi liar
hingga secara tidak sadar membuatku bertambah gemas dan semakin menjadi-jadi
menghisap alat kejantanan itu lebih hebat lagi secara bertubi-tubi. Kuluman dan
hisapanku yang bertubi-tubi itu rupanya membuat Iyan tidak tahan lagi. Dengan
keras dia menghentakkan tubuhku dalam posisi telentang di atas tempat tidur.
Aku pun kini semakin nekat dan pasrah untuk melayaninya.
Aku segera membuka kedua belah pahaku lebar-lebar.
"Yan.." aku bahkan tidak tahu memanggilnya untuk apa. Sambil berlutut
mendekatkan tubuhnya di antara pahaku, Iyan berbisik, "Sstt.. kamu diam
saja, nikmati saja!" katanya sambil dengan kedua tangannya membuka pahaku
sehingga selangkanganku terkuak tepat menghadap pinggulnya karena ranjangnya
tidak terlalu tinggi. Itu juga berarti bahwa sekian saat lagi akan ada sesuatu
yang akan menempel di permukaan kemaluanku. Benar saja, aku merasakan sebuah
benda tumpul menempel tepat di permukaan kemaluanku. Tidak langsung diselipkan
di ujung lubangnya, tetapi hanya digesek-gesekkan di seluruh permukaan
bibirnya, membuat bibir-bibir kemaluanku terasa monyong-monyong kesana kemari
mengikuti arah gerakan kepala kemaluannya. Tetapi pengaruh yang lebih besar
ialah aku merasakan rasa nikmat yang benar-benar bergerak cepat di sekujur
tubuhku dimulai dari titik gesekan itu.
Beberapa saat Iyan melakukan itu, cukup untuk membuat
tanganku meraih tangannya dan pahaku terangkat menjepit pinggulnya. Aku
benar-benar menanti puncak permainannya. Iyan menghentikan aktivitasnya itu dan
menempelkan kepala kemaluannya tepat di antara bibir kemaluanku dan terasa
bagiku tepat di ambang lubang kemaluanku. Aku benar-benar menanti tusukannya.
Oh.. God.. please! Tidak ada siksaan yang lebih membuat wanita menderita selain
dalam kondisiku itu. Sesaat aku lupa kalau aku sudah bersuami, yang aku lihat
cuma Iyan dan barangnya yang besar panjang. Ada
rasa takut, ada pula rasa ingin cepat merasakan bagaimana rasanya dicoblos
barang yang lebih besar, lebih panjang, "Ooouugghh," tak sabar aku
menunggunya. Tiba-tiba aku merasakan sepasang jemari membuka ke kiri dan ke
kanan bibir-bibir kemaluanku. Dan yang dahsyat lagi aku merasakan sebuah benda
tumpul dari daging mendesak di tengah-tengah bentangan bibir itu. Aku mulai
sedikit panik karena tidak mengira akan sejauh ini tetapi tentu saja aku tidak
bisa berbuat apa-apa karena aku sendiri yang memulainya tadi dan juga aku
sangat mengaguminya.
Perlahan-lahan Iyan mulai memasukkan penisnya ke vaginaku.
Aku berusaha membantu dengan membuka bibir vaginaku lebar-lebar. Kelihatannya
sangat sulit untuk penis sebesar itu masuk ke dalam lubang vaginaku yang kecil.
Tangan Iyan yang satu memegang pinggulku sambil menariknya ke atas, sehingga
pantatku agak terangkat dari tempat tidur, sedangkan tangannya yang satu
memegang batang penisnya yang diarahkan masuk ke dalam vagina. Pada saat Iyan
mulai menekan penisnya, aku menjerit tertahan, "Aduuhh.. sakiitt.. Yann..,
pelan-pelan.. doong." Iyan agak menghentikan kegiatannya sebentar untuk
memberiku kesempatan untuk mengambil nafas, kemudian Iyan melanjutkan kembali
usahanya untuk memasukkan penisnya. Sementara itu batang kemaluan Iyan mulai
mendesak masuk dengan mantap. Sedikit demi sedikit aku merasakan terisinya
ruangan dalam liang kemaluanku. Aku benar-benar tergial ketika merasakan kepala
kemaluannya mulai melalui liang kemaluanku, diikuti oleh gesekan dari urat-urat
batangnya setelahnya. Aku hanya mengangkang merasakan desakan pinggul Iyan
sambil membuka pahaku lebih lebar lagi.
Aku mulai merasakan perasaan penuh di kemaluanku dan semakin
penuh seiring dengan semakin dalamnya batang itu masuk ke dalam liangnya.
Sedikit suara lenguhan kudengarkan dari Iyan ketika seluruh batang itu amblas
masuk. Aku sendiri tidak mengira batang sebesar dan sepanjang tadi bisa masuk
seluruhnya. Rasanya seperti terganjal dan untuk menggerakkan kaki saja rasanya
agak susah. Sesaat keherananku yang sama muncul ketika melihat film biru dimana
adegannya seorang cewek berada di atas cowoknya dan bisa bergerak naik-turun
dengan cepat. Padahal ketika seluruh batang kemaluannya yang besar itu masuk,
bergerak sedikit saja terasa aneh bagiku. Sedikit demi sedikit aku mulai merasa
nyaman. Saat itu seluruh batang kemaluan Iyan telah amblas masuk seluruhnya di
dalam liang kemaluanku. Tanpa sengaja aku terkejang seperti menahan kencing sehingga
akibatnya seperti meremas batang kemaluan Iyan. Aku agak terlonjak sejenak
ketika merasakan alat kejantanan Iyan itu menerobos ke dalam liang kemaluanku
dan menyentuh leher rahimku. Aku terlonjak bukan karena alat kejantanan itu
merupakan alat kejantanan dari seorang laki-laki lain yang pertama yang
kurasakan memasuki tubuhku selain alat kejantanan suamiku, akan tetapi lebih
disebabkan aku merasakan alat kejantanan Iyan memang terasa lebih istimewa
daripada alat kejantanan suamiku, baik dalam ukuran maupun ketegangannya.
Selama hidupku memang aku tidak pernah melakukan hubungan
seks dengan laki-laki lain selain suamiku sendiri dan keadaan ini membuatku
berpikiran lain. Aku tidak menyangka ukuran alat kejantanan seorang laki-laki
sangat berpengaruh sekali terhadap kenikmatan seks seorang wanita. Oleh karena
itu secara refleks aku mengangkat kedua belah pahaku tinggi-tinggi dan menjepit
pinggang Iyan erat-erat untuk selanjutnya aku mulai mengoyang-goyangkan
pinggulku mengikuti alunan gerakan tubuh Iyan. Saat itu kakiku masih menjuntai
di lantai karpet kamar. Tanganku memegangi lengannya yang mencengkeram
pinggulku. Aku menariknya kembali ketika Iyan menarik kemaluannya dan belum
sampai tiga perempat panjangnya kemudian menghunjamkannya lagi dengan kuat. Aku
nyaris menjerit menahan lonjakan rasa nikmat yang disiramkannya secara
tiba-tiba itu.
Begitulah beberapa kali Iyan melakukan hujaman-hujaman ke
dalam liang terdalamku tersebut. Setiap kali hujaman seperti menyiramkan rasa
nikmat yang amat banyak ke tubuhku. Aku begitu terangsang dan semakin
terangsang seiring dengan semakin seringnya permukaan dinding lubang kemaluanku
menerima gesekan-gesekan dari urat-urat batang kemaluan Iyan yang seperti
akar-akar yang menjalar-jalar itu. Biasanya suamiku kalau bersenggama semakin
lama semakin cepat gerakannya, tetapi Iyan seperti menemukan sebuah irama
gerakan yang konstan tidak cepat dan tidak lambat. Tapi anehnya justru bagiku
aku semakin bisa merasakan setiap milimeter permukaan kulit kemaluannya. Pada
tahap ini, seperti sebuah tahap ancang-ancang menuju ke sebuah ledakan yang
hebat, aku merasakan pahaku mulai seperti mati rasa seiring dengan semakin
membengkaknya rasa nikmat di area selangkanganku. Tubuh kami sebentar menyatu
kemudian sebentar lagi merenggang diiringi desah nafas kami yang semakin lama
semakin cepat.
Sementara itu aku pun kembali melirik ke arah suamiku.
Kudapati suamiku agak ternganga menyaksikan bagaimana diriku disetubuhi oleh
Iyan. Melihat penampilan suamiku itu, timbul kembali geram di hatiku, maka
secara lebih demonstratif lagi kulayani permainan Iyan sehebat-hebatnya secara
aktif bagaikan adegan dalam sebuah film biru. Keadaan ini tiba-tiba membuatku
merasakan ada suatu kepuasan dalam diriku. Hal itu bukan saja disebabkan oleh
kenikmatan seks yang sedang kualami bersama Iyan, akan tetapi aku juga
memperoleh suatu kepuasan lain yaitu aku telah dapat melampiaskan rasa kesalku
terhadap suamiku. Suamiku menghendakiku berhubungan seks dengan laki-laki lain
dan malam ini kulaksanakan sepuas-puasnya, sehingga malam ini aku bukan seperti
aku yang dulu lagi. Diriku sudah tidak murni lagi karena dalam tubuhku telah
hadir tubuh laki-laki lain selain suamiku.
Setelah agak beberapa lama kami bergumul tiba-tiba Iyan
menghentikan gerakannya dan mengeluarkan alat kejantanannya yang masih berdiri
dengan tegar dari liang kenikmatanku. Kupikir dia telah mengalami ejakulasi
dini. Pada mulanya aku agak kecewa juga karena aku sendiri belum merasakan
apa-apa. Bahkan aku tidak merasakan adanya sperma yang tumpah dalam rahimku.
Akan tetapi rupanya dugaanku salah, kulihat alat kejantanannya masih sangat
tegar berdiri dengan kerasnya. Iyan menghentikan persetubuhannya karena dia
meminta suamiku menggantikannya untuk meneruskan hubungan seks tersebut. Kini
dia yang akan menonton diriku disetubuhi oleh suamiku sendiri. Suamiku dengan
segera menggantikan Iyan dan mulai menyetubuhi diriku dengan hebat. Kurasakan
nafsu birahi suamiku sedemikian hebat dan bernyala-nyala sehingga sambil
berteriak-teriak kecil dia menghunjamkan tubuhnya ke tubuhku. Akan tetapi
apakah karena aku masih terpengaruh oleh pengalaman yang barusan kudapatkan
bersama Iyan, maka ketika suamiku menghunjamkan alat kejantanannya ke dalam
liang kenikmatanku, kurasakan alat kejantanan suamiku itu kini terasa hambar.
Kurasakan otot-otot liang senggamaku tidak lagi sedemikian tegangnya menjepit
alat kejantanan itu sebagaimana ketika alat kejantanan Iyan yang berukuran
besar dan panjang itu menerobos sampai ke dasar liang senggamaku. Alat
kejantanan suamiku kurasakan tidak sepenuhnya masuk ke dalam liang senggamaku
dan terasa lebih lembek bahkan dapat kukatakan tidak begitu terasa lagi dalam
liang senggamaku yang kini telah pernah diterobos oleh sesuatu benda yang lebih
besar.
Di lain keadaan mungkin disebabkan pengaruh minuman alkohol
yang terlalu banyak, atau mungkin juga suamiku telah berada dalam keadaan yang
sedemikian rupa sangat tegangnya, sehingga hanya dalam beberapa kali saja dia
mengayunkan tubuhnya di atas tubuhku dan dalam waktu kurang dari satu menit, suamiku
telah mencapai puncak ejakulasi dengan hebat. Malahan karena alat kejantanan
suamiku tidak berada dalam liang kewanitaanku secara sempurna, dia telah
menyemprotkan separuh spermanya agak di luar liang kewanitaanku dengan
berkali-kali dan sangat banyak sekali sehingga seluruh permukaan kemaluan
sampai ke sela pahaku basah kuyub dengan cairan sperma suamiku. Selanjutnya
suamiku langsung terjerembab tidak bertenaga lagi terhempas kelelahan di
sampingku.
Sementara itu aku masih dalam keadaan liar. Bagaikan seekor
kuda betina binal aku jadi bergelinjangan tidak karuan karena aku belum sempat
mengalami puncak ejakulasi sama sekali semenjak disetubuhi oleh Iyan. Oleh
karena itu sambil mengerang-erang kecil aku raih alat kejantanan suamiku itu
dan meremas-remasnya dengan kuat agar dapat segera tegang kembali. Akan tetapi
setelah berkali-kali kulakukan usahaku itu tidak membawa hasil. Alat kejantanan
suamiku malahan semakin layu sehingga akhirnya aku benar-benar kewalahan dan
membiarkan dia tergolek tanpa daya di tempat tidur. Selanjutnya tanpa ampun
suamiku tertidur dengan nyenyak dalam keadaan tidak berdaya sama sekali.
Aku segera bangkit dari tempat tidur dalam keadaan tubuh
yang masih bertelanjang bulat menuju kamar mandi yang memang menyatu dengan kamar
tidurku untuk membersihkan cairan sperma suamiku yang melumuri tubuhku.
Kemudian tiba-tiba Iyan yang masih dalam keadaan bertelanjang bulat langsung
memelukku dari belakang sambil memagut serta menciumi leherku secara
bertubi-tubi. Selanjutnya dia membungkukkan tubuhku ke pinggir ranjang aku kini
berada dalam posisi menungging. Dalam posisi yang sedemikian Iyan menyetubuhi
diriku dari belakang dengan garangnya sehingga dengan cepat aku telah mencapai
puncak ejakulasi terlebih dahulu. Begitu aku sedang mengalami puncak ejakulasi,
Iyan menarik alat kejantanannya dari liang senggamaku, seluruh tubuhku terasa
menjadi tidak karuan, kurasakan liang kenikmatanku berdenyut agak aneh dalam
suatu gerakan liar yang sangat sukar sekali kulukiskan dan belum pernah kualami
selama ini. Aku kini tidak dapat tidur walaupun barusan aku telah mengalami
orgasme bersama Iyan.
Dalam keadaan yang sedemikian tiba-tiba Iyan yang masih
bertelanjang bulat sebagaimana juga diriku, menarikku dari tempat tidur dan
mengajakku tidur bersamanya di kamar tamu di sebelah kamarku. Bagaikan didorong
oleh suatu kekuatan hipnostisme yang besar, aku mengikuti Iyan ke kamar
sebelah. Kami berbaring di ranjang sambil berdekapan dalam keadaan tubuh
masing-masing masih bertelanjang bulat bagaikan sepasang pengantin baru yang
sedang berbulan madu. Memang saat itu aku merasa diriku seakan berada dalam
suatu suasana yang mirip pada saat aku mengalami malam pengantinku yang
pertama. Sambil mendekap diriku Iyan terus-menerus menciumiku sehingga aku kembali
merasakan suatu rangsangan birahi yang hebat. Dan tidak lama kemudian tubuh
kami kami pun udah bersatu kembali dalam suatu permainan persetubuhan yang
dahsyat.
Tidak berapa lama kemudian Iyan membalikkan tubuhku sehingga
kini aku berada di posisi atas. Selanjutnya dengan spontan kuraih alat
kejantanannya dan memandunya ke arah liang senggamaku. Kemudian kutekan tubuhku
agak kuat ke tubuh Iyan dan mulai mengayunkan tubuhku turun-naik di atas
tubuhnya. Mula-mula secara perlahan-lahan akan tetapi lama-kelamaan semakin
cepat dan kuat sambil berdesah-desah kecil. Sementara itu Iyan dengan tenang
telentang menikmati seluruh permainanku sampai tiba-tiba kurasakan suatu
ketegangan yang amat dahsyat dan dia mulai mengerang-erang kecil. Dengan
semakin cepat aku menggerakkan tubuhku turun-naik di atas tubuh Iyan dan
nafasku pun semakin memburu berpacu dengan hebat menggali seluruh kenikmatan
tubuh laki-laki yang berada di bawahku.
Tidak berapa lama kemudian aku menjadi terpekik kecil
melepaskan puncak ejakulasi dengan hebat dan tubuhku langsung terkulai
menelungkup di atas tubuh Iyan. Setelah beberapa saat aku tertelungkup di atas
tubuh Iyan, tiba-tiba dia bangkit dengan suatu gerakan yang cepat. Kemudian
dengan sigap dia menelentangkan tubuhku di atas tempat tidur dan mengangkat
tinggi-tinggi kedua belah pahaku ke atas sehingga liang kenikmatanku yang telah
basah kuyup tersebut menjadi terlihat jelas menganga dengan lebar. Selanjutnya
Iyan mengacungkan alat kejantanannya yang masih berdiri dengan tegang itu ke
arah liang kewanitaanku dan menghunjamkan kembali alat kejantanannya tersebut
ke tubuhku dengan garang. Aku menjadi terhentak bergelinjang kembali ketika
alat kejantanan Iyan mulai menerobos dengan buasnya ke dalam tubuhku dan
membuat gerakan mundur-maju dalam liang senggamaku.
Aku pun kini semakin hebat menggoyang-goyangkan pinggulku
mengikuti alunan gerakan turun-naiknya alat kejantanan Iyan yang semakin lama
semakin cepat menggenjotkan di atas tubuhku.Aku merasakan betapa liang
kewanitaanku menjadi tidak terkendali berusaha menghisap dan melahap alat
kejantanan Iyan yang teramat besar dan panjang itu sedalam-dalamnya serta
melumat seluruh otot-ototnya yang kekar dengan rakusnya. Selama pertarungan itu
beberapa kali aku terpekik agak keras karena kemaluan Iyan tegar dan perkasa
itu menghujam lubang kemaluanku.
Akhirnya kulihat Iyan tiba juga pada puncaknya. Dengan mimik
wajah yang sangat luar biasa dia melepaskan puncak orgasmenya secara
bertubi-tubi menyemprotkan seluruh spermanya ke dalam tubuhku dalam waktu yang
amat panjang. Sementara itu alat kejantanannya tetap dibenamkannya
sedalam-dalamnya di liang kewanitaanku sehingga seluruh cairan birahinya
terhisap dalam tubuhku sampai titik penghabisan. Selanjutnya kami terhempas
kelelahan ke tempat tidur dengan tubuh yang tetap menyatu. Selama kami
tergolek, alat kejantanan Iyan masih tetap terbenam dalam tubuhku, dan aku pun
memang berusaha menjepitnya erat-erat karena tidak ingin segera kehilangan
benda tersebut dari dalam tubuhku.
Setelah beberapa lama kami tergolek melepaskan lelah, Iyan
mulai bangkit dan menciumi wajahku dengan lembut yang segera kusambut dengan
mengangakan mulutku sehingga kini kami terlibat dalam suatu adegan cium yang
mesra penuh dengan perasaan. Sementara itu tangannya dengan halus membelai-belai
rambutku sebagaimana seorang suami yang sedang mencurahkan cinta kasihnya
kepada istrinya. Suasana romantis ini akhirnya membuat gairah kami muncul
kembali. Kulihat alat kejantanan Iyan mulai kembali menegang tegak sehingga
secara serta merta Iyan segera menguakkan kedua belah pahaku membukanya
lebar-lebar untuk kemudian mulai menyetubuhi diriku kembali.Berlainan dengan
suasana permulaan yang kualami tadi, dimana kami melakukan persetubuhan dalam
suatu pertarungan yang dahsyat dan liar. Kali ini kami bersetubuh dalam suatu
gerakan yang santai dalam suasana yang romantis dan penuh perasaan. Kami
menikmati sepenuhnya sentuhan-sentuhan tubuh telanjang masing-masing dalam
suasana kelembutan yang mesra bagaikan sepasang suami istri yang sedang
melakukan kewajibannya.
Aku pun dengan penuh perasaan dan dengan segala kepasrahan
melayani Iyan sebagaimana aku melayani suamiku selama ini. Keadaan ini
berlangsung sangat lama sekali. Suasana ini berakhir dengan tibanya kembali
puncak ejakulasi kami secara bersamaan. Kami kini benar-benar kelelahan dan
langsung tergolek di tempat tidur untuk kemudian terlelap dengan nyenyak dalam
suatu kepuasan yang dalam.
Semenjak pengalaman kami malam itu, suamiku tidak
mempermasalahkan lagi soal fantasi seksualnya dan tidak pernah menyinggung lagi
soal itu. Namun apa yang kurasakan bersama suamiku secara kualitas kurasakan
tidak sehebat sebagaimana yang kualami bersama Iyan. Kuakui malam itu Iyan
memang hebat. Walaupun telah beberapa waktu berlalu namun bayangan kejadian
malam itu tidak pernah berlalu dalam benakku. Malam itu aku telah merasakan
suatu kepuasan seksual yang luar biasa hebatnya yang belum pernah kualami
bersama suamiku selama ini. Walaupun telah beberapa kali menyetubuhiku, Iyan
masih tetap saja kelihatan bugar. Alat kejantanannya pun masih tetap berfungsi
dengan baik melakukan tugasnya keluar-masuk liang kewanitaanku dengan tegar
hingga membuatku menjadi agak kewalahan. Aku telah terkapar lunglai dengan
tidak putus-putusnya mengerang kecil karena terus-menerus mengalami puncak
orgasme dengan berkali-kali namun alat kejantanan Iyan masih tetap tegar
bertahan. Memang secara terus terang kuakui bahwa selama melakukan hubungan
seks dengan suamiku beberapa bulan belakangan itu, aku tidak pernah mengalami
puncak orgasme sama sekali. Apalagi dalam waktu yang berkali-kali dan secara
bertubi-tubi seperti malam itu. Sehingga secara terus terang setelah hubungan
kami yang pertama di malam itu kami masih tetap berhubungan tanpa sepengetahuan
suamiku.
Awalnya di suatu pagi Iyan berkunjung ke rumahku pada saat
suamiku sudah berangkat ke tempat tugasnya. Secara terus terang saat itu dia
minta tolong kepadaku untuk menyalurkan kebutuhan seksnya. Mulanya aku ragu
memenuhi permintaannya itu. Akan tetapi anehnya aku tidak kuasa untuk menolak
permintaan tersebut. Sehingga kubiarkan saja dia melepaskan hasrat birahinya.
Hubungan itu rupanya membawa diriku ke dalam suatu alam kenikmatan lain
tersendiri. Ketika kami berhubungan seks secara terburu-buru di suatu ruangan
terbuka kurasakan suatu sensasi kenikmatan yang hebat dan sangat menegangkan.
Keadaan ini membawa hubunganku dan Iyan semakin berlanjut. Demikianlah sehingga
akhirnya aku dan Iyan sering membuat suatu pertemuan sendiri di luar rumah.
Melakukan hubungan seks yang liar di luar rumah, baik di kamar cottage ataupun
di kamar hotel, bahkan di rumahku ketika suamiku tidak ada di rumah. Kami
saling mengisi kebutuhan jasmani masing-masing dalam adegan-adegan sebagaimana
yang pernah kami lakukan di kamar tidurku di malam itu, dan sudah barang tentu
perbedaannya kali ini adegan-adegan tersebut kini kami lakukan tanpa dihadiri
dan tanpa diketahui oleh suamiku.
Sebagai wanita yang sehat dan normal, aku tidak menyangkal
bahwa berkat anjuran suamiku malam itu aku telah mendapatkan makna lain dari
kenikmatan hubungan seksual yang hakiki walaupun hal itu pada akhirnya
kuperoleh dari mantan pacarku, mungkin aku agak menyesal kenapa dulu tidak
melanjutkan hubunganku dengan Iyan yang mungkin masih dapat bersatu lagi kalau
saja aku tidak merasa gengsi untuk kembali padanya walaupun ada kesempatan
setelah dia putus dengan pacarnya. Tapi akhirnya aku dapat melanjutkannya
sekarang, memang kalau sudah jodoh tak akan lari kemana.
Author : Unknown
( Bagi yang tau siapa penulis aslinya, silakan kontak gw,
supaya bisa gw lampirkan ^^ )
No comments:
Post a Comment