Tag : Cerita Swinger ,
Cewek Bispak , Cerita Dewasa , Cantik , Cewek , Sex , Panas , Tukar Pasangan
, Perek ,
Perkenalkan namaku Diane, seorang ibu rumah tangga etnis
Chinese yang baru berumur 26 tahun. Suamiku, Jonny, adalah seorang wiraswasta
yang sudah cukup sukses di umurnya yang baru menginjak 30 tahun. Aku yang tidak
diperbolehkan bekerja, setelah menikahi Jonny, memilih menghabiskan waktu di
tempat fitness. Berkat itu pula aku bisa membentuk tubuh yang bisa membuat
semua laki-laki menoleh. Jonny sebagai suami yang baik mampu membuat hidup kami
lebih dari cukup. Sewaktu kami menikah, dia membeli sebuah rumah di kawasan
elite untuk kami. Setelah 1 tahun, kami juga membeli beberapa rumah di tempat
lain yang kami kontrakkan. Karena bisnis suamiku yang semakin meroket, suamiku
semakin sering pergi ke luar kota .
Praktis meninggalkan aku sendirian di rumah ketika malam hari, karena pembantu
hanya bisa bekerja dari jam 6 pagi sampai jam 4 sore. Jonny akhirnya menyewa
seorang satpam rekomendasi Nuri, pembantu kami, untuk berjaga di rumah. Maklum,
meskipun perumahan elite, tetapi perumahan ini sepi sekali dan jarak satu rumah
ke rumah lain relatif jauh.
Aku sebenarnya agak senang dgn kehadiran satpam baru yg
bernama Yanto itu. Pernah beberapa kali aku memergoki dia sedang mengintip ke
belahan dadaku ataupun pahaku. Tatapan matanya seolah olah menelanjangiku. Yang
aneh, bukan merasa tersinggung atau marah, aku malah menyukainya menatapku.
Memang untuk ukuran tubuhku, payudaraku terkesan besar, dengan lingkar dada 34
dan cup D, ya benar D, sangat sulit bagiku untuk tidak menarik perhatian. Aku
yang juga mempunyai rambut panjang dan tiga tindikan di telinga dan satu di
hidung membuatku semakin terlihat menonjol. Rambut yang hampir selalu ku kuncir
kuda semakin jelas memperlihatkan pesonaku. Leherku yang jenjang, dadaku yang
membusung padat dan kilau perhiasan di setiap lobang tidikanku. Di tempat
fitness, di mall, di mana saja aku selalu bisa menarik perhatian banyak orang,
terutama kaum adam. Apalagi hampir seluruh baju yang kupunya berpotongan sexy.
Jonny sendiri tidak pernah melarang aku berpakaian sexy. Dia justru semakin
menyukainya, dia bahkan pernah bilang kepadaku kalo dia bangga punya istri yang
sexy. Aku pun akhirnya terbawa dengan cara berpikirnya. Aku jadi merasa bangga
jika tubuhku bisa menarik perhatian orang.
Tetapi, aku tetap setia kepada suamiku. Aku memang masih
perawan ketika menikahi Jonny, dan aku bangga akan itu.Seks dengan suamiku
selalu monoton, kecuali ketika kami selesai menonton video porno. Jonny akan
selalu merayuku untuk mengoral penisnya yang selalu kutolak mentah mentah. Aneh
memang, tapi aku tidak tau kenapa aku selalu merasa enggan memasukkan penis
Jonny ke mulutku. Pernah juga sesekali dua kali dia meminta aku untuk bersedia
melakukan anal seks, yang selalu berakhir dengan aku tersinggung. Aku mempunyai
beberapa sex toys yang kubeli di luar negri yang selalu menemaniku ketika
suamiku tidak bisa memuaskanku. Jonny tidak mengerti akan hal itu. Egg vibrator
adalah salah satu favoritku di antara beberapa mainanku. Tiap kali aku
masturbasi, aku selalu membayangkan berhubungan seks dengan orang lain selain
Jonny. Pak Yanto adalah object imajinasiku yang paling sering sejak dia bekerja
di sini. Hampir setiap hari aku masturbasi sambil membayangkan satpamku ketika
suamiku tertidur.Aku membayangkan betapa panjang dan besarnya penis pak Yanto,
dan bagaimana dia akan membuatku melayani nafsu seksnya ketika suamiku sedang
tidak di rumah. Di dalam fantasi seksku, aku selalu membayangkan duduk bersimpuh
di depan pak Yanto dan aku membimbing penisnya dan menjejalkannya ke mulutku.
Suatu hal yang selalu aku tolak ketika suamiku memintanya. Mukanya yang buruk
dan giginya yang sedikit tongos serta perawakannya yang hitam dan besar selalu
membuat pak Yanto menghiasi khayalanku. Selalu kubayangkan aku adalah seorang
pelacur murahan yang sangat suka melayani pak Yanto.
Beberapa minggu setelah pak Yanto bekerja di tempat kami,
Jonny harus pergi ke luar pulau untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku
mengantarnya ke bandara, menunggu sampai dia tidak terlihat dan akhirnya akupun
kembali pulang ke rumah. pukul 7 malam aku baru sampai di rumah. Kupencet
remote pagar dan aku parkir mobilku di dalam. Pak Yanto membukakan pintu
mobilku, aku bisa merasakan tatapannya yang tajam. Memang saat itu aku memakai
rok mini dan blouse yang berbelahan dada rendah. Walau aku tau pak Yanto bisa
melihat kedalam bajuku saat aku hendak keluar dari mobil, aku tidak berusaha
menutupinya. Aku seakan bangga akan hal itu. Tak tau mengapa, aku bahkan tidak
berusaha menutupi rokku saat aku keluar dari mobil. Dan aku tau jelas saat kaki
kananku menginjak lantai, pak Yanto dengan jelas melihat g-string merahku.
Darahku pun berdesir, aku bisa merasakan putingku mengeras. Bukannya segera
turun dari mobil, dengan santainya aku mencabut kunci mobil dan selama sekian
detik itu, pandangan pak Yanto tidak pernah lepas dari g-stringku. Akupun masuk
ke dalam, membiarkan pak Yanto mengawasi lenggak lenggok ku berjalan
meninggalkan dia.
Di dalam kamar, aku sempat terheran heran dengan kejadian
itu. Ada apa denganku ini, mengapa
aku bertingkah seperti seorang wanita murahan. Belum pernah sekalipun aku
merasa terangsang seperti ini. Aku meraba ke dalam g-stringku, basah. Aku pun
melucuti baju yang kukenakan, dan masuk ke kamar mandi untuk berendam. 45 menit
dengan cepat terlewati tanpa kusadari. Kukeringkan tubuhku dan akupun kemudian
rebahan di atas tempat tidur. Pikiranku kembali ke saat di mana aku memberikan
tontonan g stringku ke pak Yanto. Keinginan untuk kembali menggodanya semakin
kuat kurasakan. Semakin lama memikirkan itu, semakin basah aku rasakan di
antara kakiku. Aku berjalan ke arah cermin, kuperhatikan kedua payudaraku yang
membusung menantang dengan kedua putingnya yang berwarna merah kecoklatan.
Kuremas remas pelan kedua payudaraku. Aku mendesah ketika tanganku secara tidak
sengaja mengenai putingku. Ketika tanganku turun ke arah memek ku yang
hairless, kurasakan lendir melekat di jemariku. Kujulurkan lidahku, kuoleskan
lendir itu ke cermin di depanku, tepat di daerah lidahku yang sedang menjulur.
Kutatap tajam tajam kedua mataku di depan cermin,
"Dasar lu Perek Murahan!!" kataku kepada bayanganku di depan cermin
sambil kuremas remas kedua payudaraku. Kurasakan sengatan listrik di sekujur
tubuhku ketika aku mengatai diriku sendiri. Tidak tau mengapa aku sangat suka
mengata ngatai diriku sendiri sebagai wanita murahan."Ahhh...." aku
mendesah waktu kupencet keras kedua putingku. Kudekatkan mukaku ke depan
cermin, tanpa rasa jijik, kujilat cairan vaginaku sendiri yang melekat di
cermin. Tingkah gila yang kulakukan benar benar membuatku semakin terangsang.
Kusambar sebatang lipstick merah terang dan kusapukan di bibirku. Keingingan
untuk kembali menggoda pak Yanto kembali menerpaku.
Akupun mengendap endap turun sambil memakai mantel handuk
berwarna putih, aku mengintip pos satpam dari celah pintu garasi. Aku cuma bisa
melihat wajah pak Yanto yang tertidur. Akupun masuk ke dalam dan mengambil
sebotol air dingin dan dengan pelan aku membuka pintu garasi. Aku berjalan
tanpa menimbulkan suara ke arah pos satpam, tapi betapa kagetnya aku ketika aku
melihat bahwa pak Yanto tidak memakai celana dan semua kancing bajunya terbuka.
Ternyata pak Yanto sedang tertidur, setelah masturbasi. Aku masih bisa melihat
spermanya yang berceceran di lantai masih belom mengering. Bukannya memalingkan
muka, aku malah bengong melihat besarnya batang yg tergantung di antara
kakinya. Bukan suatu hal yang lumrah bagiku melihat penis yang hitam, besar dan
berurat. Jauh lebih besar dari penis suamiku.Tubuhnya yang hitam, perut dan
dadanya yang terlihat keras, kumisnya yang tebal, dan jembutnya yang lebat
membuatku semakin bingung harus berbuat apa. Aku tidak ingin berhenti melihat
pemandangan yang tidak pernah kulihat sebelumnya, tetapi aku aku juga takut
jika tiba tiba pak Yanto terbangun dan memergoki aku tengah melihatnya.
Tetapi, bukannya segera melangkahkan kakiku dan segera
beranjak dari tempat itu, tanganku dengan sendirinya bergerak ke kedua buah
dadaku. Sambil tetap melihat penis di hadapanku, aku mulai menyentuh diriku
sendiri, kumainkan kedua putingku, kuremas remas payudaraku dari luar mantelku.
Akal sehatku menyuruhku kedua tanganku berhenti, tapi rangsangan demi
rangsangan di payudaraku membuat akal sehatku kalah. Kutarik pelan tali yang
mengikat mantelku, kubuka mantelku dan kulemparkan ke teras rumahku. Sekarang
aku telanjang di depan seorang lelaki yang bukan suamiku. Angin malam menerpa
tubuhku membuatku menggigil. Aku berjalan pelan mencoba tidak mengeluarkan
bunyi apapun. Kuamati penis hitam itu dengan seksama. Kepalanya yang hitam, dan
batangnya yang panjang dan besar dan berurat, kedua buah pelir yang berukuran
jumbo dan tergantung bebas, bulu jembutnya yang tebal seolah menunjukkan
kejantanannya. Ketika kulihat ke lantai, banyak sekali ceceran sperma yang
tumpah di sana . Kuberanikan diri
untuk masuk ke dalam pos satpam yang berukuran 1x2 meter itu. Kurasakan bau
sperma yang menyengat. Kulihat tetesan keringat mengalir dari dada pak Yanto.
Dengan pelan, aku berjongkok di hadapannya. Wajahku menjadi sejajar dengan
penisnya. Ketika kulihat dia masih tertidur, aku beranikan diri memegang kepala
penisnya dengan ujung jariku. Ketika jariku menyentuh kepala penisnya, kulihat
mata pak Yanto masih terpejam. Kudekatkan wajahku ke penis itu, kuhirup aroma
sperma yang sangat menyengat. Ingin sekali kukecup pelan penis itu tapi segera
kuurungkan niatku.
Pelan pelan kubuka lebar lebar kedua kakiku dan kugesek
gesekkan telapak tanganku ke klitorisku. Tangan kiriku menyapu puting payudaraku
dari kiri ke kanan. Kunikmati permainan kedua tanganku sambil memejamkan mata.
Kutahan sebisa mungkin untuk tidak mengeluarkan suara rintihan. Baru kali ini
aku bertindak senekat ini. Rasa deg degan yang menyerangku membuatku semakin
bersemangat. Beberapa kali aku harus sedikit membuka mataku untuk melihat ke
wajah satpamku yang masih tertidur. Kubayangkan aku memberi satpamku itu oral
sex yang belom pernah kulakukan kepada suamiku. Beberapa waktu berlalu dan aku
sampai di puncak orgasme ku. Kurasakan nafasku yang memburu, jantungku yang
berdetak sangat kencang serta cairanku yang menetes di tanganku. Meskipun aku
baru orgasme, aku masih sangat terangsang. Hasratku yang belom terpenuhi
membuatku ingin sekali lagi melakukan masturbasi.
Dengan pelan kutinggalkan pos satpam itu, mengambil mantelku
dan segera masuk ke rumah. Kubuka pintu kamar dan kucari dildoku yang berukuran
agak besar sambil melepas mantelku lagi. Kucium dildo itu dan kuarahkan menuju
vaginaku. "Aaahhhh" rasa nikmat mulai menjalari seluruh tubuhku
ketika dildo itu menyentuh kugesek gesekkan ke memekku yang sudah basah.
Kuangkat dildo itu dan kumasukkan ke mulutku, kujilat jilat sambil kubayangkan
penis pak Yanto. Ketika batang dildo itu sudah hampir seluruhnya kulumuri
dengan ludahku, kubimbing dildo itu ke pintu masuk lubang kenikmatanku
sementara kurebahkan tubuhku di atas kasur.
"Ogghhhhhkkkk....... Pak Yanto enak banget kontol
bapak" kataku berfantasi sedang disetubuhi oleh pak Yanto sambil mendorong
masuk seluruh dildo itu.
Kukeluar masukkan dildo itu pelan pelan sambil aku mendesah
dan meracau. Aku mulai tenggelam dengan permainanku sendiri. Kupejamkan kedua
mataku dan setelah beberapa saat, aku mulai berkata kata jorok membayangkan pak
Yanto sedang menyetubuhiku. Aku meracau memohon kepada pak Yanto untuk
menyetubuhi pelacurnya keras keras.
"Iya pak.......Aaahhhhhh saya mau keluar pak!!! Perek
bapak mau keluar..........." Kataku agak keras.
"Enakan yang aslinya Bu" Tiba tiba ada suara dari
depanku ketika aku sudah sangat dekat dengan orgasme.
Betapa kagetnya aku ketika aku membuka mataku dan melihat
pak Yanto sedang merekamku masturbasi dengan handycam.
Pak Yanto
"Bapak, Se-sedang apa di sini??!!! Keluar pak!!! Keluar
sekarang!!!" kataku sambil menutupi kedua payudaraku dengan tangan kananku
dan daerah antara kakiku dengan tangan kiriku karena terkejut dengan
kehadirannya. Tiba tiba aku seperti diserang gelombang listrik yang sangat
dahsyat ketika gelombang orgasme mulai melandaku. Pantatku mengangkat dan kedua
kakiku mulai terbuka kembali. Kepalaku sedikit terdongak ke atas dan mulutku
mendesah tertahan. Kulihat pak Yanto sedang merekam secara bergantian ke arah
wajah dan vaginaku yang sedang tertusuk dildo.
"Enak ya bu masturbasi sambil bayangin saya? Aslinya
lebih enak lagi bu. Dijamin bisa bikin ibu kelojotan!" katanya sambil
memilin putingku membuatku semakin tersentak. Setelah orgasme itu reda, seluruh
tulang dalam tubuhku seolah olah telah patah. Semua persendianku terasa copot
satu persatu. Aku sudah tidak mempunyai tenaga untuk menepis tangan pak Yanto
yang menggantikan posisi dildoku. Dicelupkannya dua jemari tangannya ke dalam
lubangku yang telah basah kuyup. Ketika jari itu ditarik keluar, pak Yanto
memberi komentar tentang jemarinya yang basah oleh lendirku sambil dimain
mainkannya jemari itu di depan handycamnya.
"Pak, to-tolong hapus rekaman itu pak!" kataku
sambil menutupi tubuhku sekenanya.
"Rekaman yang mana bu? Yang tadi ibu masturbasi di pos
atau yang baru saja?" ucapannya membuatku kaget.
"Ba-bapak merekam kejadian di pos?" tanyaku tidak
percaya.
"Iya lah bu, dari pertama saya kerja di sini juga saya
suka ngerekam ibu diam diam, tapi ya hari ini saya lagi beruntung aja bu, bisa
ngerekam ibu lagi masturbasi di pos dan di sini" katanya sambil nyengir.
"Terus se-sekarang ba-bapak maunya apa? Saya bayar pak
buat videonya, berapa yang bapak mau?" kataku bersikap tegar.
"Wah bu, berapapun uang yang ibu bayar ke saya, saya
yakin masih lebih tinggi jika saya tawarkan ke pak Jonny, bener kan
bu?" katanya masih dengan senyum licik.
Satpam kurang ajar, batinku dalam hati. Tapi memang salahku
sendiri berani beraninya bermasturbasi di pos satpam di hadapan pak Yanto.
"Bapak maunya apa? Tolong pak jangan jual video itu ke
suami saya" pintaku.
"Kalo ga boleh dijual trus saya dapat apa?"
tanyanya sambil tersenyum makin lebar.
"Pak tolong pak, saya lakukan apa saja tapi tolong
jangan sampai video itu tersebar pak" pintaku sambil memohon.
"Saya sih mau bu tidak menyebarkan video ini, tapi apa
ibu mau menuruti perintah saya?" tanyanya penuh dengan ancaman.
"Ma- Maksud bapak?" tanyaku tidak mengerti.
"Ya contohnya kalo saya lagi pengen ngentotin ibu, ibu
harus mau saya entotin kapan saja" katanya dengan santai.
"Ta-tapi pak, saya ini istri orang" kataku.
"Ya kan
itu penawaran dari saya bu, kalo ibu ga mau ya kan
ga apa apa. Saya juga tidak memaksa. Saya bisa jual ke orang lain kok bu"
katanya membuatku shock.
"Jangan pak!" sergahku.
"Begini aja bu, kalo ibu masih bingung, saya kasih ibu
waktu 15 menit untuk berpikir. Kalo sudah ibu pikir matang matang, ibu bisa
cari saya di pos saya" katanya sambil mematikan handy cam nya dan berjalan
ke arah pintu.
Ketika pak Yanto sudah tidak terlihat lagi, aku segera
terduduk lemas. Kusadari dildo ku masih menancap dengan tenangnya di dalam
vaginaku. Kucabut dildo itu pelan pelan dan kutaruh di lantai. Apa yang harus
kulakukan? Aku tidak ingin video itu sampai jatuh ke tangan suamiku. Tapi aku
juga tidak mau kalau aku harus melayani nafsu duniawi satpamku. Aku benar benar
dalam masalah besar. Akhirnya setelah kupikir pikir lagi, aku lebih memilih
melayani satpamku daripada suamiku mengetahui kenakalanku.
Kusambar mantelku dan dengan agak tergesa gesa, aku menuruni
anak tangga. Kulihat pintu garasiku masih terbuka. Kutarik nafas dalam dalam
mencoba meyakinkan diri jika ini adalah jalan yang terbaik. Kulangkahkan kakiku
menuju pos satpam yang terletak di ujung rumah. Kulihat pak Yanto tengah
berdiri di ambang pintu pos dan terlihat senang melihatku berjalan ke arahnya.
"Gimana bu? Sudah ibu pikir baik baik?" tanyanya
sambil mengarahkan handy cam itu ke wajahku.
"Sudah pak" kataku sambil menunduk malu.
"Jadi gimana bu? Boleh saya sebarkan video ini?"
tanyanya.
"Jangan pak" sahutku.
"Lha trus gimana?" tanyanya pura pura bego.
"Sa-saya mau nurutin perintah bapak asal suami saya
tidak tau ttg ini pak" kataku sambil menunduk.
"Semua perintah saya?" tanyanya.
"I-iya pak, semua" kataku tetap sambil menunduk.
"Kalo ibu menuruti perintah saya, ibu jadi budak saya
dong? Emang ibu mau jadi budak saya?" tanyanya membuatku kaget setengah
mati.
Budak??? pikirku. Aku jadi budaknya??? pikiran itu terus
berkecamuk di otakku. Ada rasa
jijik ketika mendengarnya mengatakan itu. Tapi ketika aku membayangkan penisnya
yang hitam besar itu, rasa jijik itu perlahan lahan hilang dari pikiranku.
"Gimana bu? Ibu mau jadi budak saya?" tanyanya
lagi.
"Ta-tapi pak, suami saya gimana?" pintaku.
"Ya ga gimana gimana toh bu. Ibu tetap layani saja
suami ibu kayak biasa, tapi kalo suami ibu sedang tidak di rumah, ibu jadi
milik saya. Gimana?" katanya sok diplomatis.
Aku hanya bisa mengangguk tanda setuju mendengar itu.
"Apa bu? Saya ga dengar" sahut pak Yanto.
"Iya pak, saya mau" kataku.
"Ayo bu, sekarang buka mantelnya" perintahnya.
Kubuka satu satunya tali pengikat yang ada di mantelku, pak
Yanto segera membuangnya ke lantai. Kemudian pak Yanto mendekatkan kameranya ke
wajahku. Ketika aku hendak menundukkan wajahku, pak Yanto segera menahannya
daguku dengan tangannya dan mengangkat wajahku. Tanganku secara otomatis
menutupi payudara dan vaginaku.
"Lipstick ibu tebel kayak perek di jalanan"
katanya singkat.
"Lihat toketnya dong bu" perintahnya ketika dia
menyorot kedua payudaraku yang kututupi dengan tanganku.
Dengan pelan kuturunkan tanganku dari payudaraku, tapi Pak
Yanto segera menarik turun tanganku. Kedua payudaraku terpampang dengan bebas.
Pak Yanto merekamnya dari berbagai sudut. Ditaruhnya kedua tanganku ke samping
tubuhku, dan dia berkeliling memutariku sambil merekam setiap senti tubuhku.
"Baru kali ini saya lihat toket segede ini tapi ga
melorot. Ini asli bu?" tanyanya.
"A-Aasli pak" kataku.
"Ooo... Emang beda ya perek rumahan sama perek jalanan.
Bener ga?" pak Yanto bertanya sambil melihat mataku.
Karena aku tidak menjawab, pak Yanto membetot putingku
dengan keras.
"Ahhh Ampun pak" kataku sambil menahan tangan pak
Yanto.
"Oh ga bisu ternyata" sindirnya.
"Ikut saya!" perintahnya.
Segera kulangkahkan kakiku mengikutinya dari belakang. Pak
Yanto yang masih berpakaian lengkap, mengambil mantelku dan berjalan masuk ke
rumahku lewat pintu garasi. Ketika sampai di ruang keluarga, dia segera
melemparkan mantelku ke tanah. Direbahkannya tubuhnya di sofa sambil tangannya
memberi aku kode untuk duduk di karpet di depannya. Kulihat pak Yanto masih tersenyum
senyum penuh kemenangan melihatku duduk bersimpuh di hadapannya.
"Buka celana saya!" perintahnya tegas.
Dengan berat hati, tanganku mulai membuka celana pak Yanto.
Penis hitam itu segera muncul dari balik celananya. Setelah dua kali aku
melihatnya dari jarak dekat, rasa kagum masih tersirat di mataku. Betapa hitam
dan besarnya penis di depanku itu. Kurasakan nafasku mulai memberat ketika
aroma penis itu mulai menusuk hidungku. Bulu kemaluan yang menghiasi pangkal
batangnya seperti hutan hitam yang sangat lebat. Kulihat kedua buah pelirnya
yang besar ditumbuhi bulu bulu membuatku menelan ludah.
"Nunggu apa?" katanya menantang.
Kupegang batang itu dengan tanganku dan kurasakan temperatur
batang itu yang lebih panas dari tanganku. Terlihat jelas kukuku yang selalu
kurawat dengan manicure, kulit tanganku yang putih sangat kontras dengan
batangnya yang hitam. Kukocok perlahan dan kulihat batang itu mulai membesar
secara teratur. Mulutku menganga ketika penis itu sudah membesar melebihi milik
suamiku. Batang itu berdiri dengan keras, sungguh sangat besar. Kulihat di
ujung penis itu ada setitik cairan bening. Kulihat juga ada otot otot yang
menonjol di sekeliling batang penis itu. Ketika kukocok batang itu dengan
tanganku, pak Yanto melepaskan rintihan tertahan. Kucoba memegangnya dengan
kedua tanganku. Setelah kedua tanganku melingkari penis itu, kulihat kepala
penis itu tidak tergenggam olehku. Berbeda dengan milik suamiku yang hanya
butuh satu kepalan tanganku.
Kulihat pak Yanto masih merekam setiap gerakanku. Menikmati
mimik wajahku yang menyiratkan kekaguman. Ku elus pelan batangnya dari atas ke
bawah dengan tanganku, kuraba dan kumainkan kedua pelirnya tanpa disuruh. Penis
itu sungguh membuatku kagum dan aku yakin satpamku tau akan itu. Tanpa kusadari,
aku mulai menggeleng gelengkan kepalaku dan mulai mengocoknya dengan teratur.
"Mulutmu belom pernah dimasuki kontol kan ?"
tanyanya.
"Be-belom Tu-Tuan" kataku gugup.
"Wah mulutnya masih perawan" katanya di dekat
handy cam sembari tertawa.
"Sekarang bilang ke kamera kalo mulut kamu akan segera
diperawani oleh kontol saya" katanya dengan senyum menungging.
Dipermalukan seperti itu membuat bulu tengkukku berdiri.
Sambil tetap kupegang penis itu dengan tanganku, aku menatap ke kamera lekat
lekat.
"Sebentar lagi, mulut saya akan segera diperawani oleh
satpam saya" kataku kepada kamera itu.
"Kurang menantang, kurang lengkap, kurang senyuman dan
kerlingan mata. Ulangi!!!" bentaknya.
"Ba-baik Tuan" jawabku tergugup.
"Sebentar lagi, mulut saya yang belom pernah dimasuki
oleh kontol suami saya akan segera diperawani oleh kontol satpam saya"
kataku dengan tersenyum di bagian akhir dan mengerlingkan mataku. Kurasakan
angin dingin meniup punggung dan tengkukku.
"Cium kepalanya!"
Kuarahkan penis itu ke mulutku dengan tanganku. Kukecup
pelan ujung kepalanya, dan kurasakan lendir yang tadinya berada di ujung penis
itu segera berpindah ke bibirku.
"Keluarin lidahmu dan jilati dari bola naik ke
kepala!"
Kukeluarkan lidahku, dan kudekatkan wajahku ke penis itu. Dengan
jarak sedekat itu, aroma menusuk penis itu segera memenuhi hidungku. Kurasakan
kedua putingku mengeras bersamaan lidahku menyentuh kulit keriput di buah
pelirnya. Kurasakan rasa asin mulai menghinggapi lidahku. Kuangkat kepalaku ke
atas dengan lidahku masih menempel di kulitnya hingga aku sampai ke ujung
kepalanya.
"Salah!!! Perek Goblok!!!" Satu tamparan keras
mendarat di pipiku. Tidak terlalu keras untuk membuatku terjatuh tapi kurasakan
cukup panas di wajahku.
"Keluarkan lidahmu!!!" bentaknya sambil berdiri
dan menjambak rambut belakangku.
Sekarang penis itu berada tepat di depanku. Bergoyang goyang
di depan mataku. Menyebarkan aroma yang menusuk hidungku. Kujulurkan lidahku
keluar dan dengan kasarnya ditariknya kepalaku sehingga buah pelirnya masuk ke
dalam mulutku. Masih dengan lidah yang terjulur, ditekannya kepalaku ke
penisnya dan ditariknya rambutku ke atas, membuat seluruh lidah dan mulutku
merasakan rasa penisnya.
"Kayak gitu!!! Ulangi sendiri!!!" kembali dia
membentakku sambil mengacungkan tangannya yang terbuka.
Kujulurkan lagi lidahku dan kuulangi menjilati buah pelir
itu ke atas sampai ujung kepalanya.
"Pinter!!!" katanya sambil mengelus kepalaku.
Anehnya aku merasa sedikit bangga ketika pak Yanto memujiku.
Kurasakan ludahku yang terasa asin memenuhi mulutku.
"Enak kan
rasa kontol saya?" katanya dengan nada mengancam.
"E-Enak Tuan" kataku kesulitan dengan ludah yang
memenuhi mulutku.
"Telan!" ujarnya pelan namun penuh otoritas.
Gluk! Gluk! Karena ada rasa jijik yang hinggap di hatiku,
aku sedikit kesulitan menelan ludahku sendiri.
"Buka mulutmu!" katanya lagi setelah melihatku
tenggorokanku bergerak gerak.
Kubuka mulutku dan kurasakan jarinya masuk ke dalam mulutku
dan memain mainkan lidahku kututupkan bibirku dengan jarinya masih di mulutku.
"Perek saya ga ada yang meludah!!! Selalu telan!!!
Ngerti?" tanyanya dengan mata melotot.
Dengan jarinya yang masih menyumpal mulutku, aku hanya bisa
menganggukkan kepalaku.
"Pinter" katanya sambil menarik jarinya pelan
pelan dan kembali duduk di sofa.
"Sekarang jilati kontol saya, dan masukkan ke dalam
mulutmu dan sedot sekuat tenaga! Saya ingin kamu pikir pakai otak kamu sendiri
gimana caranya muasin saya dengan mulutmu! Bisa kan ?"
pertanyaan itu kujawab dengan anggukan.
Ketika tanganku meraih penis itu dan mengarahkannya ke
mulutku, pak Yanto segera menepis tanganku dan menaruh kedua tanganku di
belakangku. Aku mengerti apa yang diinginkannya. Kukecup pelan buah pelirnya
satu persatu dan kujilati batang penisnya seakan akan aku sedang menjilati es
krim. Ketika lidahku sampai di ujung penisnya, kukecup kepalanya dan kutekan
kepalaku kebawah. Penis itu segera menyeruak masuk ke dalam mulutku. Kunaik
turunkan kepalaku secara perlahan memberika kenikmatan kepada sang pemilik
batang itu. Kucoba memasukkan seluruh penis itu ke dalam mulutku, tapi aku
hanya bisa memasukkan kurang lebih setengah dari keseluruhan panjangnya. Pak
Yanto terus mendesah nikmat sambil mengarahkan kameranya ke wajahku.
Dihentikannya gerakan kepalaku yang maju mundur dengan
dijambaknya rambutku. Kutatap kedua matanya yang mengisyaratkan sedikit
ketidakpuasan. Ditekannya kepalaku kuat kuat hingga penisnya menekan nekan
tenggorokanku, membuatku serasa ingin muntah. Air liurku segera menetes ke luar
turun ke buah pelir pak Yanto. Kedua tanganku mencoba mendorong tubuhku
menjauh, tetapi pak Yanto semakin kuat menahan kepalaku dan menyodokkan
penisnya lebih keras. Pak Yanto tau aku sudah kesulitan bernafas saat kedua
bola mataku melotot meminta ampun. Ditariknya penis itu dari mulutku dan
kulihat banyak sekali lendir mulutku yang menempel di sekitarnya. Dengan nafas
yang tersenggal senggal, dan rasa penis memenuhi mulutku, rasa mual kembali
menderaku. Kucoba menarik nafas dalam dalam untuk mengurangi rasa mual, tapi
ketika aku menelan liurku, rasa mual kembali menerpaku.
Dijambaknya rambutku dan dimasukkannya pelirnya ke dalam
mulutku. Kemudian ditampar tamparkannya penis itu ke wajahku. Aku merasakan
basah di wajahku yang terkena pukulan itu. "Yang rileks
tenggorokannya" katanya pelan.
Dibimbingnya kepala penis itu masuk ke dalam mulutku dan
dimasukkannya penis itu pelan pelan hingga menyentuh ujung mulutku.
"Rileks, rileks" katanya lagi.
Kucoba untuk tidak melawan dan memejamkan mataku. Segera
kurasakan penis itu menerobos masuk ke tenggorokanku. Membuatku kaget dan
merinding. Hidungku menyentuh perutnya dan bulu jembutnya seakan akan
menggelitik wajahku. Ditariknya penis itu memberiku kesempatan bernafas dan
kemudian ditusukkannya lagi ke dalam mulutku. Hal itu berulang ulang terus
selama beberapa menit.
"Apa ibu tau jika ibu ini mempunyai bakat untuk
memuaskan banyak lelaki? Ibu adalah wanita pertama yang mampu menelan seluruh
kontol saya di hari pertama." katanya dengan penisnya masih tertancap di
tenggorokanku.
Ditariknya penis itu dan dielus elusnya kepalaku.
Dimasukkannya kepala penis itu ke mulutku lagi dan menyuruhku menghisap penis
itu kuat kuat. Ada perasaan aneh
dan menyenangkan ketika kuhisap penis itu sampai kedua pipiku tertarik ke
dalam. Kurasakan vaginaku mulai basah dan berdenyut denyut. Tidak kusangka
sangka, aku mengalami orgasme kecil ketika sedang mengoral penisnya. Aku
melepaskan desahan tertahan, tapi cukup jelas untuk menunjukkan aku sedang
mengalami orgasme. Ditariknya penis itu dari mulutku dan dipukulkannya ke
wajahku yang sedang merem melek.
“Perek!” ujarnya menyindirku sambil mengocok penisnya di
depan wajahku.
Setelah orgasme ku mulai mereda, kuarahkan wajahku dan tanpa
perlu dikomando, aku menjilati buah pelir pak Yanto dan mulai mengulumnya. Kuhisap
kuat kuat secara bergantian kedua bola itu sementara pak Yanto semakin cepat
mengocok penisnya.
“Buka mulutmu lebar-lebar!”ujarnya sambil mengerang.
Kubuka mulutku dan pak Yanto segera memasukkan kepala
penisnya ke dalam mulutku dengan tetap mengocok batangnya lebih cepat. Dengan
sedikit mengerang, aku bisa merasakan tubuh pak Yanto yang sedikit mengejang.
Kurasakan beberapa kali penis pak Yanto menyemprotkan lahar putih kental ke
dalam mulutku. Rasa asin yang mendominasi segera merebak memenuhi setiap tempat
mulutku. Kuatupkan kedua bibirku menutup kepala penisnya yang sedang ejakulasi.
Tak kuduga duga, secara tiba tiba aku diserang gelombang orgasme lagi yang
lebih besar. Aku mengerang dan mengejang secara tertahan.
Ditariknya secara perlahan penis itu sampai terlepas dari
katupan bibirku. Kurasakan sperma itu berkumpul di dalam mulutku. Sangat
kental, asin dan ada rasa gurih.
“Buka mulutmu, awas jangan ada yang tumpah!” katanya sambil
menyorotkan kameranya ke mulutku.
Kubuka mulutku dan kutunjukkan sperma yang bercampur
ludahku. Jari pak Yanto segera masuk ke dalam mulutku dan mengobok obok mulutku
yang terbuka lebar. Kemudian ditariknya jari itu dan dioleskannya lendir yang
menempel di jarinya ke wajahku sampai bersih.
“Telan!”
Tanpa perasaan tertekan kutelan sperma pak Yanto yang terasa
lengket di tenggorokanku sambil menutup mataku. Karena lengket sekali, aku bisa
merasakan sperma itu sudah masuk seluruhnya setelah beberapa kali aku menelan
ludah.
“Peju saya enak kan ?”
katanya sambil tersenyum.
“Enak Tuan” jawabku sambil mengelap mulutku dengan tanganku.
“Terima kasihnya mana?” sindirnya.
“Terima kasih Tuan untuk pejunya” kataku meskipun aku
merinding mendengarnya.
“Bagus, itu baru namanya perek pinter” katanya lagi sambil
mengelus kepalaku.
“Kamu cium suamimu pake mulut itu?” katanya tiba tiba “Mulai
sekarang mulut kami itu punya fungsi lain. Tau fungsinya apa?”
“I-iya Tuan, saya tau” kataku.
“Apa?!?! Perek” bentaknya.
“Mu-mulut saya ini untuk, untuk menghisap kontol” kataku tak
percaya dengan ucapanku.
“Bukan kontol suami kamu kan ?”
tanyanya menghinaku.
“Bukan kontol suami saya Tuan” kataku lagi.
“Bagus!!! Sekarang siap kan
merasakan kontol saya di memekmu?” kembali dia bertanya sambil mengelus pipiku.
Masih belom puaskah orang ini? Tanyaku dalam hati. Kulihat
penisnya masih berdiri tegak setelah menumpahkan lahar yang begitu banyak. Rasa
kagumku semakin bertambah. Ditaruhnya handy cam itu dan kemudian diangkatnya
tubuhku dan ditidurkannya aku di sofa. Dibuka lebar kedua kakiku dan
diposisikannya kepala penis itu di antara kedua kakiku. Dipegangnya batang itu
dan disapukannya kepalanya ke bibir vaginaku membuatku mendesah.
Dengan sekali hentakan, kepala penis itu telah amblas masuk
ke dalam memekku. Kurasakan batang besar itu seperti hendak merobek memekku.
Kugigit bibir bawahku menahan sakit, dan pak Yanto dengan pelan mendesak penis
itu semakin masuk ke liang surgaku.
“Seret!” ujarnya meracau “Beda sama perek di jalanan.
Kontolku serasa dipijat pijat..... Emang bakat jadi perek!”
Hatiku berdesir mendengar aku disamakan dengan penjaja cinta
di pinggir jalan. Terbesit rasa malu tapi aku semakin terangsang mendengar
pelecehan itu.
“Oohh pak, pelan pelan pak, punya bapak besar banget” kataku
memohon.
Tanpa menghiraukanku, pak Yanto segera mendorong seluruh
batang itu hingga tenggelam ke dalam memekku. Mataku mendelik kaget saat rasa
sakit menerjang tubuhku.
“Paaaak ampun, pak!!!” teriakku.
Dicabutnya penis itu sampai terlepas dari vaginaku. Nafasku
mulai tersenggal , tapi belom sempat aku menarik nafas lagi, dengan keras, pak
Yanto segera menghujamkan penisnya ke dalam lubang kenikmatanku lagi.
“Oogghhhhh pak!” kurasakan rasa nikmat bercampur sakit
ketika penis itu menghujam memekku untuk kedua kalinya.
Kejadian itu diulanginya beberapa kali sampai kemaluanku
menjadi sangat sangat basah. Kemudian, ditancapkannya penis itu dalam dalam dan
dibiarkannya di sana .
“Enak kan
kontol satpam atau kontol suami kamu?” tanyanya.
“Enakan kontol bapak” jawabku asal dengan mata terpejam.
“Perek pinter.” Sekali lagi dielusnya kepalaku dan sekali
lagi kurasakan kebanggaan di diriku.
Digoyangnya pelan batang itu membuatku merem melek sambil
mendesah perlahan. Memekku terasa sangat penuh, dan setiap dorongan penis itu
membuat bibir vaginaku ikut terdorong masuk. Hal ini belom pernah terjadi saat
aku melayani suamiku. Tanpa sadar, kedua tanganku bergerak ke kedua putingku
dan memain mainkannya. Kupilin pilin kedua putingku sambil kutarik tarik saat
pak Yanto menusuk nusuk pelan liang senggamaku. Desahanku semakin keras ketika
pak Yanto secara tiba tiba menggenjotku dengan keras.
“Ohh.....Pak..... entot saya pak....... iya pak..... terus
pak entot saya” racauku.
“Memekmu sempit. Jarang dipake ya sama suami?” tanyanya.
“Kon-Kontol bapak besarrrr........” jawabku.
Ditepisnya kedua tanganku dan diraihnya kedua putingku
dengan jemari jemarinya. Dipencetnya putingku keras keras sambil dipilinnya dan
ditarik tarik.
“Oohhh pakk...... Terus pak masukin kontol bapak ke memek
saya pak!!” kataku sambil tanganku menyodorkan kedua payudaraku ke atas seakan
akan mengijinkan pak Yanto berbuat apapun terhadap keduanya.
Ketika aku sudah berada di ujung kenikmatan sekali lagi,
tanganku membuka kakiku lebih lebar dan menahannya terbuka. Tapi pak Yanto yang
melihatnya malah hanya tersenyum lebar dan menghentikan tusukannya. Aku yang
sudah gelap mata segera memaju mundurkan pinggulku mencari sela sela
kenikmatan.
“Katanya tadi ga mau selingkuh?” pertanyaan nya mengejekku
“Udah ke enakan malah goyang sendiri”
“Kontol bapak enak” kataku. Meskipun diejek seperti itu, aku
tidak menghentikan gerakan memaju mundurkan pinggulku. Aku benar benar sudah
gelap mata.
“Dasar lu perek murahan!!!” umpatnya.
“Iya pak...... Ooohhhhhh.......... Saya perek murahan......
Saya pelacur...... Entot memek saya sekarang pak” kataku sudah tidak bisa
menahan nafsu.
Ditancapkannya penis itu dalam dalam yang langsung membuatku
seperti di awang awang. Kurasakan dinding vaginaku berdenyut denyut memijat
penis itu dan cairanku keluar seperti banjir bandang. Dihisapnya puting kananku
kuat kuat yang kusambut dengan memeluk kepalanya dan menekannya ke payudaraku.
Dihisapnya secara gantian kedua putingku membuatku semakin larut ke dalam
orgasmeku.
Ketika orgasmeku mereda, dicabutnya penis itu dan diarahkannya
ke mulutku. Kulihat banyak sekali lendirku yang menempel di penis itu
membuatnya terlihat berkilau diterpa sinar lampu. Tanpa disuruh oleh pak Yanto,
kubuka mulutku dan kuhisap batang yang telah memberiku kenikmatan dan tanpa
ragu ragu kusapukan lidahku ke penis itu seakan akan hendak membersihkannya.
Pak Yanto mengelus elus lagi kepalaku. Sekali lagi aku merasa sangat bangga,
aku tidak mengerti mengapa aku sangat menyukainya jika pak Yanto memujiku.
Dibaliknya tubuhku dan dibukanya kakiku lebar lebar. Bagian
atas tubuhku diletakkan di sandaran kursi. Kurasakan penis pak Yanto sudah siap
di depan lubang surga ku. Dengan satu hentakan keras, penis itu segera
menerobos memekku yang masih basah. Nikmat sekali rasanya ketika ujung penisnya
terasa menyentuh rahimku.
“Ohh..... Mantap nih memek” ujarnya pelan.
Dihujam hujamkannya penis itu dengan kasar seolah olah
sedang meluapkan amarahnya kepadaku. Aku menikmati setiap hujaman penis itu.
Ditariknya segenggam rambutku dengan kasar sambil ditusukkannya penis itu dalam
dalam di memekku. Aku mengerang penuh dengan kenikmatan sambil mendorong
pantatku ke arah pak Yanto. Dilepaskannya jambakan rambutku dan tiba tiba pak
Yanto menampar kedua pantatku dengan keras secara bergantian. Kurasakan
pantatku memanas akibat tamparan tamparannya. Namun itu membuat libidoku
semakin meningi. Kulepaskan jeritan manja setiap kali telapak tangannya
mendarat di pantatku.
Setelah puas menampar pantatku, dijambaknya rambutku ke
belakang dengan keras sampai tubuhku terangkat dari kursi sementara penisnya
masih terbenam di memekku. Kedua tanganku memegang kedua payudaraku dan memain
mainkan putingku. Aku benar benar sudah berubah menjadi perempuan binal. Aku
sudah tidak perduli lagi dengan apa yang akan kuperbuat. Penis hitam pak Yanto
yang perkasa sudah mengubah hidupku. Aku tau aku akan melakukan apa saja untuk
mendapatkan kepuasan ini.
Mulut pak Yanto mendekat ke telingaku, dijilatinya daerah
belakang telingaku dan diciuminya leherku. Aku semakin menjadi, kuturunkan
tangan kananku dan kumainkan clitorisku. Mulutku menganga lebar.
“Mau kan
melayani bapak kapan saja bapak mau?”bisiknya di telingaku.
“Mau pak...... Entot saya kapan pun bapak mau” kataku
setengah berteriak.
Tanpa kata kata, ditariknya penis itu dan dihujam hujamkannya
lagi ke liang senggamaku. Semakin lama semakin cepat, semakin kasar. Kursiku
bergoyang goyang menandakan tidak kuat menahan beban tubuh kami berdua. Tiba
tiba dengan kasarnya diremasnya kedua payudaraku dan kurasakan sperma pak Yanto
yang terasa hangat menyembur dengan derasnya di dalam vaginaku. Ketika semburan
itu belom berhenti, dinding vaginaku berdenyut dengan kencang menandakan aku
kembali dilanda orgasme untuk yang kesekian kali pada malam hari ini.
“Ohhhhhhh......hohhhhhh......... DASAR PEREK” teriaknya
kencang sambil meremas payudaraku dengan keras.
“IYA PAK!!! SAYA PEREK!!! KONTOL BAPAK ENAK!!!!” balasku
tidak mau kalah.
Tubuh kami mengejang bersamaan. Kurasakan keringatku sudah
mengalir seperti sungai sedangkan tubuh pak Yanto yang juga bermandikan peluh
bergetar merasakan orgasme nya. Dilepaskannya jambakan rambutku membuat tubuhku
langsung rebah ke sandaran kursi. Kurasakan tubuhku sudah sangat lemas dan
nafasku memburu. Kurasakan pak Yanto menarik lepas penisnya dari vaginaku dan berjalan
memutar menghampiri kepalaku. Disodorkannya penis itu ke wajahku, dan tanpa
disuruh lagi, segera kubuka mulutku dan kunikmati mengulum penis itu.
Kubersihkan penis itu dari lendir lendir yang menempel. Kujilati setiap centi
penis itu dan tidak lupa kukecup kepala penis itu sebagai ucapan terima
kasihku. Pak Yanto yang melihat itu pun tersenyum kegirangan. Ditepuk
tepukannya telapak tangannya ke kepalaku dan dielusnya kepalaku”
“Ga nyesal kan
jadi budak bapak” tanyanya ketika aku mengecup penisnya.
Aku hanya menggelengkan kepala dengan lemas. Tak kusangka,
libidoku terpuaskan oleh penis satpamku. Kurasakan ada cairan mulai mengalir
turun ke paha dalamku. Dengan perasaan malas, aku segera bangkit dan berjalan
menuju kamar mandi yang segera diikuti oleh pak Yanto. Di dalam kamar mandi,
aku segera berjongkok di toilet dan kulihat sperma itu menetes turun.
Kutengadahkan kepalaku dan kulihat pak Yanto yang tersenyum kepadaku. Kubalas
senyuman itu dan kuangkat tubuhku berdiri di samping pak Yanto. Digandengnya
tanganku menuju ke shower yang segera kunyalakan. Layaknya seorang istri, aku
segera membantu pak Yanto untuk mandi. Seperti seorang pelacur, kutuangkan
sabun ke dadaku dan kemudian kugerakkan payudaraku ke seluruh tubuh pak Yanto.
Kusabuni dadanya yang tegap dan terus turun ke kemaluannya yang menggantung.
Kuhimpit penis itu dengan payudaraku dan mengurutnya pelan, dan tidak lupa
kuberi perhatian ke kedua buah pelirnya yang menggantung dengan bebas dengan
tanganku. Payudaraku kugerakkan turun ke arah kedua pahanya. Akhirnya aku
berjongkok di hadapannya dan kugerakkan payudaraku naik turun untuk memberikan
sabun ke kedua kakinya. Tidak lupa kuberi perhatian kepada punggung dan
tangannya. Aku heran dengan tingkahku sendiri, aku bahkan tanpa rasa jijik memasukkan
tanganku ke antara pantatnya untuk membersihkan tempat itu. Dipilinnya kedua
puting payudaraku setelah badan kami penuh dengan busa. Aku hanya tersenyum
ketika pak Yanto melakukan itu. Ditariknya tubuhku ke bawah pancuran air dan
segera membasuh tubuh kami.
Setelah seluruh busa pada tubuh kami hilang, kuputar kran
air ke posisi off. Kuambil handuk yang biasanya kupakai, dan kukeringkan tubuh
pak Yanto dulu dan kemudian tubuhku. Dituntunnya aku keluar kamar mandi setelah
kuletakkan handuk kembali ke tempatnya. Pak Yanto melemparkan pakaiannya ke
arahku dan kemudian duduk di sofa. Kupakaikan baju pak Yanto, dan sebelom aku
sempat memakaikan celananya, telepon rumahku berbunyi.
“Kringggg” pak Yanto segera menyuruhku mengangkat telpon itu
yang dengan langsung kurespon.
“Halo” kataku.
“Halo, belom tidur say” tanya suamiku.
“Oh, belom ko” kataku senormal mungkin.
“Ya udah jangan tidur malem malem, apalagi tiap pagi kamu
jogging. Kecapekan malah sakit” ujarnya penuh perhatian.
“Oh iya ko, kapan pulang?” tanyaku dengan perasaan bersalah.
“Paling cepat sih 1 minggu kayaknya” ujarnya lagi.
“Kok lama?” kataku sudah tidak bisa konsentrasi karena air
mataku mulai merembes ke pipiku.
“Iya nih banyak kerjaannya. Rumah gimana? Aman kan
dijaga pak Yanto?” pertanyaanya membuat nafasku sesak.
“A-Aman kok ko” kataku singkat.
“Kalo butuh apa aja, minta bantuan pak Yanto aja, ga perlu
malu” katanya membuatku seperti tertohok.
“Iya ko” kurasakan air mataku masih mengalir di kedua
pipiku.
“Ya udah, cepet tidur, biar ga sakit” katanya penuh
perhatian.
“Iya ko, Koko juga hati hati di sana ”
kataku lagi.
“Bye” katanya sambil mengakhiri percakapan.
Kututup gagang telpon itu dan aku langsung menangis
sesenggukan dan perasaan bersalah menghantuiku. Aku memandang pak Yanto yang
berjalan mendekat kepadaku. Penisnya yang masih lunglai itu bergerak ke kanan
dan ke kiri. Diusapnya air mataku yang menetes di kedua pipiku dan aku hanya
diam saja.
“Sudahlah bu, ga usah ngerasa bersalah” katanya membela diri
“Saya yakin pak Jonny juga pasti main cewek di luaran.”
“Maksud bapak suami saya selingkuh?” tanyaku tidak percaya.
“Ya namanya juga lelaki bu” ucapnya enteng.
“Tidak mungkin pak. Suami saya tidak mungkin selingkuh”
kataku berapi api.
“Kalo sampai suami ibu selingkuh di belakang ibu gimana?”
tantangnya.
“Bapak jangan menuduh suami saya sembarangan ya!!” ucapku
sambil marah.
“Apa ibu menuduh saya berbohong?” tanyanya dengan nada
mengancam “Jika saya bisa buktikan pak Jonny selingkuh di belakang ibu, ibu
bisa kasih saya apa?”
“Tidak mungkin pak” kataku masih bertahan.
“Apa ibu marah jika suami ibu selingkuh?”
“Iya pak tapi suami saya tidak akan selingkuh” kataku masih
ngeyel.
“Tidak mungkin ya bu?” tanyanya sambil mendengus.
Diambilnya handy camnya dan dipencet pencetnya beberapa
tombol. Kemudian dengan senyum menungging, pak Yanto menunjukkan foto suamiku
sedang menggandeng seorang wanita pribumi dengan dandanan menor berjalan masuk
ke sebuah hotel. Bukan cuma satu foto, melainkan ada banyak sekali foto itu
dengan beberapa wanita berbeda. Bahkan aku melihat ada seorang wanita yang
sedikit lebih tua dariku yang terfoto paling banyak dengan baju berbeda.
Sungguh kenyataan yang sangat pahit.
“Ini yang ketauan sama saya bu di dalam kota .
Kalo di luar kota ya saya ga tau lagi”
katanya.
Aku masih sulit mencerna kenyataan ini. Aku selalu merasa
suamiku orang yang sangat setia kepadaku. Tapi aku tidak menyangka sudah begitu
banyak wanita yang ditidurinya. Amarahku mencapai ubun ubun. Ingin sekali aku
memukulnya ketika dia pulang, tapi aku lebih ingin membalasnya. Hatiku benar
benar sakit dikhianatinya.
“Pak, tolong rekam saya” kataku kepada pak Yanto yang
sedikit kebingungan dengan maksudku.
Dinyalakannya handy cam itu dan disorotnya ke wajahku.
Kuingat ingat lagi tentang perselingkuhan suamiku dengan begitu banyak wanita
membuat aku semakin berani.
“Halo, saya Diane Wong. Suami saya, Jonny, tidak bisa
memuaskan birahi sex saya karena kontolnya terlalu kecil. Jadi saya minta
tolong kepada satpam saya yang mempunyai kontol jauh lebih besar dari miliknya.
Enak sekali kontolnya. Jauh lebih enak dari kontol suami saya. Saya merekam
video ini hanya untuk bukti bahwa mulai hari ini, saya akan menjadi budak
satpam saya, pak Yanto, tanpa paksaan dari siapapun. Saya akan menuruti semua
perintahnya, dan akan selalu memberinya prioritas lebih dulu dari suami saya.
Saya akan memberikan tubuh saya untuk memberikan kepuasan kepada majikan saya.
Saya menyerahkan seluruhnya tubuh ini untuk digunakan pemilik saya sebagai
apapun yang dianggapnya benar. Dan saya akan dengan senang hati belajar untuk
menjadi seorang budak yang baik.” Aku mengucapkan itu dengan senyuman nakal dan
kerlingan mata. Tidak ketinggalan kumainkan lidahku ke kiri dan ke kanan untuk
memberikan suatu kesan nakal. Tidak lupa di akhir video, kuperlihatkan aku
sedang mengecup kepala penis pak Yanto dan mengucapkan terima kasih atas
kenikmatan yang diberikannya.
“Bagus banget!!!” kata pak Yanto sambil mengacungkan jempol.
“Sudah siap menjadi budak saya?” tanyanya.
“Sudah Tuan” kataku sambil tersenyum.
“Ayo naik ke kamar ibu dan saya akan memilihkan baju yang
cocok buat makan malam kita bu” katanya sambil tersenyum mesum.
“Baik Tuan” kataku sambil tersenyum manis dan tanpa malu
malu menggandeng tangannya dan menariknya menaiki tangga menuju kamar tidurku.
Author : Diane
No comments:
Post a Comment