Tag : Cerita Swinger , Cewek Bispak , Cerita Dewasa , Cantik
, Cewek , Sex , Panas , Tukar Pasangan ,
Perek ,
Kekuatan cinta memang susah untuk dimengerti. Hanya karena
cinta, manusia mampu melakukan segalanya. Dan begitupun denganku. Namaku Surya,
seorang suami yang beberapa kali melakukan kesalahan kepada istriku dalam hal
cinta. Aku telah selingkuh dengan beberapa orang wanita. Dan semua itu
kulakukan hanya berdasarkan emosi sesaat. Namun, semenjak aku sadar akan betapa
pentingnya sosok yang telah mendampingiku selama ini, pada akhirnya aku sadar
jika aku sangat ketakutan untuk
kehilangan istriku.Dia wanita pertama yang telah menerima cintaku, dia
wanita pertama yang selalu mensupport diriku, dan dia wanita pertama yang telah
mengenalkanku pada seks, sebuah kenikmatan dunia. Dan semenjak perselingkuhan
itu, aku baru sadar jika aku tak bisa hidup tanpa cintanya. Hingga pada
akhirnya, Sarah, wanitaku satu-satunya, membalas semua kelakuan kotorku.
***
Sekitar sebulan lalu, Markus, selingkuhan Sarah, istriku,
pindah tinggal di rumah kami. Dia baru saja kehilangan pekerjaannya dan sama
sekali tak memiliki uang sedikitpun. Pada awalnya, aku mengenal Markus hanyalah
sebatas teman. Teman yang selalu ada ketika istriku aku tinggalkan untuk
selingkuh. Teman yang selalu siap membantu istriku ketika jauh dariku. Teman
yang pada akhirnya menggantikan posisiku ketika istriku membutuhkan kehangatan
seorang lelaki. Aku tak bisa marah, aku pun tak boleh dendam. Aku hanya bisa
mencoba untuk mengerti istriku ketika selama ini, dia aku selingkuhi. Namun
bedanya, semenjak Markus pindah ke dalam rumahku, dengan terang-terangan,
istriku menyatakan padaku tentang
‘perselingkuhan satu-satunya’ dengan Markus. Termasuk tentang
persetubuhannya yang sering mereka lakukan semenjak aku selingkuh dengan banyak
wanita lain.
“Jadi
sekarang kita impas donk mas… mas selingkuh dengan beberapa wanita, sedangkan
adek hanya selingkuh dengan mas Markus…” kata istriku ketika kami berdebat
tentang perselingkuhan dirinya.
“Iya sih…
tapi khan bukan berarti, kamu yang hanya berselingkuh dengan Markus bisa dengan
seenaknya bersetubuh di depan mataku…” balasku dengan nada yang tak mau kalah.
“Ya itu
resikomu mas… Adek udah minta mas buat ninggalin adek, tapi mas sendiri yang
bersikukuh untuk tetap bersama…”
Entah apa yang bisa aku lakukan untuk mengembalikan keutuhan
rumah tangga kami, yang walau sebenarnya, rumah tangga kami masih utuh. Kami
masih bersama, istriku juga masih melayani semua kebutuhanku, masih mencintai
dan menyayangiku seperti sedia kala. Bedanya, di bawah atap tempat tinggal kami
sekarang, ketambahan sosok lelaki lain yang siap kapan saja memenuhi kebutuhan
biologis istriku. Tentu saja, ketika mereka melakukan adegan percintaan itu,
aku, untuk sementara waktu dipindahkan ke kamar tidur tamu. Entah apa yang
membuat Sarah tergila-gila pada selingkuhannya itu. Bagiku, Markus sama sekali
tak menarik, tak cakep, tak gagah, tak berpenghasilan, dan tak bermasa depan.
Bukannya mau menyombongkan diri, tapi semua aspek positif dari seorang pria tak
satupun ada dari diri Markus. Satu-satunya yang membuatku iri akan diri Markus
adalah, ia memiliki ukuran penis yang lebih besar dari milikku. Bahkan jauh
lebih besar. Jika bibandingkan, pentungan nikmat milik Markus, hampir dua kali
lipatnya dari milikku. Dan karena daging lebih itu, istriku mampu terpuaskan
olehnya bahkan amat sangat terpuaskan. Markus mampu membuat istriku berubah.
Istri yang dulu berucap sopan, sekarang menjadi sering melenguh dan mengembik
bak pelacur murahan. Istri yang dulu
berkelakuan santun, sekarang mirip pelacur dengan vagina yang meronta-ronta
kegatelan. Istri yang dulu tak mau melakukan hal aneh, sekarang menjadi pelacur
haus sodokan kasar yang siap bercinta dengannya kapan saja dan dimana saja.
***
Minggu kemaren, kedua orang tua Sarah meminta kami
berkunjung ke kediamannya. Mereka kangen akan putri kesayangannya yang sudah
lama tak berkunjung. Mungkin kunjungan terakhir kami adalah ketika lebaran
beberapa tahun kemaren.
“Sarah mau
banget mah, cuman saat ini di rumah Sarah ada seorang teman special yang sedang
berkunjung…” ujar Sarah menjelaskan tentang keadaan yang sedang terjadi di
rumah kami
“Serius mah?”
tanya Sarah dengan nada girang.
“Okelah kalo
begitu, Sarah bakal datang weekend besok…”
Dari percakapnnya, aku bisa mengetahui, jika acara
berkunjung ke rumah orang tua Sarah besok, bakal ada kejutan buatku.
“Sayang…
Besok kita kerumah Mama ya… Sarah kangen banget… Udah lama banget khan kita
nggak maen kesana…” pinta istriku sambil tersenyum bahagia.
“Lalu, si
Markus gimana? Ditinggalin di sini aja ya….?” Tanyaku
“Nggak donk…
Sarah mau kenalin mas Markus ke Mama Papa…”
“Apa…?”
“Kenapa…?
Kamu ga mau…? Kamu ga suka…?” Tanya Sarah dengan nada yang mulai sedikit sewot.
“Kalo kamu nggak mau juga gapapa… Sarah masih bisa kesana kok bareng mas
Markus…”
“Enggak…
Gapapa kok sayang…” pasrahku.
“Makasih
ganteng….” ujar istriku manja sambil mengecup keningku.
***
Rumah orang tua Sarah berjarak sekitar 6 jam perjalanan,
sehingga guna menghindari kemacetan, kami berangkat dari semenjak subuh.
Seperti biasa, semenjak keberadaan Markus di kehidupan kami, akulah yang selalu
menjadi supir. Duduk sendirian di kursi depan, dibelakang roda kemudi.
Sementara Sarah dan Markus, selingkuhannya, selalu memilih untuk duduk di kursi
tengah. Selama perjalanan ke rumah orang tua Sarah, aku hanyalah seperti patung
yang tak mereka gubris sama sekali. Hanya menyetir dan konsentrasi ke jalan,
sementara istriku dan Markus saling memainkan nafsu birahi mereka dengan
leluasa. Sarah, dengan atasan tanktop tanpa bra dan rok mini tanpa celana
dalam, selalu dapat diakses oleh Markus dengan segala cara. Entah kenapa,
Markus selalu duduk di sebelah kiri istriku. Mungkin dengan tangan kanannya,
dia dapat dengan mudah mengobel vagina Sarah, menghisap putting Sarah, dan memuaskan
birahi Sarah dengan lebih leluasa. Sedangkan Sarah yang ada di samping
kanannya, selalu dengan mudah melakukan segala permintaan Markus untuk juga
mengoral dirinya.
“Uuughh
…sedot terus Mas!” kudengar desis birahi istriku di belakang dan aku berusaha
melihat kaca spion
Kulihat pria jahanam itu dengan liarnya mencumbui payudara
istriku yang sudah terbuka resleting gaunnya. Dilumatnya habis-habisan payudara
montok Sarah sementara tangannya sibuk mengobok-obok vagina Sarah yang telah
duduk mekangkang dan melepaskan celana dalamnya.
“Eeemmhhh...enak
banget sih!” kudengar rintihan Sarah memanaskan telingaku
“Enaknya
minum susu...eeemmm” kudengar Markus mendesah dan sreep sreep...mulutnya
mengisap dan mengempot payudara Sarah.
Kocokan jari Markus pada vagina Sarah juga makin ganas,
terdengar dari suara kecipak yang menandakan Sarah sudah sangat basah karena
terangsang berat. Mereka bahkan meneruskan aktifitas mesum mereka ketika
berhenti di palang kereta api menunggu kereta yang lewat. Padahal saat itu ada
truk besar di sebelah mobil kami dan si sopir melihat dengan jelas ke jok
belakang, ia bahkan memanggil kernetnya ikutan melihat.
Aku hanya diam saja
pura-pura tidak tahu membiarkan istriku menjadi tontonan mereka seperti orang
bego. Begitu portal terbuka, aku segera tancap gas secepat mungkin menghindari
truk itu.
“Dek, ada
yang liatin tuh!” aku memperingatkan mereka tanpa menoleh ke belakang.
“So what gitu
loh?” jawab Sarah asal sambil terus menggeliatkan tubuhnya.
Okelah, mungkin saat ini, aku bisa membiarkan mereka
berpuas-puas diri untuk saling menyetubuhi di dalam mobil, karena ketika kami
sudah tiba di rumah orang tua Sarah, keadaan bakal kembali normal seperti
biasanya. Namun ternyata, aku salah.
“Mamaaaa….”
teriak Sarah sambil berlari menghambur keluar mobil.
“Tumben kamu
lama sekali nyampenya sayang…?” Tanya Mama Sarah sambil menciumi pipi putri
kesayangannya “Biasanya, siang udah sampe… “
“Iya, tadi
kami sekalian jalan-jalan, terlebih di jalan macet banget mah, maklumlah
weekend…” bohong Sarah.
Padahal cerita sebenarnya, kami sama sekali tak jalan-jalan
ataupun terkena kemacetan, kami lama hanya karena Sarah beberapa kali memintaku
untuk menghentikan mobil guna membiarkan mereka bercinta di dalam mobil. Dan
satu hal aneh yang selalu Markus minta pada Sarah dan aku. Dia selalu
menyuruhku untuk segera menyetubuhi istriku setiap kali ia selesai membuang
seluruh sperma panasnya di dalam vagina Sarah.
“Mas Surya…
sekarang giliran mas buat ngentotin bini mas… “ ujarnya tenang “Biar kita
sama-sama senang mas…” ujarnya dengan nada kemenangan.
“…..” aku
yang tak mampu berkata apa-apa, hanya bisa mengangguk pelan .
“Tapi ingat
mas… jangan sekali-kali mas make lubang bo’ol istri mas…. Karena lubang itu
hanya buatku saja… hehe hehe…” tambah lelaki bajingan itu lagi sambil tertawa
ngejek.
Mendengar permintaan Markus itu, aku yang sudah terlanjur
horny berat, mau tak mau pun pada akhirnya menyetubuhi istriku tercinta. Walau
di tiap persetubuhan itu, aku tahu jika Sarah sama sekali tak menikmati sodokan
batang penis kecilku.
“Bagaimana
Sarah bisa merasakan enak… jika setiap kali aku menyetubuhi lubang
kenikmatannya, lubang itu terasa begitu los… sangat longgar…“ batinku “aku
hampir sama sekali tak merasakan gesekan nikmat pada dinding vaginanya sama
sekali…”
Jelas saja vagina istriku itu menjadi longgar, jika pada
percintaan sebelumnya, vagina itu telah disesaki oleh batang lelaki yang
sebesar air mineral kemasan.
“Jangan
pernah nyoba buat masukin kontol kecilmu dalam bo’olku mas… bo’ol itu cuman
buat mas Markus…” ucap Sarah mengingatkanku setiap kali aku mencoba untuk
menyentuh lubang anusnya.
Sekilas, aku sebenarnya ingin membunuh mereka berdua,
membelah vagina istriku dan memotong penis panjang Markus dengan pisau dapur.
Tapi aku sama sekali tak ada keberanian untuk melakukan hal itu. Yang bisa
kulakukan hanyalah menerima segala perlakuan mereka padaku. Padahal, aku ingin
sekali untuk dapat mencoba merasakan kenikmatan lubang anus istriku. Tapi
sudahlah, rasa untuk ingin merasakan ANAL SEKS dengan istriku sendiri hanyalah
mimpi, toh diberi vagina istriku yang sudah longgar ini saja aku sudah bahagia.
Dan, walau sama sekali tak merasakan kenikmatan
lagi pada vagina Sarah, setelah beberapa menit menggoyang-goyangkan
pinggulku, pada akhirnya aku juga ikut membuang sperma panasku pada vaginanya.
***
“Yaudah kalo
gitu… yuk Mama udah siapin menu kegemaranmu sayang…. Spageti saos tiram…” ajak
Mama Sarah pada kami bertiga.
“Ini pasti
nak Markus, teman yang sering diceritakan oleh Sarah…”
“Iya mah… ini
teman dekat Sarah yang paling Sarah sayangi…. “
Begitu kami masuk ke ruang makan, makanan telah tersaji
dengan meriah. Meja persegi panjang super besar dengan taplak yang menjuntai
hingga lantai. Mama Papa Sarah duduk bersampingan di sisi paling ujung dari
meja makan. Sarah dan Markus duduk di sisi sebelah kanan mereka, sedangkan aku,
duduk menyendiri di sisi sebelah kiri, tepat di seberang tempat duduk Sarah.
Sepanjang waktu makan malam, Sarah hanya membicarakan tentang kehebatan Markus.
Dan seolah memiliki mantra super ajaib, kedua orang tua Sarah pun sepertinya
ikut-ikutan terlena akan segala cerita Sarah tentang Markus. Mereka menanyakan
segala hal tentang Markus, dan sama sekali melupakan akan kehadiranku. Markus,
yang sedang berada di atas angin, hanya bisa tersenyum-senyum sambil beberapa
kali melirik ke arah Sarah yang ada di sampingnya. Dari pandangan mata mereka
berdua, aku tahu jika saat ini, mereka sedang melakukan sesuatu hal mesum. Dan
benar saja, tangan kanan Markus tak berada di atas meja. Seperti di film-film
komedi, aku lalu berpura-pura secara tak sengaja, menjatuhkan lap makan ke
lantai, dengan tujuan untuk mengetahui apa yang sedang Markus lakukan dengan
tangan kanannya. Anjrit. Walau sedang ngobrol dengan kedua orang tua mertuaku,
sempat-sempatnya Markus mengobel vagina istriku tengan jari tangannya. Dan dari
pandangan mataku sendiri, aku dapat melihat jika istriku juga menikmatinya.
Karena, vagina kesayanganku itu terlihat begitu basah akan lendir-lendir
kenikmatannya. Lalu, tak kalah serunya, tangan kiri Sarah pun melakukan hal
yang serupa. Ia mengocok batang panjang Markus yang telah menjulang keluar dari
resleting celana pendeknya. Penis itu terlihat begitu mudah untuk dikocok
karena saking panjangnya. Mereka terlihat begitu tenang, seolah di sekitar mereka
tak ada orang yang melihat. Terlebih ketika kedua orang tua Sarah sedang
mengambil makanan atau ketika sedang lengah, tangan kiri Sarah terlihat begitu
aktif mengocok batang panjang Markus dengan brutal. Pantas saja dari tadi, muka
Sarah bersemu merah dan beberapa kali ia
menggigit bibir bawahnya. Ternyata
mereka sedang memacu birahi. Aku tak dapat mempercayai mata kepalaku sendiri,
Sarah dan Markus saling mendaki kepuasan di hadapan kami bertiga. Dan hebatnya
lagi, akting istriku dan selingkuhannya itu sama sekali tak menunjukkan sesuatu
hal yang mecurigakan. Hingga untuk yang kesekian kalinya, ketika orang tua
Sarah mengambil hidangan penutup di dapur. Sarah secepat kilat menundukkan
kepalanya ke arah selangkangan Markus dan memberinya seks oral dengan ganas.
Tak perlu waktu lama bagi Sarah untuk dapat membuat batang panjang Markus
memuncratkan sperma didalam mulutnya. Karena begitu seks oral itu selesai,
Sarah langsung menghisap semua sperma Markus, menegakkan tubuhnya kembali
seolah tak terjadi hal apa-apa. Bahkan ketika orang tua sarah sudah kembali
duduk di kursi meja makan, beberapa kali Sarah (dengan sengaja) meneteskan
sperma Markus yang ada di dalam mulut ke arah dagunya dan memperlihatkan padaku
ketika ia menelan habis cairan kental berwarna putih itu.
“Ini gila,
mereka benar-benar sudah gila!” batinku.
***
“Mah… Sarah
ngantuk… Sarah tinggal bubu duluan ya…” ujar Sarah mengakhiri acara makan malam
kami.
“Iya… Mama
juga udah ngantuk… tinggalin aja piring kotornya disini… ntar biarin si mbok yang
ngebersihin ini semua… kalian langsung tidur aja…” balas Mama Sarah menutup
acara makan malam itu.
Kami segera masuk ke kamar masing-masing. Seperti biasa, aku
dan Sarah, tidur di kamar lama milik Sarah. Dan Markus tidur di kamar tamu.
Malam ini, Sarah menggunakan baju tidur super transparan berwarna biru muda
yang memperlihatkan segala lekuk tubuhnya. Berulang kali ia berkaca di depan
kaca meja rias, dan menyisir rambut hitam panjangnya.
“Kamu cantik
dek…” pujiku sambil ku kecup punggung tubuhnya.
“Makasih ya
mas …” balas Sarah sambil tersenyum ke arahku.
“Tubuhmu
bener-bener membuatku horny sayang… betapa beruntungnya aku bisa menikahimu… “
“Ahh.. kamu
bisa aja mas… pasti kamu mau minta jatah ya…?”
“Hehe..
hehe…”
“Ntar ya…
abis adek maen ama kontol gedhe punya mas Markus dulu…” jawabnya genit.
“Tapi khan
kamu baru aja nyepongin dia dek…”
“Ya gapapa
khan?”
“Beri aku
sedikit aja kesempatan buat ngerasain jepitan memek kamu duluan dek…” ibaku
pada Sarah “Biarin aja Markus sebentar buat mengistirahatkan tititnya dulu…”
“Hahaha….”
mendadak istriku tertawa geli.
“Kontol
Markus ga seperti kontolmu mas…”
“……”
“Walau
kontolnya baru aja ngeluarin pejuh di mulut adeh… Kontol itu masih bisa bangun,
nyodok, dan muasin adek, tak peduli berapa kalipun kontol itu ngeluarin
pejuhnya …”
“…..”
Mendengar perkataan vulgarnya, aku tak mampu menjawab sepatah katapun. Aku hanya
bisa duduk di tepi tempat tidur dan melihat istri tercintaku berias cantik
mungkin guna memuaskan selingkuhannya ketika mereka bersetubuh beberapa saat lagi.
“Mas… bisa
tolongin adek?” pinta istriku dengan manja, setelah ia selesai berias diri.
“Minta tolong
apa dek?” tanyaku dengan nada datar.
“Minta
panggilin mas Markus kesini… adek udah siap untuk ngentot dengannya” balas
istriku dengan senyum manjanya. “memek adek udah gatal… pengen disiram pejuh
panasnya…” tambahnya lagi
Dengan perasaan dongkol, dendam dan marah, akhirnya, aku
keluar dari kamar Sarah dan menuju ke kamar tamu. Kupanggil nama selingkuhan
istriku dan kuketuk pintu kamarnya perlahan.
“Ada apa
mas…?” tanya Markus sambil membuka pintu.
Lagi-lagi, ketika Markus membuka pintu kamar tidurnya, aku
melihat hal yang paling membuatku iri padanya. Markus dan batang panjangnya.
Seolah dengan sengaja, ia membuka pintu kamar tidurnya dengan tak mengenakan
selembar pakaianpun. Sehingga siapapun yang berada di hadapannya, bakal melihat
ketelanjangan dan batang panjang yang menggelantung di antara selangkangannya.
“Dipanggil
istriku tuh…” jawabku ketus.
Dengan langkah santai, dan nekad, Markus yang masih dalam
kondisi bugil, langsung bergegas ke kamar tidur Sarah. Dan aku? Menggantikan
posisi Markus, tidur di kamar tamu yang ada di sebelah kamar tidur Sarah. Di
Samping kamar tidur seharusnya aku dan istriku gunakan untuk bersetubuh. Aku
pikir, karena sekarang istriku dan selingkuhannya berada di rumah orang tuanya,
mereka bakal melakukan persetubuhan dengan tenang. Namun sekali lagi, aku
salah. Mereka tanpa malu-malu mendesah, melenguh, dan berteriak dengan lantang.
Mereka seolah tak ada rasa sungkan jika suara nafsu mereka terdengar hingga
keluar kamar. Suara tepukan pantat dan paha yang bertumbukan, suara kecipakan
lendir kenikmatan mereka, suara ringkikan spring bed tempat bersetubuh mereka,
hingga suara jeritan mereka ketika sama-sama orgasme. Tak henti-hentinya mereka
berteriak, berteriak, dan berteriak sepanjang malam. Untungnya, Sarah sama
sekali tak menyebut nama Markus ketika ia mendapatkan semua orgasme-orgasmenya.
Pagi harinya, kedua orang tua Sarah merasa sangat kesal
padaku. Sepertinya mereka malam itu tak mendapatkan tidurnya dengan nyenyak.
Karena hal itu terlihat dari lingkaran hitam yang muncul pada kedua mata
mereka.
“Surya, kamu
sama sekali tak menghargai keberadaan kami disini….” Ucap Papa Sarah padaku.
“Iya nak…
Mama merasa seperti di hutan rimba mendengar Sarah berteriak-teriak kesetanan
seperti itu…” tambah ibu Sarah lagi.
“Walau kalian
sudah menikah, bukan berarti kalian bisa melakukan percintaan itu secara brutal
seperti semalam…”
“Iya
pak…maaf…” jawabku sambil mengangguk-angguk pasrah.
Aku tak mungkin memberitahukan ke mereka jika semalam bukan
aku yang menyetubuhi putri kesayangan mereka, melainkan selingkuhannya, Markus.
Jadi aku hanya bisa berkata “maaf… maaf dan maaf…”
“Mah…
sepertinya kamu juga harus menasehati Sarah deh… engga sepatutnya dia berisik
seperti itu…” ucap Papa Sarah mengakhiri perbincangan kami.
***
Liburan ini tak seperti yang aku bayangkan. Walau untuk
sejenak aku bisa melepaskan penat akan pekerjaan di kantor, tapi stress karena
mendengar suara dan teriakan brutal istriku semalam, masih sangat
terngiang-ngiang di telinga. Teriakan pendakian ke puncak kenikmatan yang bakal
sulit aku lupakan. Sampai setelah aku pikir semua telah normal seperti
sediakalanya. Mama Sarah memanggilku secara pribadi.
“Nak… Mama
mau ngobrol penting ama kamu…. Ikut Mama sebentar….”
“Ada apa lagi
ini…?” tanyaku dalam hati.
Mama Sarah mengajakku kekamar tidur Sarah yang mana saat
itu, kamar tidur tersebut telah kosong dan rapi kembali.
“Nak… Mama
tahu… apa yang telah terjadi dengan rumah tangga kalian selama ini…” kata Mama
Sarah, membuka percakapan.
“Dan Mama
juga tahu… siapa yang semalam membuat Sarah berteriak menggelijang seperti itu…
Mama tahu menyetubuhi putri kesayangan Mama… “
“Ja… Jadi…
ma…”
“Sekarang….
Buka celanamu… Mama pengen tahu… apa yang menyebabkan putri Mama lebih memilih
titit orang lain untuk bisa memuaskan memeknya….”
“Tapi mah…
saya tid”
“Cepet
lakukan… atau Mama harus panggil Papanya
Sarah dan memberitahukan dia jika yang menyetubuhi putrinya semalam adalah
Markus?”
Merasa begitu terdesak, akhirnya kuturunkan celana pendekku
dan membiarkan ibu mertuaku melihat batang penisku yang menggelantung lemas.
“Boleh Mama
sentuh?”
“Maksud
Mama…?”
Tanpa menunggu jawabanku, Mama Sarah langsung mendekat ke
arah posisiku berdiri. Berjongkok di depan selangkanganku, lalu menatapku
tajam. Aku yang masih sedikit bingung dengan maksud ibu mertuaku ini, hanya
bisa mengangguk lemah. Disentuhnya ujung penisku dengan jemari lentik Mama
Sarah. Diangkatnya kepala penisku dan diamatinya dengan seksama. Perlahan
jemari itu berpindah, dari kepala ke batang penisku, lalu mulai mengurutnya
perlahan.
“Mah… Aaa….
Aapa yang ibu lakukan…?” tanyaku dengan nada bingung.
“Enak….?” Tak menjawab pertanyaanku, Mama Sarah malah
semakin mempercepat gerakan jemari tangannya.
Karena mendapat perlakuan yang tak pernah aku bayangkan
selama ini dari ibu mertuaku, mau tak mau batang penisku yang semula
menggelantung lemas, perlahan mulai mengeras dan mengacung ke atas. Dan seolah
ingin segera membuat batang penisku untuk ereksi sepenuhnya, Mama Sarah
tiba-tiba mendekatkan kepalanya ke arah selangkanganku dan mulai mengecup ujung
kepala penisku.
“Maaa…. “
Dijulurkanya lidah berwarna merah dengan air liur yang sudah
membasah itu ke arah kepala penisku. Dengan tanpa malu-malu, Mama Sarah segera
menjilat, mengulum dan menghisap penis kecilku. Sedotan mulut Mama Sarah
benar-benar hebat, tak heran jika putrinya, Sarah pun memiliki keahlian
sepertinya.
“Aku keluar
maahh….” Ujarku pasrah sambil memegang kepala ibu mertuaku itu.
Empat semburan sperma panasku langsung muncrat ke dalam
mulut Mama Sarah, dan dengan sigap, mulut Mama Sarah itupun langsung menelan
semua sperma yang ada di dalam mulutnya. Mendadak, lututku terasa begitu lemas.
Kepalaku menjadi berat, dan mataku berkunang-kunang. Lalu, entah kenapa.
Tiba-tiba aku jatuh terduduk di depan ibu mertuaku itu.
“Hahaha….”
Mama Sarah tertawa terbahak-bahak.
“Payah sekali
dirimu Surya …”
Aku yang sepertinya kehabisan tenaga, tak mampu menjawab
kalimat Mama Sarah itu. Hanya bisa diam sambil mengatur nafas.
“Ga heran
kalo putri Mama memilih orang lain guna memuaskan nafsunya…” ujar Mama Sarah
pelan. “Kok titit kamu bisa sekecil itu sih Surya…? Titit Papa Sarah ketika
lemas aja tak sekecil tititmu ketika ereksi…” tambah Mama Sarah sambil
menggoyang-goyangkan batang penisku yang sudah mengecil lemas.
“….”
Lagi-lagi, mendengar ucapan Mama Sarah, aku hanya bisa terdiam.
Mama Sarah mendekat ke arahku duduk. “Dan yang lebih parah,
ejakulasimu cepat sekali…” kata Mama Surya sambil menatap wajahku dengan
pandangan iba.
“Jadi bukan
salah Sarah khan mah? Kalo pada akhirnya Sarah selalu memilih mas Markus buat
muasin nafsu birahi Sarah…?” Sebuah suara yang sangat aku kenal mendadak
terdengar dari arah pintu.
Istriku dengan piyama tidurnya, tiba-tiba muncul di tengah
pembicaraan kami. “Sarah sih sebenarnya enggak masalah dengan ukuran kontol mas
Surya yang kecil itu… “jelas istriku. “Yang Sarah permasalahkan adalah… dengan
ukuran kontol seperti itu… mas Surya kok ya masih sempat-sempatnya kepikiran untuk
selingkuh bersama wanita lain… terlebih, wanita yang mas Surya ajak tidur,
lebih dari satu orang…”
“Udah enak,
dapet istri yang pengertian… eeeehhh… kok ya dia masih aja selingkuh…. Jadi
bukan salah Sarah khan mah kalo……. Sini sayang…” Pinta Sarah sambil mangajak
masuk, seseorang yang sedari tadi berada di luar kamar tidurnya
“Bukan salah
Sarah khan mah... kalo kontol besar dan panjang ini yang harus memuaskan nafsu
birahi Sarah…” Ujar istriku tenang sambil menggandeng dan sesekali
mengoocok-kocok benda yang menggelantung panjang di antara selangkangan Markus
bak tangan yang bisa diajak kemana-mana.
“Bukan Sarah…
sama sekali bukan salahmu… justru seharusnya kamu beruntung mendapat lelaki
dengan batang titit seperti dia“ ujar Mama Sarah tenang sambil tersenyum ke
arah Markus.Sekejap, duniaku pun menjadi
gelap .
Author : Miaw
No comments:
Post a Comment