Attention: Semua cerita postinganku adalah hasil dari translate / terjemahan. Sekedar berbagi tanpa ada maksud lain...
Judul asli: Aroused by Cheating by xlegloverc
Bagian 1
Meskipun awalnya merasa cemas, akhirnya Mila dapat rileks dan menikmatinya. Dia dan kekasihnya, Aldi sedang ber-double date dengan teman lamanya Bimo dan tunangannya, Sarah.
"So gimana ceritanya kamu dan Bimo ketemu?" tanya Sarah pada Mila.
"Waktu di kampus dulu. Kita punya beberapa teman yang sama dan sampai akhirnya kita bekerja di tempat yang sama setelah lulus. Kita terus berteman sejak itu."
"Lalu apa kalian berdua pernah kencan atau mungkin pernah punya hubungan khusus yang lain?" Sarah tersenyum, tapi Mila perhatikan Sarah memegangi lengan Bimo dengan posesif.
"Oh nggak pernah," Mila tertawa. "Kami hanya berteman saja, nggak lebih. Dan kalian sekarang sudah tunangan. Aku turut bahagia." Mila berkata jujur. Dia sungguh suka dengan Sarah.
"Rasanya aku sudah sangat mengenalmu," lanjut Mila. "Bimo selalu cerita tentangmu, bahkan sejak dia pertama kali ketemu kamu." dia menyikut Bimo menggodanya. "Aku tak percaya kalau kalian sudah jalan 2 tahun lebih dan baru sekarang kamu kenalkan dengan kami."
"Aku tahu, aku tahu," Bimo mengaku dengan canggung. "Tapi Sarah menetap di kota lain, sulit mendapat waktu yang tepat."
"Apa kamu akan pindah ke sini, Sarah?" tanya Aldi, masuk ke percakapan. "Atau Bimo yang akan pindah ke sana?"
"Tergantung di mana nanti tempat Sarah magang," jawab Bimo. "Dia lulus semester ini, kita baru putuskan setelah itu."
"Terus, apa kalian sudah memikirkan untuk hubungan yang lebih serius lagi?" goda Sarah.
Dengan tersenyum, Aldi merengkuh Mila dalam pelukannya. "Well, kita baru jalan beberapa bulan. Tapi semua bisa terjadi nanti."
******
Beberapa hari berikutnya...
Bimo tengah menggoyang Mila. "Ini yang kamu mau, jalang, ini yang kamu mau?"
"Oh god, yes, fuck me," jawab Mila. Dia kaitkan kaki jenjangnya melingkari pinggang Bimo dan ujung tumit sepatunya menancap kuat pada pantat Bimo. "Fuck me harder!"
Dengan kasar Bimo meremas buah dada Mila yang kecil saat dia menyetubuhinya. Bara kenikmatan menyengat Mila sewaktu Bimo menjepit putingnya yang sensitif. "Ya, begitu Bim, terus begitu!" desak Mila.
Bimo memperlambat goyangannya dan dengan ujung penisnya dia berusaha mencari titik g-spot Mila. Begitu Mila memekik parau, Bimo tahu kalau dia sudah berhasil mendapatkannya. Lalu dia percepat lagi ayunannya, mengarahkan batang penisnya sedikit miring pada setiap tusukannya agar dapat menggesek kelentit dan titik g-spot Mila. Suara rintihan Mila semakin terus terdengar saat Bimo memberinya gelombang kenikmatan ke sekujur tubuhnya. Dengan cepat orgasme Mila menerjang, membuat kakinya mengejang dan ujung jemari kakinya yang terbungkus stocking menekuk di dalam high heels yang dia pakai.
Bimo juga menyusul tak jauh lagi. "Aku hampir keluar," dia menggeram. Mila tak menggunakan birth control, tapi tak pernah dia menyuruh Bimo memakai kondom. Mila lebih suka begitu. Dia suka sensasi rasa dari otot batang penis yang bergesekan dengan dinding vaginanya. "Jangan keluarkan di dalam!" teriaknya.
"Oh ya?" Bimo mendesis penuh ancaman. "Terus aku keluarkan di mana?"
Dia cabut batang penisnya dan menjambak rambut Mila. Dia tersentak kesakitan saat Bimo menarik kepalanya mendekat ke selangkangannya. "Gimana kalau di wajahmu?" geramnya sembari mengarahkan ujung penisnya pada wajah manis Mila.
"Jangan, jangan," tolak Mila, tapi terlambat. Diiringi dengan suara geraman, Bimo ejakulasi, menyemprot wajah manis Mila dengan air maninya.
Keduanya rebah ke atas ranjang, coba mengatur nafas yang memburu.
Akhirnya, Mila bangkit dan mengambil sebuah handuk, dia seka sperma dari wajahnya. Dengan memandang dalam cermin, dia menatap bayangan Bimo dengan pandangan jengkel. "Kenapa sih sampai kena rambutku?" gerutunya sambil mengusap rambutnya dengan handuk.
Bimo tertawa. "Biarkan saja," godanya. "Aku yakin Aldi akan suka melihatmu setelah dapat facial."
Mila menyeringai dan dengan jahil dia lemparkan handuk tersebut pada Bimo. "Hey, jangan lempar padaku," Bimo protes.
Mila pakai celana dalamnya lalu meraih bra-nya. "Janga pergi," ucap Bimo. "Tinggallah dulu sebentar lagi."
Mila merapikan stockingnya kemudian berusaha mengenakan gaunnya. "Aku tak bisa, aku harus pergi. Aku sudah ada janji dinner dengan Aldi."
Bimo mengamati Mila yang tengah mengenakan gaunnya. Tubuhnya begitu indah. "Bisa bantu dengan resleitingku?" tanya Mila, dia tahan rambutnya ke atas dan berbalik.
Bukannya membetulkan resleiting gaun Mila, Bimo malah menjulurkan tangannya ke depan untuk menggenggam buah dada Mila. Dia raba buah dada itu dari luar bra dan mencium leher Mila. "Tinggallah sebentar lagi," desaknya. "Kita bisa mengulanginya lagi."
Mila merasakan putingya kembali mengeras. Bimo juga merasakan itu dan di gesek dengan jepitan dua jarinya. Rasa nikmat menyergap tubuh Mila, dari puting ke kelentitnya. "God, dia sangat tahu betul cara merangsangku," pikirnya. Tapi akhirnya dia berhasil mengumpulkan kesadarannya untuk mendorong Bimo menjauh. "Bim, aku nggak bisa. Sudah kubilang, aku ada janji dengan Aldi."
Bimo mengangkat bahunya menyerah dan kemudian dia tarik resleiting gaun Mila ke atas. "Terus apa hubungan kalian akan berlanjut lebih serius lagi?"
Mila menjawab sambil merapikan rambut dan makeup-nya. Dia berusa mengabaikan denyutan di antara pahanya. "Aku belum tahu. Aku sungguh menyukainya tapi aku belum yakin apa ini akan terus permanen atau tidak. Maksudku, kami bahkan belum pernah bicara tentang pernikahan sama sekali."
Bimo meraih paha Mila dan mulai merayap naik hingga berhenti pada pantatnya yang kencang. "Lalu kalau kamu jadi menikah, apa kamu masih mengijinkanku menikmati ini?" goda Bimo dengan menyeringai.
"Aku nggak tahu," tukas Mila. "Kenapa nggak kamu tanyakan pada tunanganmu, Sarah?"
Nada suara Mila membuat Bimo terkejut. "Apa kamu marah padaku karena bertunangan?"
"Tidak, tentu saja tidak," jawab Mila cepat. "Aku turut bahagia untuk kalian dan aku suka Sarah, aku sungguh suka dia. Tapi sejak kita mulai persahabatan dengan nilai lebih ini, seharusnya hanya boleh kalau kita tak punya pasangan tetap. Apa kamu nggak merasa kalau kita harus sudahi ini semua? Kita sudah milik orang lain sekarang."
"Ayolah, Mil," jawab Bimo said dengan sinis. "Kita sudah pernah punya pasangan dulu dan kamu nggak pernah komplain."
"Kamu sudah tunangan, brengsek!" teriak Mila.
Bimo masih tetap sinis. "Oh, ayolah. Hubunganku dengan Sarah belum berjalan terlalu lama. Kamu kan tahu kalau tunangan kami baru berjalan sebentar. Kenapa kamu jadi marah sekarang?"
"Lalu apa yang akan kamu lakukan?" Mila terus mencecar. "Apa kamu akan terus selingkuh dibelakang Sarah selamanya?"
Bimo rebah di atas ranjang, kedua tangan di bawah kepalanya. "Mungkin."
Dengan mata terbelalak lebar, Mila menyusul duduk di ranjang. "Kamu bercanda? Bahkan setelah kalian menikah? Bagaimana kamu bisa menghianati dia seperti itu? Kukira kamu mencintainya."
"Tentu saja aku mencintai Sarah, itu alasan aku akan menikahi dia." Bimo bangkit dan duduk di sebelah Mila. Dengan menyeringai dia berucap, "Dengar Mila, kita sudah berteman sangat lama, kan? Jadi jangan marah kalau aku bilang ini, tapi memang inilah kenyataannya, selingkuh itu menyenangkan."
"Apa?" tanya Mila dengan gusar.
"Kamu dengar apa yang sudah kukatakan. Ini semua tentang jadi nakal. Tentang melanggar batasan. Tentang resikonya. Kalau kamu terus berjalan lurus-lurus saja, seks akan jadi membosankan. Itu sebabnya kamu sering dengar kalau orang yang sudah menikah jadi jarang berhubungan seks. Seks itu hanya jadi menyenangkan kalau dilakukan dengan nakal, terlarang. Jadi, mungkin aku akan terus selingkuh di belakang Sarah. Itu akan membuatku tetap tertarik dengan seks dan itu bagus untuk pernikahan kami."
Mila tak sanggup mempercayai apa yang dia dengar. "Ya, benar, tetaplah dengan prinsipmu itu," jawabnya dengan tertawa. "Tapi kamu harus cari pasangan selingkumu yang lain. Kalau Aldi melamarku, itu akan jadi akhir hubungan kita ini."
Tangan Bimo terjulur dan mulai membelai paha Mila. Dia dekatkan wajahnya pada Mila. "Ayolah. Kamu tak mungkin serius," bisiknya di telinga Mila. "Ini akan jadi jauh lebih menyenangkan, setelah kamu tunangan."
Tangan Bimo berhenti di balik gaun Mila dan detik berikutnya dia sudah membelai kulit telanjangnya di atas stocking. Bimo juga mencumbu lehernya, yang selalu dapat merangsang Mila. Tangan Mila mencoba menghentikan laju tangan Bimo di dalam gaunnya, tapi Bimo terus melaju dan berikutnya dia sudah sampai bahan tipis dari celana dalam berenda yang dikenakan Mila. Bimo memberinya sebuah french kiss dan Mila mendapati dirinya membuka kedua pahanya untuk Bimo. Bimo segera menggesek kelentit Mila dari luar celana dalamnya.
"God," Mila melenguh. Rasanya sungguh enak. "Apa ? apa maksudmu, lebih menyenangkan?" dengan susah payah Mila coba bertanya saat dengan perlahan tubuhnya mulai menggeliat pada tangan Bimo.
Bimo menarik Mila untuk berdiri, ujung tumit sepatunya mengentak di atas lantai kayu. Bimo singkapkan gaun Mila hingga pinggang. Dia tarik celana dalamnya ke samping dan menurunkan tubuh Mila menuju ujung penisnya yang telah mengeras kembali. Sembari dia tusukkan batang penisnya membelah tubuh Mila, dia mendesis, "Berselingkuh di belakang kekasihmu sudah terasa menyenangkan." batang penis Bimo sudah terbenam seluruhnya sekarang dan dia mulai menyodok Mila. "Akan terasa jauh lebih seru saat selingkuh di belakang tunanganmu!"
Mila sudah berada di ambang orgasmenya lagi dan dia tahu kalau Bimo juga. Dengan nafas tersengal, Mila berusaha untuk memperingatkan Bimo, "Jangan keluarkan di dalam."
Tapi Bimo tak mengacuhkannya. Dia kencangkan cengkeramannya pada pinggang Mila saat dia menyodoknya semakin keras, mencegah Mila agar tidak menjauh. Dia ingin keluar di dalam wanita manis tersebut. Dia ingin agar Mila terisi dengan air maninya saat dia bertemu dengan kekasihnya, Aldi malam ini nanti.
*****
Bagian 2
"Selingkuh itu menyenangkan." ucapan Bimo terus terngiang di dalam benak Mila saat dia duduk di depan Aldi di restoran tersebut.
Apa itu benar? Di sepanjang malam itu, dia terus memikirkan ucapan Bimo tersebut. Saat Aldi mengecup pipinya, dia berpikir, "Beberapa jam tadi, wajahku penuh sperma Bimo." Saat Aldi menggenggam tangannya, dia membatin, "Tadi tangan ini kugunakan untuk menggenggam batang penis Bimo."
Terasa menyenangkan saat memikirkan itu semua. Dia tahu itu salah. Itu terlarang. Tapi itu hal tabu yang menyenangkan. Dia raih dua kali orgasme bersama Bimo hanya beberapa jam sebelumnya, tapi hanya memikirkan itu semua bisa membuat birahinya menggelegak.
Seusai dinner keduanya pergi ke pertunjukan teater. Mila menyilangkan kedua kakinya dan tangan Aldi berada di paha Mila, seperti yang selalu dia lakukan. Tangan Aldi mulai bergerak meraba paha Mila dan ujung jarinya berhenti tepat di bawah gaun Mila, tapi karena sekarang di sekeliling mereka ada orang banyak, Aldi tak meneruskannya. Tiada hentinya Mila terus berpikir, "Kalau Aldi menyentuh vaginaku sekarang, dia akan merasakan sperma Bimo."
Pikiran nakal tersebut membuat Mila bergidik. "Kamu nggak apa-apa?" tanya Aldi khawatir. "Ya," Mila coba menjawab dengan nada sewajarnya. "Hanya agak dingin rasanya di sini."
Harusnya Bimo tidak keluar di dalam. Terkadang dia bisa jadi begitu menyebalkan. Tapi kekurangajarannya itu juga membuatnya terangsang. Hubungan seks mereka sebenarnya tak bisa dikatakan mesra. Bimo tak pernah berlaku lembut atau penuh perhatian. Kala mereka berhubungan badan, dia memperlakukan Mila sebagai perempuan jalang. Tapi itulah sebabnya Mila sangat suka berhubungan seks dengannya. Dia suka diperlakukan kasar dan birahinya selalu jadi lebih berkobar saat pria memegang kendali seutuhnya. Dengan rambut hitam legam, wajah muda yang manis dan segar, Mila terlihat begitu lugu dan seakan tanpa dosa. Tapi sesungguhnya dia suka bertingkah nakal, liar. Dia suka dimanupulasi, diperlakukan sebagai wanita jalang dan Bimo memberikan itu semua. Tapi wajah manis, lugu dan tanpa dosa dengan tubuh indah menggiurkan menyamarkan itu semua.
*****
Beberapa minggu kemudian, Mila dan Aldi tengah sarapan saat telpon berdering.
"Hallo?" jawab Mila.
"Hai, ini aku. Sarah nggak bisa datang akhir pekan ini. Kamu bisa kemari?"
Mila melirik ke arah Aldi, yang sedang baca koran. Hari ini mereka sudah berencana untuk menghabiskan waktu berdua. "Aku nggak tahu," jawabnya ragu.
"Bilang ke Aldi aku butuh bantuanmu untuk belanja cari hadiah untuk ulang tahun Sarah."
Mila merasa bingung. Dia sudah menantikan untuk bersama Aldi hari ini, dia sungguh menyukainya. Mungkin dia benar-benar sudah jatuh cinta. Tapi sekarang sudah lebih dari sebulan sejak terakhir dia bertemu Bimo. Biasanya mereka melampiaskan birahi setidaknya sekali seminggu. Itu sudah jadi rutinitas mereka sejak masih kuliah. Mila menyebut itu " resep Bimo." Bimo adalah the best lover yang pernah dia dapat dan bahkan saat dia sedang menjalin hubungan dengan pria lain. Seperti sekarang ini, saat dia bersama Aldi, dia masih mendambakan apa yang bisa Bimo berikan untuknya. Tapi belum pernah dia menjalin hubungan seserius sekarang, seperti yang tengah dijalinnya bersama Aldi.
Namun, tetap saja tubuhnya punya keinginan untuk dipenuhi...
Dia menoleh ke arah Aldi, ada sedikit rasa bersalah. "Honey?" ada rasa ragu untuk memulai. "Bimo tanya, apa aku bisa membantunya hari ini. Sarah ulang tahun minggu depan dan dia butuh bantuan untuk cari hadiah."
Aldi terlihat kecewa. "Bukannya kita punya rencana sendiri hari ini. Baca koran, makan siang di luar, nonton film. Aku sudah menantikannya."
"Aku tahu, aku juga honey. Kuusahakan pulang saat dinner." Dia julurkan kakinya di bawah meja dan perlahan menekankan ujung jari kakinya ke selangkangan Aldi. "Kita habiskan malam nanti berdua." Aldi merasakan selangkangannya menyesak. Dia merasa kecewa, tapi dia tak mau jadi seperti salah satu pria yang membatasi kekasihnya dalam berteman dengan pria lain. "Baiklah, pergilah."
Tersenyum lega, Mila membungkuk ke depan dan mencium Aldi. Lalu dia raih pesawat telpon. "Oke, kita ketemu di mall satu jam lagi."
"Bagus," jawab Bimo. Dia jadi ereksi sekarang. Bimo berbisik di telpon. "Mila, ingat saat kamu cerita tentang bustier yang dibelikan Aldi di hari Valentine? Nanti pakai, oke?"
Alis Mila berkerut. "Kita lihat saja nanti," jawabnya asal.
Sesudah menutup telpon, Mila mencium Aldi sekali lagi. "Terima kasih sudah begitu pengertian. Bimo sangat butuh bantuan, dia ingin membuat Sarah terkesan. Aku janji akan menebusnya nanti malam."
Tangan Aldi menggapai tubuh Mila dan menariknya dalam pelukannya. Tangannya menuju pantat Mila yang sekal dan kencang. "Gimana kalau quickie? Masih satu jam lagi."
Mila tertawa geli. "Aku mau, tapi aku harus berdandan." Dia berontak lepas dari rengkuhan Aldi dan lari menuju kamar. "Aku harus bergegas, kamu sudah tahu kan, berapa lama aku dandan," ucapnya dari balik bahu.
Mila merasa bingung. Apa yang akan dia pakai? Dia tak mau Aldi melihat gaunnya terlalu seksi untuk acara belanja dengan Bimo nanti. Biasanya dia hanya memkai jeans dan atasan, dengan lingerie seksi di dalamnya. Tapi Bimo ingin dia memakai bustier. Dia tahu kenapa. Bimo kadang juga bertingkah mesum. Tapi itu artinya dia harus memakai sebuah rok.
Akhirnya, dia putuskan untuk memakai sebuah blus sutera berwarna putih tulang dan dipasangkan dengan sebuah rok berlipat warna hitam yang hanya sampai di atas lututnya. Di dalamnya dia memakai bra model penuh dan sebuah celana dalam serta panty hose berwarna hitam. Dia ikat rambutnya ke atas dan memberi sapuan makeup tipis di wajahnya. Dia komplitkan penampilannya dengan sepasang sepatu model ballerina berwarna hitam.
Dia tak bisa memakai bustier tersebut sekarang. Aldi pasti akan memberinya sebuah pelukan sebelum dia pergi dan dia akan bisa merasakan bustier tersebut. Lalu dia harus memberi alasan kenapa memakai lingerie seksi hadiah Valentine Aldi tersebut. Dia mencari di dalam lemari pakaiannya, dia temukan sebuah tas untuk belanja. Pertama, dia masukkan bustier tersebut dan beberapa barang, kemudian dia menutupinya dengan sebuah gaun yang baru saja dia beli. Dia bercermin. Terlihat cantik, tapi nggak seksi. Paling tidak, terlalu seksi.
Dengan membawa tas dia keluar dari kamar. "Kamu terlihat cantik," Aldi langsung berkomentar dan merengkuhnya dalam pelukannya lalu menciumnya. "Tapi memang kamu selalu terlihat cantik." Semakin merapat, dia berkata, "Meskipun, dandananmu sedikit berlebihan."
Mila tersenyum lugu dan menunjuk tas belanja yang dia bawa. "Aku tahu, tapi aku punya rencana untuk menukar baju yang baru kubeli kemarin. Itu, yang kamu bilang nggak begitu suka? Makanya aku pakai ini biar bisa gampang mencoba beberapa baju lainnya." Kumohon jangan periksa isi tasku, doa Mila.
Aldi menariknya ke dalam pelukannya lagi dan tangannya menggapai tepian rok Mila. "Aku tak masalah, kamu tahu aku suka melihat paha indahmu." Tangan Aldi menyusup ke balik rok dan mengelus paha Mila, dari lutut ke pahanya berulang kali. "Lho, nggak pakai stocking?" suaranya terdengar kecewa. "Kamu tahu kalau aku nggak suka kamu pakai pantyhose."
Mila tertawa dan dengan bercanda dia dorong Aldi menjauh. "Aku cuma pergi dengan Bimo, konyol ah, dan thigh high mahal harganya. Aku nggak mau menyia-nyiakan itu hanya untuknya. Aku harus pergi sekarang. Sampai ketemu lagi nanyi, ok? Dan nanti aku akan pakai stocking hanya untuk kamu!"
Dengan menyeringai lebar, Aldi berkata, "Oke, aku bisa tunggu," dan dia memberikan ciuman perpisahan untuk kekasihnya.
*****
Sebelum sampai di apartemen Bimo, Mila singgah dulu di sebuah pom bensin. Dia sahut tasnya dan bergegas menuju ke kamar kecil . Dia terburu-buru, karena dia sadar kalau dia hanya punya waktu beberapa jam saja bersama Bimo.
Mila lepas semua pakaiannya hingga tubuhnya hanya berbalut sebuah handuk saja di dalam kamar kecil tersebut. Dia semprotkan parfum di belakang telinganya, di antara belahan dadanya dan terakhir di antara selangkangannya. Dia cari di dalam tasnya, dikeluarkannya bustier tersebut dan langsung dia kenakan. Terlihat begitu ketat membungkus tubuh rampingnya dan membuat buah dadanya setingkat lebih besar dari ukuran sebenarnya. Tak heran Aldi selalu suka saat dia memakainya. Kembali dia mencari di dalam tasnya dan mengeluarkan sepasang stocking baru berwarna hitam. Dengan cepat dia buka bungkusnya dan mengeluarkan stocking berbahan sutera tersebut dan dengan hati-hati dia pakaikan pada sepasang paha jenjangnya. Dia pasangkan bagian atas stocking tersebut pada pengait garter straps yang terhubung pada bustier. Dia tak mau repot-repot dengan celana dalam.
Mila pakai kembali roknya. Kali ini dia menariknya tinggi hingga naik melewati pinggangnya, hingga ujungnya hanya sampai di atas lututnya. Merubah sebuah rok yang konservatif menjadi sebuah rok mini. Kemudian dia pakai kembali blusnya, tapi tak dia kancingkan dua buah kancing bagian atas, membiarkan belahan dadanya yang terdesak bustier terpampang indah menggoda. Sekali lagi mencari dalam tasnya, dia kelarkan sepasang stiletto heel berwarna hitam, lalu memakainya.
Dia bergerak ke depan cermin, dia lepaskan tali rambutnya, membiarkan rambutnya tergerai bebas menyentuh bahunya yang ramping. Dia rapikan rambutnya dan memberi sentuhan pada riasannya sekali lagi, kali ini riasan yang lebih ‘berat’, yang dia tahu betul dapat menonjolkan sisi ‘nakal’ dari kecantikannya.
Akhirnya, dia telah siap. Dia masukkan kembali semuanya ke dalam tasnya. Lalu memeriksa sekali lagi ke dalam cermin, dia melangkan menuju tempat Bimo.
*****
Bimo benar-benar menikmati waktunya bersama Mila, mereguk setiap tetes kenikmatan yang diberikan tubuh Mila. Keduanya rebah berdampingan di atas ranjang Bimo, sama-sama masih berpakaian lengkap. Bimo membelainya, jemarinya menelusuri belahan bukit dada Mila yang terbuka, lalu membuat gerakan melingkar pada buah dadanya. Paha Bimo berada di antara paha Mila dan rok Mila tersingkap tinggi hingga atas pahanya. Bimo telusuri bagian atas stocking tersebut dan berikutnya garter starpnya, ujung jarinya bergerak dari licinnya bahan sutera tersebut hingga kulit telanjangnya yang lembut, begitu berulang-ulang.
Mila teramat birahi. Sentuhan Bimo membuatnya gila, tapi gairahnya menginginkan lebih dari hanya sekedar semua sentuhan Bimo tersebut.
Bimo lepaskan kancing blus Mila lalu menyusup ke dalamnya. Jemarinya menjelajahi gundukan di depan bustier tersebut. "Apa Aldi menyetubuhimu, malam itu, setelah kita bersama? Bagaimana rasanya, dengan maniku di dalammu? Apa rasanya nikmat?"
Kedua mata Mila terpejam saat dia nikmati belaian Bimo. "Rasanya selalu nikmat saat Aldi bercinta denganku."
Bimo menggoda Mila dengan memencet putingnya, yang sekarang telah terpampang sebagian dari balik ujung atas bustiernya. "Kamu tahu maksudku. Apa rasanya lebih hebat? Bukankah terasa lebih seru, dengan maniku di dalammu? Apa kamu tak merasa lebih nakal bercinta dengannya, sehabis kamu bersamaku? Bukankah rasanya lebih menggairahkan?"
Mila tak menjawabnya. "Aku nggak paham," katanya. Dia taruh tangannya di selangkangan Bimo. "Itu membuatmu terangsang, kan, bahwa kamu lebih dulu di dalam tubuhku sebelum Aldi?"
Mila merasakan batang penis Bimo berkedut. "Aku rasa memang iya," dia tertawa geli. Lalu ekspresinya berubah serius. "Kenapa ini membuatmu begitu terangsang?"
"Aku sudah bilang padamu selingkuh itu menyenangkan, mendebarkan, sangat merangsang." Bimo menyeringai. "Well, jauh lebih hebat kalau kamu melakukannya dengan kekasih lelaki lain."
Mila mencibirkan bibir pada Bimo. "Kamu sangat jahat." Dia mendorongnya. "Apa bedanya Aldi dengan pacar-pacarku yang dulu? Kamu kan dulu juga melakukannya. Kenapa sekarang jadi lebih merangsang?"
Bimo menyeringai. "Jangan berlagak bodoh, kamu tahu jawabnya. Kamu belum pernah serius dengan pria lainnya. Lain ceritanya kamu dengan Aldi. Tapi daripada bersama Aldi, kamu lebih memilih di ranjangku sekarang. Kamu menyukai Aldi, bahkan cinta, tapi kamu biarkan aku menyetubuhimu. Apa kamu tidak lihat betapa hebatnya rangasangan dari ini semua?"
"Kamu gila," kata Mila. Dia hendak menjauh, tapi Aldi menariknya kembali.
"Ayolah, nggak usah bohong. Aku kenal kamu. Aku tahu isi kepala cantikmu . Mungkin kamu terlihat lugu di luar, tapi sebenarnya kamu wanita yang liar. Berselingkuh di belakang pacarmu membuatmu terangsang juga."
"Itu nggak benar," protes Mila.
Bimo membelai bustier berbahan sutera tersebut, jemarinya meluncur di gundukan dada Mila. "Mila, Aldi memberimu hadiah ini di hari Valentine, kan? Aku yakin ini jadi busana yang spesial baginya, kan? Mungkin kamu hanya memakainya di acara yang spesial saja, seperti hari jadi kalian. Apa kamu nggak merasa bersalah, sudah sembunyi-sembunyi memakainya untukku? Apa kamu nggak merasa bersalah saat aku setubuhi kamu dengan memakainya? Dan apa rasa bersalah itu nggak membuatmu terangsang? Bukankah mengasikkan, mendebarkan saat menjadi nakal dan liar?"
Mila terdiam untuk waktu yang lama. Bimo benar, dia merasa bersalah telah memakai bustier ini. Tapi dia ingat betul betapa mendebarkannya saat menyelinap dari Aldi dan berganti pakaian di pom bensin tadi. Resiko dan perasaan nakal tersebut teramat sangat membakar birahinya.
Tapi Mila belum siap untuk mengakuinya di depan Bimo. Dia tanggalkan roknya dan kemudian blus yang dia pakai, stocking dan stiletto heel nya. Dia buka resleiting celana Bimo dan dengan hati-hati mengeluarkan batang penisnya yang keras. Kemudian dia merangkak menaikinya. "Nggak usah ngomong lagi. Aku ingin kamu sekarang." Dia bimbing batang penisnya memasuki tubuhnya sendiri dan kemudian dia turunkan tubuhnya. Saat dia bergerak turun naik di batang penis Bimo, Mila menatap matanya. "Jangan main-main hari ini. Kamu harus keluarkan di luar, ok?"
Bimo menggeramkan persetujuannya. Vagina rapat milik Mila terlalu nikmat rasanya. Dia meraih buah dada Mila yang kecil dan langsung meremasnya. Lalu dia gulingkan tubuh Mila ke bawah dan melanjutkan menyetubuhinya dengan gaya missionary. Keduanya sudah berada di ambang orgasme.
"Kamu tahu di mana akan ku keluarkan, pelacur?" desis Bimo. "Akan ku semprotkan semua di bustiermu, agar setiap kali kamu memakainya untuk Aldi, jadi bekas air maniku!"
"Oh gawwwwd," Mila mengerang dan punggungnya meregang saat dia raih orgasmenya e.
"Kocok aku!" perintah Bimo begitu dia cabut batang penisnya dari dalam vagina Mila. "Semprotkan maniku ke seluruh bustiermu."
Masih dalam pergolakan orgasmenya sendiri, tangan Mila meraih di sela tubuh mereka dan dia genggamkan tangannya pada batang penis Bimo. Dia memompanya, mengarahkan kepala penisnya yang bulat ke bustier hadiah Aldi untuknya di hari Valentine. Detik berikutnya, sekujur tubuh Bimo bergetar hebat dan dia berejakulasi di seluruh bustier yang dipakai Mila.
*****
Bagian 3
Dengan perlahan Aldi mengocok keluar masuk dalam vagina Mila. Orgasmenya sudah begitu dekat dan dia ingin menahannya selama yang dia mampu. Mila bisa merasakan kalau Aldi sudah di amabang batas. Dia kaitkan kakinya melingkari pinggang Aldi seerat mungkin dan dia hentakkan pinggulnya ke atas menyambut tiap sodokan Aldi, menginginkan batang penis Aldi agar terbenam sejauh mungkin dalam tubuhnya.
"Aku mau keluar," erang Aldi. Mila mengeratkan dekapannya ke tubuh kekasihnya. "Aku juga, aku hampir keluar," Mila tersengal, dia benamkan kepalanya di dada Aldi dan merengek, "Oh god oh god." Aldi menggeram dan dia semburkan air maninya ke dalam kondom.
Sepasang kekasih tersebut saling berdekapan untuk beberapa lamanya, hingga kemudian Aldi berusaha menarik tubuhnya, berusaha untuk berhati-hati agar kondom yang membungkus batang penisnya tidak terlepas. Seperti biasanya, Mila menggerakkan kepalanya turun menuju selangkangan kekasihnya, dan dengan penuh kelembutan dia lepaskan kondom tersebut dari batang penis Aldi yang melemas. Dia peras air mani dari dalam kondom tersebut ke dadanya, lalu meratakannya ke sekujur buah dadanya sendiri. Kemudian dia jilati air mani yang tersisa di batang penis Aldi, berusaha untuk tak menyentuh kepala penisnya yang sensitif.
Aldi menyaksikan apa yang tengah dimainkan kekasihnya dengan seksama. Itu tak pernah gagal menyalakan birahinya. Mila memiliki wajah paling manis dan paling cantik, tapi dibalik itu dia adalah seoerang wanita yang liar di atas ranjang. Belum lagi kombinasi tubuhnya yang menggiurkan, buah dadanya yang meskipun kecil tapi mempunyai bentuk yang demikian sempurna, pantat yang kencang dan sepasang paha nan jenjang, kesemuanya itu merupakan mimpi basah dari setiap pria. Aldi suka cara pandang para pria terhadap kekasihnya tersebut setiap kali mereka kencan. Dia begitu sexy.
Kendati dia baru saja orgasme beberapa saat berselang, Aldi merasa ereksi kembali. Dengan enggan dia menariknya menjauh. "Aku harus pergi sekarang kalau nggak mau ketinggalan pesawat."
Mila cemberut. Dia begitu merindukan kekasihnya. "Aku harap kamu nggak jadi pergi."
Aldi menciumnya. "Aku tahu. Aku akan kembali beberapa hari lagi, lebih cepat kalau meetingku cepat selesai."
"Aku harap begitu. I love you."
Aldi mencium Mila lagi. "I love you too."
*****
Mila hanya rebahan saja di atas ranjangnya selepas Aldi pergi. Dia merasakan frustrassi secara seksual. Dia mencintai Aldi, tapi hanya saja Aldi bukanlah seorang pecinta yang handal. Jarang sekali dia raih puncak kenikmatan saat mereka bercinta. Memang dia dapat rasakan kenikmatan kala mereka melakukannya, tapi tanpa getar letupan orgasme yang sanggup membuat setiap ujung jari kakinya menekuk, selalu saja dia merasa terhempas dengan perasaan tak terpuaskan serta frustrasi. Tentu saja tak pernah dia ungkapkan semuanya itu pada Aldi. Dia tak mau melukai perasaannya. Dan untung saja dia bisa menutupinya dengan sangat baik.
Dia sudah tak berhubungan dengan Bimo sejak Bimo menikah, beberapa bulan yang lalu. Tapi bukannya Bimo tak mencobanya. Bimo terus menelponnya setiap waktu. Bahkan Bimo ingin melakukannya di malam sehari sebelum dia menikah dan waktu pesta resepsi pernikahannya, Bimo berhasil membuat Mila berada di sebuah kamar kosong hanya berdua saja dengannya dan memncumbu Mila dengan jari-jarinya. Sebenarnya tiada hentinya Bimo memohon pada Mila untuk memberinya quick blow job, tapi Mila berhasil kabur keluar dari kamar tersebut.
Itu sudah tak benar lagi, sudah melenceng jauh. Ya, selingkuh memang mengasikkan. Tapi Bimo sudah menikah sekarang dan hubungannya dengan Aldi sudah semakin bertambah serius. Sebelumnya perselingkuhan mereka tak lebih hanya sebuah permainan seks yang nakal saja dan Mila mau melakukannya karena mereka belum punya ikatan yang serius. Semuanya sudah lain sekarang.
Namun tubuhnya mendambakan tubuh Bimo. Birahinya melebihi semua rasa mendebarkan dari berselingkuh. Bimo memang seorang pecinta yang lihai. Dia tahu betul semua titik sensitif tubuh Mila dan sangat tahu cara menyentuhnya. Dan batang penisnya sungguh menakjubkan. Dia teringat sewaktu di bangku kuliah, semua temannya berkata kalau ukuran tidaklah penting. Dia selalu setuju, karena itu sudah jadi pakem yang ada di lingkungannya dan dia tak begitu tahu apa memang ada yang ebih baik dari itu semua. Setelah lulus dia mulai aktif secara seksual dan dengan cepat menyadari kalau ukuran memang berpengaruh, setidaknya bagi dirinya sendiri. Lelaki yang memiliki tubuh bagus lebih menggairahkan. Penis berukuran besar lebih nikmat dibandingkan yang berukuran kecil. Penis berukuran besar lebih menggairahkan untuk dilihat, lebih merangsang untuk disentuh dan terasa lebih nikmat saat berada di dalam tubuhnya.
Aldi seorang pecinta yang penuh perhatian, tapi dia tak handal di atas ranjang. Mila merasa bersalah memikirkannya, tapi dia tak mampu mengingkari kenyataannya. Dhia sudah berusaha mengajarinya apa yang dia senangi dalam seks, tapi itu tak sanggup membantu. Bahkan saat Aldi melakukan tepat seperti yang diminta Mila, itu tak terasa semenyenangkannya saat melakukanya dengan Bimo, ataupun saat dengan pria lain yang pernah bersamanya. Bimo mempunyai tubuh yang kekar dan tinggi besar. Aldi tidak. Dan Bimo tahu apa yang diharapkan Mila. Bimo tahu kalau Mila suka sedikit dilecehkan, Mila suka diperlakukan layaknya seorang pelacur binal.
Aldi takkan mungkin memperlakukannya seperti itu. Dia terlalu baik dan perhatian. Mila mencintai Aldi dan merasakan kebahagiaan lebih dari yang pernah dia rasa sepanjang hidupnya. Tapi jika Aldi melamarnya, apa dia akan mengatakan iya? Seks bukanlah segalanya, tapi Mila takkan sanggup menjalani hidupnya selalu merasakan tak terpuaskan.
Mila butuh sebuah pelepasan. Dia gerakkan tangannya turun menuju kelentitnya dan mulai menggesek. Dia pejamkan matanya dan dengan diiringi perasaan bersalah dia berkhayal tentang Bimo. Dengan tangan yang satunya, dia remas buah dadanya. Dia membayangkan Bimo menyutubuhinya dengan penis besarnya. Namun rasa bersalahnya semakin bertambah besar melebihi birahinya. Dia rubah fantasinya pada seorang pria yang mencoba mendekatinya di malam sebelumnya. Dia dan Aldi tengah singgah di sebuah bar untuk minum dan saat Aldi pergi ke kamar kecil, pria itu mendekatinya. Dia perkenalkan namanya, Gery. Mila coba acuhkan usaha pria tersebut, tapi itu sebelum dia amati Gery memiliki bahu yang bidang dan wajah yang jantan. Saat Gery melangkah pergi, dia berhasil meremas pantat Mila sekilas dan juga memepetkan tubuhnya, membuat Mila merasakan miliknya yang keras dan besar. Mila bayangkan Gery memaksanya ke sebuah pojok ruangan di bar tersebut yang gelap dan mulai mencumbunya. Mila semakin merasa birahinya menggelegak nakal, dia tambahkan Aldi ke dalam fantasinya. Aldi sedang mengerjai anusnya, sedangkan Gery menggasak vaginanya. Tidak, itu tak mungkin terjadi, batin Mila. Lalu dia rubah fantasinya menjadi, Gery menggoyang vaginyanya dan Aldi menjilati kelentitnya. Ya, itu lebih nyata, pikirnya dan jemarinyapun bergerak semakin cepat pada kelentitnya sendiri.
Sejenak berikutnya Mila raih orgasmenya. Tapi biarpun itu memberikannya sebuah kenikmatan, dia masih merasakan tak terpuaskan. Mila menutup wajah dengan kedua tangannya. Dia merasa begitu frustrasi, dia merasa ingin menangis.
Terdengar bunyi telpon berdering. Mila menjawabnya, mengira itu dari Aldi. Tapi ternyata itu Bimo.
"Hanya ingin tahu gimana kabarmu," Bimo memulai. "Sarah sedang pergi ke rumah orang tuanya akhir pekan ini. Aldi mana?"
Mila tahu alasan Bimo menelponnya. Untuk beberapa bulan belakangna dia masih mampu menolaknya, tapi dia teramat sangat membutuhkannya. Dia tak ingin berselingkuh lagi. Dia tak mau menghianati Aldi. Tapi hasratnya tak kunjung reda. Dengan perasaan benci yang begitu besar pada dirinya sendiri, dia berkata, "Di mana kita bisa ketemu?"
*****
Aldi naik ke pesawatnya. Dia merasakan begitu banyak emosi yang berkecamuk dalam dadanya.
Dia merasa curiga bahwa Mila punya affair dengan Bimo cukup lama. Saat mereka kira dia tak melihat, kadang dia saksikan Bimo menyentuh Mila dengan begitu intim. Belaian singkat di paha atau pantatnya, kadang sebuah senyuman penuh makna yang berlanjut dengan remasan pelan di buah dada Mila. Mila selalu mendorong Bimo menjauh, tapi dia tak pernah marah dan tak pernah mengatakan semua itu padanya.
Aldi mulai memperhatikan semua itu. Kadang, saat Mila pulang kerja, dia bisa mencium bau parfum Bimo di rambut Mila. Kadang sepulang dia pergi belanja atau nonton film dengan Bimo, dia temukan stockingnya di tempat sampah, ada bekas bercak-bercak.
Sangat mudah baginya untuk menyewa seorang detektif pribadi untuk menyelidiki Mila. Memang mahal biayanya, Tapi dia punya uang lebih di tabungan pribadinya. Dia merasa tak enak sudah menyuruh orang untuk membuntuti Mila, tapi dia harus tahu kebenarannya.
*****
Aldi mengamati foto-foto di tangannya. Semuanya dengan kualitas tinggi dan semuanya membuktikan kecurigaan Aldi.
Masih memandangi fot-foto tersebut, Aldi bertanya, "Dan kamu juga punya videonya?"
Sang detektif sewaan menunjuk pada sebuah amplop yang diletakkan di atas meja Aldi. "Ya, aku punya. Mereka pergi ke sebuah hotel, tapi gordennya sedikit terbuka. DVDnya ada di dalam amplop bersama beberapa foto lagi."
Aldi memberikan setumpuk uang pada sang detektif. "Ini seperti yang kujanjikan. Akan kuurus sendiri dari sini."
Setelah sang detektif pergi, Aldi mengunci pintu kantornya. "Lisa, tahan semua telpon untukku," ucapnya ke sebuah intercom. Dia buka amplop tersebut, dia singkirkan foto-fotonya dan menghubungkan DVD ke televisi.
Video itu dibuka dengan adegan Mila berdiri di depan Bimo, yang sedang duduk di pinggiran ranjang. Blus yang dipakainya terbuka dan Bimo tengah asik mencumbui buah dadanya. Aldi bisa menyaksikan kalau Mila memakai salah satu bra berenda miliknya. Bimo meremasi buah dadanya dan menghisap kelentitnya yang terbuka. Aldi menyaksikan saat tangan Bimo bergerak dari buah dada Mila menuju ke pantatnya dan masuk ke dalam roknya. Tangan Bimo bergerak di dalam rok Mila menuju pantatnya, menyingkapkan naik roknya melewati paha. Aldi menyaksikan Mila mengenakan garter belt berenda dan sebuah thigh high stocking berwarna hitam. Bimo meremasi bongkahan pantat Mila yang kencang. Dia sama sekali tak memakai celana dalam. Kemudian Bimo mengarahkan tangannya menuju vagina Mila. Aldi saksikan saat Bimo mulai memasukkan satu jari dan disusul dua jari ke dalam vagina Mila. Jeari-jari Bimo terlihat mengkilat oleh cairan, tampak nyata bahwa Mila sudah basah kuyup. Saat jari-jari Bimo menyetubuhinya, ibu jari Bimo tiada henti menggesek kelentit Mila.
Kedua mata Mila terpejam dan kepalanya terayun dari sisi ke sisi. Dia tenggelam dalam birahinya dan kedua kakinya yang memaki high heel terlihat mulai goyah. Jika saja tangan Bimo tak menahan pantatnya, mungkin Mila akan jatuh tersungkur.
Mila terlihat mengucapkan sesuatu, begitu pelannya hingga sulit bagi Aldi untuk dapat mendengarnya. "Fuck me, fuck me," ucap Mila berulang-ulang.
Bimo menarik tangannya menjauhi vagina Mila dan dia turunkan resleiting celananya, lalu menurunkannya hingga mata kaki. Dia pegangi batang penisnya dalam genggaman tangan.
Aldi tak bisa mempercayai ukuran penis milik Bimo. Bukan saja panjangnya, tapi juga besarnya. Aldi kira penis berukuran seperti itu hanya ada dalam film-film biru saja.
"Ini yang kamu inginkan?" tanya Bimo, mendesaknya.
Mila menunduk. "God, yes," desahnya. "Aku sangat menginginkannya." Tangannya meraih dan mulai mengocoknya.
Tangan Mila menggapai ke belakang dan dia buka pengait roknya, membiarkannya jatuh ke atas lantai. Dia dorong tubuh Bimo ke atas ranjang dan mulai menaikinya. Tangannya menggapai ke bawah dan membimbing Bimo ke belahan vaginanya. Bimo terus menggoda Mila. "Kamu sangat ingin ini, kan?"
Mila mendorong ujung kepala penis besar tersebut membelah tubuhnya. "Oh god yes," dia mengerang. Dia pejamkan matanya rapat saat dia turunkan tubuhnya ke Bimo. "Aku sangat butuh ini."
"Aldi nggak mampu memuaskanmu, benar kan?"
Dengan berusaha susah payah untuk memasukkan batang penis Bimo lebih jauh lagi ke dalam tubuhnya, dengan tersengal Mila berusaha menjawab diantara nafasnya yang berat, "Dia ? nggak punya ? sesuatu ? yang cukup ? untuk diberikan padaku."
Terlihat memakan waktu yang cukup lama bagi Mila untuk memasukkan seluruh batang penis Bimo ke dalam tubuhnya. Lalu mulailah dia menggerakkan tubuhnya naik turun dengan pelan. Gerak persetubuhan mereka semakin meningkat cepat dan tak lama kemudian semakin bertambah cepat saja. Setiap kali Mila menekan ke bawah, Bimo dengan penuh tenaga mendorong ke atas menyambutnya tanpa ampun, membuat Mila terpekik setiap kalinya. Mila menarik tubuhnya hingga hanya tinggal kepala penis Bimo saja yang terjepit vaginanya, lalu dia hempaskan turun dengan keras lagi.
Desah lenguhan Mila terdengar tanpa henti dan wajahnya menggambarkan ekspresi kenikmatan yang seutuhnya. Belum pernah Aldi melihat kekasihnya seperti ini. Kelihatannya belum pernah sekalipun dia memberikan kenikmatan seperti ini padanya.
Mila menarik tangan Bimo ke dadanya, tapi blus dan bra yang masih dia kenakan menghalangi. Dengan cekatan dia lucuti semua kancing blusnya dan menjatuhkannya ke atas lantai. Branya menyusul berikutnya dan sekali lagi dia bawa tangan Bimo ke dadanya. "Pilin putingku!" pintanya. Bimo lakukan yang dia minta. Kala Bimo terus memainkan puting buah dada Mila, Bimo saksikan kekasihnya membelai dada bidang dan lengan kekar milik Bimo. Kemudian Mila tepiskan lengan Bimo ke samping dan dia menunduk untuk mencium Bimo. Dapat Bimo lihat dari tonjolan di pipi mereka, kalau keduanya tengah saling menjelajahi mulut masing-masing.
Mila lepaskan ciumannya dan merintih, "Aku hampir keluar!" Aldi saksikan wajah Mila diselimuti kenikmatan seluruhnya saat gelombang orgasme menguasai sekujur tubuhnya. Saat di puncaknya, punggung Mila meregang ke belakang dan kuku-kuku jarinya menancap erat di dada Bimo. Bimo biarkan Mila rehat beberapa saat, lalu dia balikkan tubuh Mila hingga sekarang berada di bawah tindihan tubuhnya.
Aldi saksikan Bimo tiada henti menyetubuhi Mila dalam 15 menit berikutnya. Terlihat Mila mendekati orgasme berikutnya. Gerakan Bimo semakin cepat dan tak beraturan, dia menggeram keras, "Aku akan keluarkan di dalam!" Tepat saat Bimo mengucapkan itu, orgasme Mila meledak, dia kaitkan kakinya melingkari pinggang Bimo, menariknya lebih jauh ke dalam tubuhnya.
Bimo menggeram sekali lagi dan Aldi tahu kalau dia sedang berejakulasi di dalam rahim kekasihnya. Setiap kali dia memompa diiringi oleh geram jeritannya. Mila mulai terdengar meraungkan rintihannya saat wajahnya diselimuti aura kenikmatan sekali lagi, menggambarkan ledakan orgasme yang dia raih sekali lagi.
Tubuh keduanya saling bertindihan untuk beberapa menit kemudian, hingga Mila mendorong tubuh Bimo menyingkir dari atas tubuhnya. Dengan enggan Bimo mencabut batang penisnya dan berguling ke samping. Mila memeluk bantal dan mulai terisak.
Bimo coba merengkuh bahunya, namun Mila menepisnya. Masih tetap menangis, dia berlari menuju kamar mandi. 10 menit berikutnya Aldi dengarkan suara air shower. Saat Mila muncul, dia terlihat begitu segar setelah mandi dengan sebuah handuk membalut tubuhnya. Matanya masih terlihat merah sehabis menangis.
Dia duduk di pinggir ranjang, wajahnya dia tutupi dengan kedua tangannay dan mulai menangis. "Aku harus hentikan ini semua," isaknya. "Aku mencintai Aldi. Aku nggak mau menghianatinya lagi."
Bimo terlihat tak bergeming oleh kesedihan Mila. Dia tetap rebah di ranjang dan mulai menyalakn sebatang rokok. Batang penisnya kini melemas, tapi masih saja terlihat begitu besar di selangkangannya. "Mila, biar bagaimanapun kamu harus menerimanya. Aldi nggak akan pernah bisa memberikan apa yang kamu mau."
Mila menoleh ke arah Bimo dengan menantang. "Aku mencintainya!" tekannya.
Bimo memegang batang penisnya sendiri dan mulai mengocoknya. Batang penisnya meuali mengeras kembali. "Ini yang kamu inginkan, Mila. Hal ini tak akan pernah berubah denganmu. Aku nggak bilang kalau harus denganku. Tapi aku sangat mengenalmu. Kamu butuh penis besar dengan teratur. Kamu sangat menginginkannya. Kamu nggak akan bisa bahagia dengan Aldi si penis kecil."
Mata Mila berkilat marah. "Diam, bajingan! Jangan memanggilnya begitu!" Mila biarkan handuk yang melilit tubuhnya jatuh ke lantai dan mulai memakai rok dan blusnya, lalu memasukkan lingerienya ke dalam tas kecilnya. Sambil memakai high heelnya, dia berucap, "Dan nggak perlu repot menelponku. Nilai lebih dari persahabatan kita ini sudah berakhir. Dan persahabatan kita yang sesungguhnya akan benar-benar berakhir kalau kamu coba ucapkan sesuatu yang seperti itu lagi."
Bimo tertawa dan mendekati Mila. "Ayolah, kamu tahu kalau aku hanya bercanda. Aku suka Aldi. Aku hanya ingin kamu bahagia." Dia bergerak ke belakang Mila dan menekankan batang penisnya yang keras ke pantat Mila. "Aku tahu kalau kamu nggak akan bisa bahagi dengan Aldi. Aku nggak ada persoalan pribadi dengan Aldi. Seperti yang aku bilang, aku suka Aldi. Hanya saja dia nggak punya barang seperti." Bimo menciumi leher Mila dan merangkulkan tangannya melingkari tubuh Mila, lalu dia tangkap buah dadanya. Dia susupkan tangannya memasuki blus Mila dan memilin putingnya yang langsung saja mengeras. "Kamu nggak akan bahagia bersama Aldi. Dia nggak tahu bagaimana cara menyentuhmu, seperti yang kulakukan."
Mila coba melepaskan diri. "Nggak, Bimo, hubungan kita sudah selesai."
"Kamu nggak serius." Bimo menggapai ke bawah dan menaikkan ujung rok Mila. Dia jepitkan penisnya di antara paha Mila yang panjang dan indah. "Kamu menginginkan ini." Mila membuka pahanya secara naluriah dan dia tercekat saat ujung kepala penis Bimo menyentuh bibir vaginanya. "Kamu butuh ini."
Mila ingin pergi, tapi tubuhnya sendiri menghianatinya. Terlalu banyak malam yang penuh dengan ras frustrasi dan seks yang tak memuaskan bersama Aldi. Birahinya yang membuncah membuatnya mendidih dan seks sebelumnya tadi dengan Aldi belum mampu meredakan itu semua. Berkebalikan dengan rasa jengkelnya terhadap Bimo, dia rasakan tubuhnya merespon Bimo.
Aldi saksikan Mila melemparkan kepalanya ke belakang dan Bimo mendorong lidahnya memasuki mulut Mila yang menunggu. Bimo berhasil melucuti semua kancing blus Mila dan langsung memainkan buah dada beserta putingnya. Mila menggapai ke bawah dan coba membimbng batang penis Bimo untuk memasukinya. Tapi keduanya kehilangan keseimbangan dan terjerembab ke atas kasur. Kemudian Bimo mulai memasukinya dari belakang, langsung menguburkan seluruh batang penisnya dalam sekali dorongan. Untuk 20 menit berikutnya, Bimo menyetubuhi Mila dengan bermacam variasi posisi, memberi Mila dua kali ledakan orgasme lagi. Mila tak melawan saat Bimo keluarkan air maninya di dalam vaginanya lagi.
Aldi hentikan DVD tersebut. Begitu banyak konflik emosional yang berkecamuk dalam kepalanya. Tapi ada sesuatu yang harus dia lakukan, segera. Dia putar ulang video tersebut dan menyalakannya lagi di saat bagian di mana Bimo berkata, " Aldi nggak mampu memuaskanmu, benar kan?"
Kemudian Aldi keluarkan batang penisnya yang sudah demikian keras dan mulai mengocok penisnya sendiri.
*****
Bagian 4
Beberapa minggu kemudian...
Mila mengocok batang penis Bimo dengan pelan. Dia sudah tak mau lagi mencoba menolak apa yang dibutuhkan tubuhnya. Dia memang telah jatuh cinta pada Aldi, tapi tetap saja dia butuh tubuh kekar dan penis besar milik Bimo. Selalu saja dia merasa bersalah setelahnya, tapi dia tak mampu mencegah dirinya, apalagi dengan Bimo yang selalu saja ‘menyerangnya’ setiap saat.
Dia amati penis dalam genggaman tangannya, terpukai dengan panjang dan besar ukuran batangnya. Terlihat indah dan menakutkan disaat yang bersamaan. Saing besarnya, genggaman tangannya tak bisa menggenggam sepenuhnya dan saking panjangnya membuat dia selalu saja tak percaya bahwa dia bisa memasukkan itu semua dalam tubuhnya. Buah zakarnya begitu kencang dan besar, yang membuatnya masuk akal karena Bimo selalu berejakulasi begitu banyak.
Bimo menyeringai melihat Mila. "Kamu memang sangat sayang sama penisku, ya?"
Mila tak menjawab, sebagai responnya batang penis dalam tangannya tersebut dia masukkan ke dalam mulut.
Tapi Bimo mendorongnya menjauh. "Jawab pertanyaanku, Mil," perintahnya. "Kamu memang sangat cinta sama penis besarku, kan?"
"Kamu tahu aku cinta," Mila merajuk dan dia masukkan lagi ke dalam mulut.
"Gimana rasanya saat Aldi menyetubuhimu, setelah kamu bersamaku? Apa mungkin kamu bisa merasakan penisnya di dalammu?"
Mila melirik Bimo dengan pandangan jengkel, tapi kemudian dia menunggangi Bimo dan mengarahkan ujung penis Bimo ke vaginanya. "Jangan bertingkah brengsek. Setubuhi saja aku."
Bimo dorongkan seluruh batang penisnya memasuki Mila. "Begini?"
"Uhhh, god, ya, begitu," Mila menggeram.
Bimo tarik keluar dan kemudian dengan cepat menusukkan masuk kembali. Bersamaan dengan itu dia pilin puting Mila. " Begini?"
Mila tangkup tangan Bimo dengan tangannya sendiri, mengarahkan cumbuannya. Dia pejamkan mata serapat mungkin saat Bimo semakin mempercepat tusukannya dengan intens. "Lebih keras ? dorong ? lebih ? keras."
"Kalau Aldi melamarmu, apa kamu terima?"
"A ? aku rasa iya," Mila berusaha menjawab di sela sengal nafasnya, begitu larut oleh persetubuhan kasar yang diterimanya. Da sudah begitu dekat.
"Tapi aku masih boleh menikmati tubuhmu, kan?"
"Uhhh ? aku ? aku belum tahu."
Bimo dapat merasakan Mila sudah hampir sampai. Dia mengocoknya tanpa ampun, menggesekkan penis besarnya pada titik g-spot Mila dibarengi dengan memilin puting Mila tiada hentinya. Mila menjerit lepas dan tubuhnya menegang saat dia raih puncak kenikmatannya.
Mila ambruk di dada Bimo. Dia terus mengocok Mila dengan gerakan pelan dan panjang. Selang beberapa menit Mila merasakan birahinya bangkit kembali. "God, dia sungguh hebat," batinnya.
Seakan bisa membaca pikirannya, Bimo bertanya kembali, " Aku masih boleh menikmati tubuhmu, kan?"
Mila merasakan ribuan kupu-kupu menari di perutnya dan terus mengembara ke setiap sendi perasanya. Bimo sungguh membuatnya mabuk kenikmatan. Tapi dia tak menjawabnya, dia tak tahu harus menjawab apa dan tak mau menghianati Aldi lebih jauh lagi.
Bimo tersenyum dalam hati. Mila tak perlu menjawab, dia bisa merasakan dari setiap gerak tubuhnya bahwa dia bisa mendapatkan tubuh Mila kapanpun dia mau. Itu sangat hebat, karena Mila adalah wanita paling seksi yang pernah dia kenal dan dia sangat suka menyetubuhinya, terlebih lagi sekarang ini sejak kehidupan seksnya dengan Sarah mulai terasa membosankan.
*****
Mila tiba di rumah begitu larut malam itu. Aldi sudah menunggunya di atas ranjang.
"Hai, sorry aku terlambat, kerjaan di kantor menahanku lebih lama dari yang kuperkirakan," dustanya. "Aku mau langsung mandi sebentar." Dengan sigap Mila melepas pakaiannya dan langsung menutup pintu kamar mandi.
Aldi turun dari ranjang dan mengambil pakaian Mila dari keranjang pakaian kotor. Dia dekatkan blous tersebut ke hidungnya. Bisa dia cium aroma cologne Bimo di situ. Dia periksa stocking Mila yang tergulung hingga lutut. Lalu dia pungut celana dalam Mila. Jemarinya menelusuri permukaan kain sutera berenda tersebut. Bagian selangkangannya basah. Dia mengartikannya bahwa Mila membiarkan Bimo keluar di dalam lagi.
Mila tak memakai birth control. Aldi tahu kalau dia lebih memilih untuk mengatur periode masa suburnya. Pil birth control akan membuat berat tubuhnya melonjak naik. Aldi tak keberatan. Selama masa ‘amannya’ Mila memperbolehkannya keluar di dalam. Saat dia dalam periode subur, Aldi memakai kondom, atau lebih seringnya, mengeluarkannya di luar.
Tapi Aldi tahu kalau sekarang bukanlah periode bulan ‘aman’ bagi Mila. Tapi juga bukan periode yang paling subur, tapi ini sangatlah beresiko tinggi. "Apa dia nggak khawatir hamil?" pikirnya.
Aldi merasa cemburu dan sakit. "Bimo punya penis yang lebih besar dibanding aku, dia lebih membuatnya puas," batinnya. "Dia lebih memilihnya daripada aku. Dia biarkan Bimo menidurinya setiap saat dan membiarkannya keluar di dalam. Mungkin dia mau denganku karena Bimo sudah menikahi wanita lain. Mungkin dia berharap Bimo menghamilinya dan dia bisa memakai bayinya agar Bimo meninggalkan Sarah dan menikahinya."
Aldi merasa tercampakkan. Dia mencintai Mila. Dia wanita yang sempurna. Rambut indahnya, wajahnya yang secantik foto model, buah dada yang berukuran tepat, perutnya yang rata dan pantatnya yang demikian kencang serta sepasang kakinya yang menakjubkan. Begitu jenjang dan halus mulus seakan sepasang kaki boneka.
Aldi mencintainya dan tak ingin kehilangannya. Tapi kini Aldi sudah kehilangan dia. Mila lebih memilih Bimo di ranjang dari pada memilihnya.
Dia merasa nafasnya menjadi berat. Untuk sebuah alasan, bayangan Mila bersama Bimo membuatnya terangsang. Dia kesal pada dirinya karena perasaan tersebut. Bagaimana bisa Mila tidur dengan pria lain bisa membuatnya terangsang? Tapi itulah yang terjadi.
Merasa jijik pada dirinya sendiri, Aldi menggapai ke bawah dan mengeluarkan batang penisnya. Dia mulai bermasturbasi. Dia pejamkan mata dan membayangkan adegan dalam DVD Mila dengan Bimo. Dia mengingat Bimo yang mencumbui buah dada Mila dan jarinya yang menelusuri thigh high suteranya. Dia mengingat bagaimana Mila yang membalas lumatan bibir Bimo dengan begitu bernafsu. Dia mengingat bagaiman ujung tumit sepatu Mila yang tertancap di pantat Bimo yang berotot kala dia menggoyangnya. Saat itulah Aldi berejakulasi, menyembur pada selembar tisu.
Dia rebah ke atas ranjang. Perasaannya begitu berkecamuk, cemburu dan perih bercampur dengan rangsangan birahi. Tapi yang dia tahu dan sangat meyakininya, dia mencintai Mila.
Mila naik ke atas ranjang dan meringkuk dalam pelukan Aldi yang menunggunya. "I'm sorry I'm so late," ucapnya lagi.
"That's okay," jawab Aldi. Dia mencium lembut bibir Mila. "I really love you. Do you love me?"
Mila memeluk Aldi semakin erat. "Tentu saja aku sangat mencintai kamu."
Aldi menggapai ke belakang tubuhnya dan mengeluarkan sebuah kotak kecil. Dia membukanya, mengeluarkan sebuah cincin tunangan berhiaskan permata dari dalamnya.
"Mila, will you marry me?"
*****
Thursday, November 28, 2013
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment