Tag : Cerita Swinger , Cewek Bispak , Cerita Dewasa , Cantik
, Cewek , Sex , Panas , Tukar Pasangan ,
Perek , Selingkuh
Cantik, sexy & berani, itulah aku. Ga tinggi-tinggi
amat, berat 160cm, beratku 48an kg, bra 34C, ga gede-gede amat sih, tapi ga
kecil juga. Body ramping. Muka oval, oriental asian face… dengan rambut panjang
sepunggung yang di cat dark brown.
Sebelumnya kenalin, namaku Vivy, umurku 26thn, married
dengan cowok yang sanggup memenuhi semua kebutuhanku. Namanya Hendra, berumur
32 tahun dan seorang Bisnisman yang selalu sibuk dengan segala macam urusannya.
Sebelum married, aku ga punya kerjaan tetep, kadang aja ada
yang nawarin kerja sebagai SPG, mulai dari Rokok ternama sampai produk
Automotive. Kadang-kadang ada yang meminta untuk handle penjualan/pameran
property. Selama fee-nya kurasa sebanding, aku ga menolak. Aku ga betah bekerja
terikat di suatu perusahaan, lebih suka bebas. Sampai aku married, my hubby
memintaku untuk pensiun dan stay at home.
Aku tinggal di kawasan pemukiman yang terbilang elite dengan
segala macam fasilitasnya. Rumah kami pun bertype tunggal dengan halaman yang
cukup luas. Aku merasa nyaman dengan kehidupanku, terkecuali jenuhku yang
belakangan datang melanda. Aku terbiasa hidup bebas, bekerja, jalan-jalan, shoping,
hangout sampai dugem. After married, my hubby melarangku untuk “mengulangnya”.
Pernah suatu ketika aku memohon kepadanya untuk
mengijinkanku bekerja, dia hanya menjawab, “You’re mine now, beibs…” My hubby
cukup tahu pekerjaanku di waktu silam, mungkin juga segala keliaranku. Aku pun
menghargainya karena dia mau menerimaku apa adanya dan juga takut kehilangan
semua yang kunikmati sekarang. Diapun tak mempersoalkan kesucian diriku karena
aku sudah berkata sejujurnya. Bekerja sebagai “contract girl” menuntutku dan
menyeretkan untuk melakukan apa saja demi fee atau bayaran yang kuterima.
Yupps… aku pernah tidur dengan beberapa orang, aku rela berpakain seronok
sesuai pekerjaanku, bahkan… aku rela difoto bugil untuk beberapa klub
fotografer mesum yang berkedok sebagai “fotografer”, hihihi.
Di rumah, aku tinggal seorang diri. Rumah besar dengan
segala macam perabotannya. Hanya seorang pembantu dan suaminya yang menempati
kamar di belakang yang merawat dan membersihkan rumahku. Aku sendiri tidak
perlu bekerja di rumah, sudah ada yang mengurusku. Jadilah aku seorang house
wife yang lonely. My hubby sering pulang malam dari tempatnya bekerja.
Terkadang memeriksa laporan keuangan dan transaksi atau juga menemani beberapa
client, sekedar makan malam atau mencari hiburan di pusat kota
bersama clientnya.
Jika malam menjelang, aku hanya duduk sendiri di ruang
tengah ditemani rokok dan segelas wine ataupun sekedar minuman hangat. Sering
gairahku tiba-tiba melonjak dan aku hanya bisa menahannya. Paling hanya
menelpon my hubby dan bertanya ada dimana dan kapan pulang.
Seperti malam ini, aku menelponnya.
“Hi, honey… where are you?”
My hubby bilang dia sedang berada di pusat kota
menemani client makan malam dan menyenangkan hati mereka.
“Oww… with some chicks honey?”
“Yup, honey… for my client, not for me,” kilah my hubby. “Ga
ada apa-apanya dibanding kamu,”
Yah… setidaknya my hubby jujur mengatakan posisinya berada
dan ga sembunyi-sembunyi mengunjungi tempat-tempat seperti itu. Tiba-tiba
terlintas ide di kepalaku.
“ You know honey, let me entertaint you, tonight.”
“How? I’m still stuck here,” My hubby bingung.
“I’ll come for you, only half hour to prepare and half hour
again to get there.”
“Ga usah, beibs… its okay, I’m fine here.”
“Hey… Cuma nambah satu chick lagi kan ,
spesial chick for you, only for you. You said you can’t enjoy the party becouse
I’m more than them, come on baby…” aku merengek kepada my hubby. Akhirnya my
Hubby menyerah dan memberitahu posisinya dan roomnya. Dia akan mengirimkan mobil
dan sopirnya segera.
Aku langsung berlari menuju kamarku, aku mengambil gaun
pesta pendek, well… sedikit menerawang. Karena pada dasarnya aku sudah horny,
sengaja aku mengambil gaun yang menurutku paling sexy. Gaun tipis dari bahan
chifon tipis yang diikatkan pada tengkuk leher, terbuka di bagian depan hingga
perut, pentupnya hanya helaian kain bagian depan yang menutup my boobs.
Totally backless… hanya menutupi bongkahan pantat ke bawah
dengan longgar, tidak ketat dan berkibar karena bahannya tipis, belahan
pantatku terlihat dan menyembul karena dressnya aku tarik ke bawah. Aku pakai G
string merah dengan T-back pengikat tali pinggang dan selangkangan dari bahan
perak mengkilap. Ketika kukenakan T-Back di atas belahan pantatku melewati gaun
yang menutup pantarku. Well… so bitchy tonight. Aku ingat ketika aku masih
lajang dan suka hangout bersama gank-ku dulu dan memakai pakaian sexy begini.
Tak lupa aku membawa pakaian kejutan buat my hubby.
Tapi… sepertinya aku butuh sedikit “tester” deh. Hmm… di rumah
tidak ada korban. Tidak ada ide lagi, akhirnya aku berteriak dari ruang tengah
setelah lampu ruangan tengah kunyalakan dan terang benderang, “Bang Mamattt…”
aku memanggil suami pembantuku.
Bang Mamat datang tergopoh-gopoh. Aku sengaja berdiri membelakanginya
sambil menghadap cermin besar di ruang tengah. Aku tahu Bang Mamat sudah
berdiri di belakangku. Kubiarkan dia sejenak menikmati pemandangan indah.
Usianya sekitar 40 thnan dengan badan kurus, tapi sejenak aku melirik ke bagian
bawah tubuhnya dan tersenyum melihat ada tonjolan di balik sarungnya. Dari
belakang, aku seperti tidak mengenakan apapun dari punggung ke bagian bawah,
bahkan belahan pantatku sedikit terlihat ditutupi tali G-String. Bang Mamat
rupanya salah tingkah melihatku seperti itu. Yess... sudah cukup OK sepertinya.
Kurasa cukup dan aku lalu berkata, “Bang, saya pergi ya mau
jemput Bapak… tolong kunci pintunya yah. Saya bawa kunci cadangan, nanti
gampang bisa masuk sendiri.” Aku bisa sih mengunci sendiri tapi sengaja aku
panggil Bang Mamat untuk sekedar pamer body dulu. Aku berbicara sambil terus
membelakangi Bang Mamat
“I-iya, Nya…”
Aku langsung membalikan badanku dan berkata, “Ayo anter saya
ke gerbang depan…”
“Sekarang, Nya? Tidak ganti baju dulu?” dengan gugup bang
Mamat bertanya.
Aku tersenyum mendengar pertanyaannya, ohhh… alangkah
lugunya, tidak mengerti model clubbing dress yang aku kenakan ini. “Kenapa?
Baju ini jelek?” aku memancingnya.
“Tidak, Nyonya… bu… bukan begitu… saya kira ini baju rumah…”
tukas Bang Mamat.
“Ohh… ini baju pesta, udah agak lama sih jarang saya pake,
nanti akan sering-sering saya pake baju-baju yang model begini. Bagus ga?”
“I-iya, Nya…”
“Ya sudah, antar saya ke depan dan buka pintunya,”
“Ba-baik, Nyonya…”
Bang Mamat berlari ke pintu dan membukakannya untukku. Mobil
jemputanku belum datang, aku mengobrol dengan Bang Mamat di pintu pagar sambil
menunggu mobil. Aku melihat jakun lelaki 40 tahun ini trus menerus meneguk
liurnya, entah apa yang dipikirkannya saat ini.
Mobil jemputanku tiba dan aku duduk di belakang. Pukul 22.00
malam, jalanan Jakarta tak seberapa
macet. Aku tiba di club M di kawasan Kota .
Mobil tidak bisa mengantarkanku sampai di depan teras lobby gedung, terpaksa
aku harus berjalan sedikit untuk masuk ke gedung. Aku merasa gugup ketika
berjalan dari mobil hingga lobby gedung. Semua mata memandangku tajam, seperti
aku ga memakai busana sama sekali. Memang busanaku lebih cock dipergunakan
untuk suasana yang lebih intim… Tetapi aku malah merasa horny diperhatikan
banyak pria, terasa G-stringku sudah mulai basah. Beberapa anak muda yang akan
hangout malah mengapitku dan menegurku.
“Mbak, sexy-nya gila… boleh minta fotonya donk…”
Sebelum sempat menjawab ada seseorang yang menarik tanganku
dan mendekatkan mukanya serasa mengarahkan kamera ponselnya… aihh, kaya artis
aja. Hihihi. Mereka dengan ramah menjulurkan tangannya dan kusambut. Mereka
memperkenalkan diri satu persatu dan aku menyebutkan namaku.
“Yuk, anterin aku masuk, dah ditunggu nih,”
“Yah… kirain free,”
Aku sedkit menggodanya dan berkata, “I’ll be arround,”
Aku tertarik dengan salah satu dari mereka, namanya Markus.
Aku merapatkan badanku dengan badannya dan dia memeluk pinggangku seraya
berjalan ke arah lift. Salah seorang GRO menyambut kami dan menunjukan sofa di
sudut yang temaram dan nyaman. Aku duduk sebentar mengobrol dengan mereka.
Beberapa dancer topless tengah meliukkan badannya di atas panggung, aku sedikit
bergoyang walaupun masih duduk di sofa empuk kami. Bagian bawah dressku
tertarik hingga sudah tidak bisa menutupi G-String yang ada di selangkanganku.
Aku cuek saja…
Kalo Lampunya terang sudah pasti mereka dapat melihat rambut
vaginaku dan bibirnya karena g-stringku tipis dan mini. Aku sedikit menggoda
mereka dengan mengangkat pantatku, berdiri agak menungging dan menundukan
badanku seolah mengambil menu minuman yang ada di meja. Well, alhasil my Boobs
menggantung dengan bebas. Markus menarikku untuk duduk di pangkuannya hingga
aku terjatuh dipangkuannya.
“Ouwwhh, nakal yah…”
“Yup… Gw pingin nakal bersamamu,”
Aku menikmati sentuhan tangan Markus yang bergerilya
mengusap perut dan naik ke arah boobs-ku.
Tiba-tiba ponselku bergetar dan kulihat ada message dari my
hubby menanyakan keberadaanku. Aku balas dan bilang masih di rest room. Aku
berbalik ke arah Markus dan mengecup bibirnya.
“I have to go, don’t go anywhere, I’ll be back for you,”
“Okay, I’ll be here,”
Aku berdiri merapikan dress ku dan berlari ke rest room
sekedar memeriksa make up dan merapikan dress ku. Aku segera keluar dan bertanya
ke waiter ruangan VIP my Hubby. Sang Waiter mengantarku ke VIP Room yang
dimaksud. Tanpa mengetuk pintu aku segera masuk.
“Hi, honey,” Aku menghambur ke pelukan my Hubby. Aku
mengecup bibirnya sebentar dan melihat ke isi ruangan. Dua orang Streap Dancer
yang kutahu setelah berkenalan, Sisy dan Vina yang sedang meliukkan badannya,
tinggal bra dan celana dalam yang melekat di badannya. Tiga orang lelaki (salah
satunya my hubby) dan dua orang LC masing-masing mengapit mesra kedua rekan
bisnis my hubby. Aku masih berdiri dan sambil membukukkan badanku aku menyalami
mereka satu persatu. Sekedar show body dulu, hihihi. Aku bercakap-cakap ringan
sambil berdiri dan sedikit membungkukkan badanku. Payudaraku sudah menggantung
kemana-mana, I feel so sexy tonight.
“Oww… Mr. Hendra Wife, nice to meet you, you’re look
wonderfull.”
Mr A Siang dan Mr. Rudy. Ada Rika dan Lusi yang
masing-masing mengapit mereka. Aku tersenyum melihat pakaian mereka sudah
bertebaran di sudut lantai, hanya mengenakan Bra dan CD saja. Mata mereka tak
pernah luput dari melihat tubuhku. Aku tersenyum bangga dan tambah horny.
‘Honey, kanapa ga order cewek nih buat nemenin?” Aku liat my
hubby duduk sendiri.
“Because of you,”
“Oww… Is it right? I have something special for you,” tukasku.
“Apa tuh?”
“The other side of me,”
“What??” My hubby rupanya tidak terlalu mengerti.
“Hmm… you look so sexy tonight, almost nude, malah ga usah
pake baju aja kali.”
My hubby berusaha protes kepadaku.
“Boleh?” Aku langsung balik bertanya
“Apanya yang boleh, kamu mau naked di sini, jangan gila
donk.”
“Okay honey, if u said No, I’ll follow everything you said
to me, OK.” Tanganku sedikit bergerilnya di selangkangan suamiku… oww, sudah
mengeras rupanya. “You like it, right?” aku bertanya.
“What?”
“My Dress, tonight…”
“I’m Jelouse, but… I feel excited too, I have hot wife.”
“I’ll service you, tonight.”
Party terus berjalan, kami meminum coctail dan memesan
beberapa macam minuman lagi diselingi canda tawa. Aku duduk di pangkuan suamiku.
Aku memberikan sinyal kepada dua orang dancer di depan kami untuk mulai
menanggalkan CD dan bra mereka.
Mereka dengan gaya
erotis menanggalkan bajunya, sementara aku menggoda Sisy dan Vina untuk
menanggalkan pakaian dan berteriak kepada mereka untuk berusaha merayu Mr.
Asiang dan Mr. Rudy untuk melepas kemeja mereka. Mereka menurutinya dan
langsung mendekam di pelukan A Siang dan Rudy. Keliatannya my hubby sudah agak
mabuk, A Siang dan Rudy sedang asyik dengan mainan mereka, 4 girls melawan 2
man, hihihi. Aku memberikan aba-aba kepada salah seorang dancer di depan untuk
mendekat dan mengerjain my hubby.
“It’s OK, honey… Just foreplay… not intercourse,” aku
meyakinkan Hendra.
Sisy segera memberikan lap-dance di tubuh suamiku dan aku
berbisik untuk membuka celana suamiku. Pada awalnya My hubby menolak. Aku
mengerti, rupaya my hubby belum sepenuhnya naik. Aku maju dan dance bersama
Vina. Kami saling memegang, meraba dan tertawa. Mr A Siang yang melihatku
begitu langsung berdiri dan menarik simpul ikatan dress di leherku. Bajuku
langsung jatuh ke bawah karena tidak tidak ada lagi simpul lainnya yang
menahan.
“Oww… Mr. Asiang, malu ahh…” aku hanya berteriak kecil
sambil menutupi kedua boobs ku. Aku tarik kembali bajuku dan tetap memeganginya
menutupi payudaraku. Bisa saja aku tidak menutupi tubuhku, tapi aku pikir
terlalu dini to be naked.
A Siang tertawa dan Rudy ganti mendekat dan merangkulku
untuk mengajakku menari. Aku menari melenggokkan badanku bersama Mr. Rudi.
Laki-laki itu memeluk pinggangku erat.
Aku terus menari di sekililing ruangan dan berjalan hilir
mudik. My hubby dengan mata sayu menatapku, antara mabuk dan horny. Tanpa sadar
celananya sudah melorot ke bawah dan penisnya yang mengacung tegak dipegang
oleh Sisy. Gadis itu mengelus-elus penis Hendra dan dengan gerakan erotis mulai
mengulumnya.
“Teruskan, Sy… buat sampe klimas.” tukasku.
Mr. A Siang menyergapku dari belakang. “Yeah, Vy… angkat
tanganmu.”
Dia memegang pinggangku dan memeras kedua boobs ku. Aku
lepas dress ku dan membiarkan jatuh ke lantai. Yupp… aku sengaja ingin
memperlihatkan kepada My hubby tercintaku ketika dicumbu dengan orang lain. Aku
melirik penis suamiku yang makin keras dan panjang. Mr. A Siang berusaha untuk
memasukkan tangannya ke dalam G-String yang masih kupakai. Namun selalu
kutepis. Sempat melorot sedikit tapi aku naikkan lagi. Sebenarnya aku sudah
terangsang berat, tapi aku tidak ingin dicumbu terlalu intim, Aku menjaga
perasaan Hendra. Kulihat mata Hendra makin sayu dan aku berpikir, inilah
saatnya.
Aku permisi dulu kepada A Siang untuk menghampiri suamiku.
Aku berjalan mendekati Hendra, aq turunkan G-Stringku, kuminta Sisy berpindah
ke samping dan kuminta Vina juga mendekat. Aku sudah telanjang bulat. Aku minta
Sisy dan Vina memeluk badan suamiku dari samping kiri dan kanan.
“This time, honey…” aku berbisik.
“Yeachh, I want to fuck u here babe…”
“Yes you will…”
Aku mengangkang di depan suamiku, kutarik celananya hingga
terlepas dengan penis yang mengacung tegak ke atas. Masih mengkilap karena
habis dilumat oleh Sisy. Vina dan Sysy menjilati tubuh Hendra dengan rakusnya.
Dengan perlahan aku merendahkan posisiku dan beberapa detik kemudian…
Jleebb…!!! Seluruh batang penisnya terbenam di vaginaku.
“Oucchhhh,” Hendra melenguh.
“Acchhh…” aku menjerit. Aku memompa sekuat tenaga dengan
gerakan naik turun dan maju mundur…
“ Fuck me harder honey…”
Tubuhku terguncang guncang…
Plak… Plak… Plak… Bokongku beradu dengan paha suamiku. Vina
dan Sisy merangkul Hendra sambil menjilati dada dan puting Hendra.
Akhirnya badan kami sama-sama kejang dan… “Seerrrrrr!!!“ Aku
mendapat puncak kenikmatan duluan.
“Crotttt… Crott… crotttt...” Sperma suamiku menyemprot ke
dalam liang vaginaku tak lama kemudian.
Selama 2 menit kami terdiam.
“Gimana rasanya honey, fucking your wife dan orgasme dengan
diapit 2 bidadari cantik?”
“You’re a wild rose, babe… Still wild until now,”
“Yup, honey… Rose is Rose, never be a Jasmine. Kombinasi
antara keindahan dan sifat liarnya. Yeach babe, for you I’ll be everything you
want. Kalo kamu memintaku untuk duduk diam dan mekar di taman dan kerajaanmu,
aku akan menurutinya. Tapi kalo kamu biarkan aku terbang dan berkembang seperti
tadi, aku siap menjalaninya. Aku tetap milikmu, no one can touch me deeply like
you. Nikmati saja sensasinya.”
“OK baby, I’ll let u fly… wherever you want to go… whatever
you wanna be…”
“Thank you, honey… I promise I’ll be yours forever.” Aku
menciumnya dengan mesra. Tak sadar jika penisnya masih menancap di vaginaku dan
baru tersadar saat lendir cintanya mulai merembes keluar.
Segera aku lari ke rest room, membersihkan sisa-sisa sperma
di dalam vaginaku. Aku baru ingat di tasku aku membawa lingerie sebagai pakaian
ganti. Aku segera keluar dan aku tersenyum melihat pemandangan di dalam ruangan.
Mr. A Siang dan Mr. Rudy tak mau kalah, mereka asyik bercinta dengan LC mereka.
Disaksikan oleh Sisy dan Vina.
Aku segera mencari dan mengenakan G string ku dan aku
menarik My hubby keluar room.
“Oh, Shit… kamu ga pake sesuatu dulu untuk menutupi tubuhmu?”
“It’s OK, honey, you’ll see…”
Sebelum married, aku sudah beberapa kali hangout di tempat
itu dan sudah tahu benar acara apa yang sedang berlangsung di hall.
Tebakanku tak salah, di atas panggung, para dancer sedang
meliukkan badannya tanpa sehelai benang pun dan di bawah… beberapa dancer
menjajakan minuman Ladies Drink mereka, hanya memakai g-string dan topless…
“You see, honey… I look like them. Jika aku bugil pun, aku
tidak akan mencolok sedikitpun…”
“I see,” gumam Hendra.
“Lets have some fun here… biarkan A Siang dan Rudy
menuntaskan birahinya di room.”
Kami mengitari panggung untuk mencari meja kosong, tapi
pengunjung sedang padat dan kami tidak mendapatkannya. Akhirnya aku tarik
tangan my hubby ke tengah hall dan here we are… Dance dengan tubuh rapat . Aku
hanya mengenakan G-String saja dipeluk oleh Hendra dari belakang. Tangan Hendra
mengelus boobs ku dan nafsuku kembali naik. Kami dikelilingi oleh orang-orang
yang berdecak kagum melihat tubuhku yang telanjang ini. Beberapa orang dengan
iseng mencolek beberapa bagian tubuhku, aku biarkan saja. Dengan gerakan erotis
aku mengangkat tangan ke belakang dan memegang kepala my hubby dari depan. Ada
yang tidak tahan di tengah kerumunan tiba-tiba meremas payudaraku dan
menjilatnya. Aku hanya mendesis…
“Honey, I think I want more,” aku berbisik.
“Let me rest for a while… at least 1 hour, beibs.”
“I know how make u fresh and mood again. Just stay there,”
aku menunjuk suatu tempat di samping pilar. “I’ll be back, just watch me where
I’m going,” kataku tersenyum dan mengecup bibirnya.
Aku meninggalkan Hendra dan berjalan ke meja pojok. Meja itu
sudah penuh dengan botol dan gelas serta tempat es batu. Sofanya penuh dengan
pasangan gerombolan Markus dan kawan-kawannya, asyik bermasyuk ria dengan
beberapa orang LC.
Aku menghempaskan pantatku di sofa itu.
“Hi, I’m back…”
Markus takjub melihatku yang bertelanjang dada. “Wow, Vy…
you look great!!”
“Can I have some drink here?”
‘Sure, Vy… just order whatever you want.”
“No, cukup ini saja.”
Aku bangkit membelakangi Markus menghadap meja, menunduk dan
mengambil gelas, es batu dan menuangkan Blue Label. Pantatku persis berada di
depan Markus. Belum selesai aku menuangkan minuman, aku sudah ditarik dan jatuh
terduduk di pangkuan Markus.
“I want you tonight,” Markus berbisik.
“Now?” aku tersenyum menjawabnya.
“Yeah, now…”
Aku membalikkan badan dengan manja dan bergelayut di
lengannya. Markus menciumku dan tangannya dengan nakal langsung menyusup ke
dalam G Stringku…
“Ouchh…” aku menjerit kecil ketika jemari Markus masuk ke
dalam liang vaginaku.
Aku kuatir Hendra akan melihat ini dan aku juga kuatir aku
tidak dapat mengontrol diriku. Aku naik di tengah sofa sambil menghadap suami
yang berada di ujung pilar, membelakangi suamiku yang melihat dari kejauhan.
Aku melihat kesempatan ini, aku bisa intercourse dengan Markus tanpa terlihat.
Aku membuka zipper celana Markus, membuka dan memelorotkannya sedikit. Batang
penis Markus mencuat, aku sibakkan G-Stringku di bagian bibir vaginaku dan
segera kupasang posisi kepalanya tepat disitu. Lalu aku menghentakannya ke
bawah kuat-kuat.
Jlebb…!!!
“Ouchh…” aku menjerit dan mulai menggoyang perlahan.
“Mainkan pinggulmu,” aku berbisik ke arah Markus.
Aku menaik turunkan pinggulku perlahan. Aku tahu, tidak akan
terasa nyaman berhubungan sex dengan cara seperti ini, jadi aku hentikan saja.
“Another day, another time, I’ll call u!” bisikku. Aku
berdiri dan dengan cepat merapikan G String ku kembali.
Markus merogoh dompetnya dan memberikan secarik kartu nama.
Aku lipat dan aku sembunyikan di balik G Stringku. Aku kecup kening Markus dan
pergi.
Aku kembali pada Hendra…
“You saw that?” aku bertanya.
“ Yeah… Pretty wild,” jawab Hendra.
“Lets go home… I can’t wait, just fuck me, honey.”
“ OK…”
Kami kembali ke room dan pertarungan di room telah usai.
Kami bersiap pulang dan aku memakai Lingerie yang aku bawa dari rumah. Lingerie
dari bahan tipis bermotif bunga. Sebenarnya bahannya sangat tipis, hanya motif
bunga yang memberikan kesan menutupi bagian-bagian tertentu tubuhku. Panjangnya
hanya separuh pantatku.
Kami harus mengantar Mr. A Siang dan Mr Edy kembali ke hotel
mereka tempat menginap. Mobil cuman satu dan terpaksa kami berhimpit berlima
termasuk supir di mobil Hendra. Aku duduk di pinggir di jok belakang. Hendra
dan Edy di sampingku. Di depan Supir dan A Siang. Tiba di teras Lobby hotel,
aku harus turun untuk mempersilahkan Mr. A Siang dan Edy turun. Ketika aku
turun, beberapa security hotel berdehem melihat penampilanku. Aku tidak
menghiraukan mereka. Di pintu hotel kami bersalaman dan cipika-cipiki. Aku tak
peduliku security hotel melotot melihat pantatku yang terekspos bebas. Hendra
kelihatan gugup melihatku. Aku mengedipkan sebelah mataku.
Kami segera pulang, Sopir kami turunkan sebelum masuk
komplek perumahan kami karena dia akan pulang ke rumahnya sendiri. Hendra my
hubby membawa mobil dan kesempatan ini tak kusia-siakan, sambil menyetir aku
meloloskan celana Hendra dan segera kulumat batang penisnya.
Ketika masuk komplek perumahan, Satpam yang membukakan
portal tidak menyadari aku tengah melumat dan mengocok penis Hendra.
Hendra turun dan mematikan mesin. Mobil kami parkir di
jalanan komplek karena cukup aman. Aku setengah berlari masuk ke pagar rumah
kuatir tetangga melihat. Hendra mengunci kembali pintu pagar dan menggandengku
masuk ke rumah. Namun aku berpikiran lain, aku menarik tangan my hubby ke taman
di depan rumah…
“Come on, honey… udah ga tahan nih…”
“Here?” My Hubby balik bertanya.
“Yup… fuck me here,”
Kami bercinta di gazebo taman depan rumah. Sensasinya luar
biasa, antara birahi dan takut kelihatan tetangga karena rumah di blok kami
berlantai dua semua.
Aku lihat lampu-lampu ruangan rumah depan mati semua…. I
don’t know, mungkin saja ada pengintip atau memang tidak ada yg melihat. Aku
hanya mendengar deru sepeda motor yang berhenti di depan rumah untuk memeriksa
mobil My Hubby karena terparkir di depan rumah. Kami saling menahan napas dan
berusaha untuk tidak melenguh dan mengeluarkan suara. Kami teruskan bercinta
sewaktu security telah pergi.
What a Wild Night...
Kami sama-sama orgasme dan masuk ke dalam rumah satu jam
kemudian, meninggalkan Lingerieku yang tergeletak di kursi taman. Sengaja aku
tinggal untuk ditemukan oleh Bang Mamat, hihihi…
Yup, dengan inilah cerita petualanganku dimulai. Permitt
dari my hubby yang membebaskan aku untuk ber sexy dan mengembalikan sisi
wildku.
Kehidupan sex kami semakin bergairah karena petualangan sex
kami…
Author : Unknown
( Bagi yang tau siapa penulis aslinya, silakan kontak gw,
supaya bisa gw lampirkan ^^ )
No comments:
Post a Comment